• Tidak ada hasil yang ditemukan

EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PLANS – ESOP

7.2 MENGAPA RESTRUKTURISASI

Corporate restructuring diperlukan ketika perusahaan perlu untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas. Strategi bisnis saat ini diintegrasikan terhadap restructuring program untuk memperoleh kinerja keuangan yang lebih baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Corporate restructuring dimaksudkan sebagai reaksi terhadap krisis atau sebagai bagian dari rencana pre-emptive perusahaan untuk dapat bertahan dalam industri. Proses restrukturasi adalah proses yang panjang dan memerlukan kesabaran. Prosesnya melibatkan banyak tugas yang menantang dan memerlukan analisa manfaat dan biaya sosial, oleh karena itu membutuhkan ahli manajemen perusahaan.

Terdapat beberapa motif dan alasan yang menjadi pertimbangan perusahaan dalam melakukan restrukturisasi. Berikut adalah alasan-alasan

general perusahaan melakukan restrukturisasi menurut Eckbo & Thorburn (2008); Marimuthu (2009); Srivastava & Mushtaq (2011); Figura & Wascher (2008); Hoskisson & Turk (1990):

Highly Leveraged Transaction

Fokus dari restrukturisasi disini adalahya efek dari peningkatan leverage yang dilakukan suatu perusahaan. Perusahaan dapat melakukan restrukturisasi dengan menggunakan pendanaan dari hutang/leveraged recapitalization, atau membeli suatu divisi maupun keseluruhan suatu perusahaan lain menggunakan LBO. Berdasarkan teori trade-off of debt, perusahaan melakukan pendanaan dari hutang/pinjaman dengan tujuan unutk mengurangi pajak perusahaan. Insentif manager juga akan meningkat dengan adanya efek monitoring yang tinggi terhadap peningkata leverage. Selain itu, perusahaan juga dapat meningkatkan keuntungan strategis di pasar. Berhubungan dengan incentive manager adalah ketika manger melihat adanya tanda-tanda kebangkrutan yang mungkin dialami perusahaan, maka manager memutuskan untuk melakukan pinjaman yang besar bagi perusahaan. Hal ini dilakukan agar dapat meningkatkan estimasi future cash fl ow perusahaan yang poistif. Leveraged recapitalization adalah ketika perusahaan meningkatkan pinjaman hutangnya tanpa menjaga factor-faktor pendukung pinjaman tersebut, sehingga akan meningkatkan ratio leverage. Hal ini mendorong untuk mengurangi masalah investasi yang berlebihan dengan asumsi bahwa future cash fl ow akan lebih banyak berisikan pemabayaran bunga pinjaman. Semakin tinggi masalah keuangan perusahaan, maka akan semakin tinggi pula penggunaan leverage akan membantu manahemen untuk mengatur investment policy. Sehingga, leverage sangat dibutuhkan ketika kesempatan perusahaan untuk melakukan invesatsi sangat kecil, dan ketika free cash fl ow perusahaan negative.

Increase in Corporate Focus

Restrukturisasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan divestitures, dimana adanya penjualan asset perusahaan kepada pihak luar dari core business perusahaan. Hal ini berdampak pada adanya peningkatan focus pada sisa aktvitas operasi yang tidak dijual. Menurut John & Ofek (1995)

menyatakan bahwa sekitar ¾ dari segement perusahaan yang didevestasi tidak berhubungan dengan core business perusahaan. Perusahaan akan lebih focus pada core business-nya setelah melakukan divestasi. Perusahaan akan memilih untuk menjual segment-segemnt kecil atas non-core business perusahan, kemudian menggunakan dananya tersebut untuk menekuni core business perusahaan. Hasil dari divestasi ini akan meningkat profi tablitas perusahaan ketika perusahaan hanya focus pada core-businessnya saja. Focus perusahaan dapat dilihat hasilnya dari peningkatan sales perusahaan.

Financial Distress

Perusahaan yang sedang mengalami fi nancial distress akan melakukan restrukturisasi dengan menjual beberapa assetnya/divestasi. Perusahaan yang memiliki cash fl ow, cash balances, dan bond rating yang jelek adalah perusahaan dibatasi dengan leverage. Maka perusahaan akan lebih memilih untuk divestasi daripada melakukan spin-off yang tidak menghasilkan uang. Kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada shareholders, sebenarnya dibatasi dengan adanaya hutang perusahan. Perusahaan akan menghadapi masalah apakah mau membayar dividen atau membayar bunga. Dari satu sisi, pembayaran dividen akan meningkatkan image perusahaan. Dari sisi lain, pembayaran bunga juga akan meningkatkan kepercayaan kreidtur terhadap perusahaan. Oleh karena itu, keputusan divestasi pada masa fi nanacial distress ini memiliki hubungan postif hanya terhadap kepuasan bondholders atau kreditur lainnya, tetapi tidak untuk shareholders.

Capital Structure Balances(Risk Minimization)

Debt dan equity adalah dua bentuk pilihan pendanaan perusahaan. Kedua pilihan ini memiliki cost tertentu kepada perusahaan, sehingga perusahaan harus memilih startegi yang tepat dengan menciptkan kombinasi yang sesuai antara keduanya. Hal ini berpengaruh terhadap keseluruhan fi nancing cost/cost of capital. Semakin tinggi risiko keuangan perusahaan, maka semakin tinggi pula volatilitas atau ketidakpastian eraning perusahaan yang disebabkan oleh adanya pinjaman yang berlebihan(tidak sesuai proporsi yang tepat). Perusahaan yang tidak memiliki pinjamana(unlevered company) tidak mengalami fl uktuasi earning yang tinggi, sedangkan perusahaan dengan menggunakan pinjaman(levered company) mengalami

fl uktuasi pendapatan tinggi. Jika perusahaan memiliki hampir sebagain besar bentuk pendanaan dari hutang, maka semakin tinggi pula bunga yang harus dibayar perusahaan. Hal ini dakan berdampak pada pengurangan net income perusahaan, dimana EPS pun akan semakin kecil. Cost of capital dari debt funding ini harus di-manage oleh perusahaan dengan baik, sehingga perusahan memiliki portfolio yang bagus. Perusahaan melakukan restrukturisasi perusahannya agar mencapai cost of capital yang rendah. Hal ini akan mempengaruhi image perusahaan dan perusahaan akan dinilai memiliki fi nancial risk yang rendah, dan berkinerja positif. Kedua hal ini akan mendorong penurunan cost of capital dari debt. Penurunan cost of capital ini akan meningkatkan net income perusahan, yang merupakan hasil akhir dari Income Statement suatu perusahaan.

Globalization of Business

Pada lingkungan bisnis saat ini, perusahaan yang menolak untuk melakukan perubahan dengan waktu dan perubahan zaman akan menghadapi risiko produk perusahaan menjadi tidak dikenal atau tidak ada brand awareness pada customer. Hal ini akan mendorong perusahaan untuk melakukan ekperimen bisnis dengan menciptakan porduk baru, mengeksplorasi pasar baru, dan mencapai target customer baru. Hal ini harus dilakukan perusahaan secara terus menurus karena perusahaan beraa pada lingkungan ini saat ini, dimana semua hal selalu dinamis dan berubah-ubah. Restrukturisasi harus dilakukan perusahaan untuk mencapai atau untuk mengikuti perubahan natur bisnis saat ini. Perusahaan harus melakukan diversifi kasi sehingga mempunyai akses pada pasar baru dan terjadi peningkatkan sales. Perusahaan juga dapat meningkatkan kapasitas perusahaan, dan mengurangi atau menutup business line perusahaan yang tidak menguntungkan secara value kepada perusahaan. Perusahaan mencari cara untuk berkonsentrasi pada core business/core competency.

Reallocation and Downsizing

Realokasi terjadi ketika perusahaan mengalami aktivtas operasi yang stagnan, bahkan dibawah standar kinerja/dibawah kapasitas. Perusahaan melakukan realokasi input yang berdampak pada dua efek, ayitu penurunanan utilisasi sumber daya dan restrukturisasi capital. Penurunan utilisasi sumber daya ini adalah pengaturan dan pengalokasian kemabli sumber daya didalam

perusahaan yang tidak memebrikan nilai tambah. Realokasi sumber daya ini akan mengabkitbkan pada tingginya tinggi unemployement, karena perusahaan akan memberhentikan sebagain besar karyawan yang dianggap tidak produktif. Perusahaan akan mencari karyawan baru yang lebih berkompetensi dalam bidangnya yang menghasilkan cost of operations perusahaan seminimal mungkin sehingga akan memepengaruhi output perusahaan. Dalam hal ini, produktivitas dan profi tabilitas perusahaan akan kembali meningkat.

Firm and Organisation Performance Enhancement

Rendahnya kinerja keuangan perusahaan dan nilai pasar saham mendorong

manager untuk melakukan restrukturisasi. Hal ini dilakukan agar perusahaan memiliki banyak diversifi kasi asset. Perusahaan diharapkan dapat mengelolah diversifi kasi assetnya sehingga mendatangkan pendapatan tinggi, yang berdampak pada meningkatnya kinerja keuangan perusahaan. Peningkatan kinerja perusahaan ini akan tercermin dapat tingginya nilai saham perusahaan di bursa efek. Hal ini akan berdampak pada peningkatan kepercayaan dan confi dence shareholders, dan sekaligus memaksimalkan kekayaan para shareholders.

Dengan restrukturisasi, perusahaan memiliki kesempatan untuk memperbaiki kinerja perusahaan yang buruk pada periode-periode tertentu. Peningkatan kemabli kinerja operasional perusahaan dapat dicapai melalui sinergi dengan perusahaan lain (menurunkan cost dan menaikkan revenue).

Ensure Clarity in Vision, Strategy and Structure

Restrukturisasi harus berfokus pada perombakkan atau perumusan kembali visi perusahaan yang mulai tidak jelas arahnya, strategi-strategi apa saja yang harus diambil perusahaan dalam menjalankan bisnis dan struktur perusahaan untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan.

Palliam dan Shalhoub (2002) menemunkan bahwa corporate restructuring

dapat menjadi dorongan bagi perubahaan organisasi. Corporate restructuring

juga secara positif memiliki korelasi dengan profi tabilitas jangka panjang perusahaan. Penurunan biaya secara signifi kan dan peningkatan market share juga merupakan hasil yang diharapkan dari corporate restructuring.

Perusahaan tentunya harus memiliki pengetahuan tentang struktur industri yang berubah secara konstan sebelum melakukan restrukturasi. Dalam melakukan restrukturasi, pendekatan inovatif diperlukan agar dapat menciptakan keunggulan bersaing.