• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip utama dari integrasi adalah menganalisa kedua sistem yang berbeda dan memilih karakteristik terbaik dari kedua sistem tersebut untuk diperiksa lebih lanjut. Contoh perusahaan yang melakukan integrasi sistem akuntansi manajemen setelah merger dan akuisisi adalah perusahaan Proco yang mengambil-alih Unico.

Proco merupakan sebuah perusahaan manufaktur makanan yang cukup besar di Finlandia yang melakukan pengambilalihan beberapa perusahaan berskala besar dan kecil dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu take over terbesar yang dilakukannya adalah saat mengambil-alih Unico pada tahun 1991 yang merupakan akhir dari akuisisi horisontal yang dilakukan Proco. Keputusannya untuk melakukan pengambilalihan Unico

adalah hal berbeda yang berbeda dibandingkan dengan pengambilalihan yang pernah dilakukannya. Selain dalam skala ukuran yang besar, juga terjadi perbedaan sistem akuntansi manajemen sehingga implikasinya juga berbeda. Dalam penggabungan dua organisasi yang memiliki perbedaan budaya dan kerangka kerja serta perbedaan rutinitas yang dilakukan yang salah satunya adalah sistem akuntansi manajemen menyebabkan timbulnya banyak masalah terutama bagi karyawan dari perusahaan yang diakuisisi. Karyawan harus menyesuaikan diri dengan budaya dan rutinitas yang baru. Berbagai motivasi sebuah perusahaan melakukan akuisisi adalah mendapat nilai tambah eksplisit setelah pengakuisisian, memperkuat proses produksi ataupun bidang keuangan perusahaan. Merger yang dilakukan Proco terhadap Unico disebabkan oleh kebutuhan tinggi untuk saling tergantung satu sama lain karena bergerak pada pasar/produk yang sama. Sehingga Proco berharap dapat memperkuat posisinya dengan mengakuisisi Unico. Namun, Proco tidak mempertimbangkan secara teliti dan tidak melakukan due dilligence yang tepat dalam pengambilalihan Unico yang akan berpengaruh pada keuangan perusahaan. Unico merupakan pabrik baru yang besar dan seluruhnya didanai oleh hutang. Akibatnya, Proco mendapat hutang sangat besar yang hampir membuat perusahaannya menjadi bangkrut dalam kurun waktu 2 tahun setelah mengakuisisi. Beban hutang yang harus dihadapi oleh Proco merupakan masalah yang sangat besar bagi manajemen Proco karena menyebabkan dana untuk operasi manajemen tidak fl eksibel.

Sejak Proco dibangun dari beberapa perusahaan individu, budayanya secara tradisional menjadi beranekaragam, khususnya pada perusahaan yang tumbuh melalui take-over. Perbedaan budaya yang telah terjadi sepanjang tahun menyebabkan suasana di dalam kelompok organisasi sedikit terpecah/ terbagi-bagi. Hal ini membuat budaya cukup rumit dalam banyak hal, yang berkaitan pada pengambilan keputusan. Dampak pengakuisisian Unico, membuat para manajer sangat putus asa dan berusaha mempertahankan posisi mereka masing-masing. Manajer Proco meyakini bahwa dengan tidak mengakuisisi Unico, kinerja keuangan mereka akan jauh lebih baik karena mereka tidak perlu menanggung hutang-hutang yang sangat besar dan mengganggu operasi manajemennya sehingga mereka harus memotong biaya dan melakukan PHK beberapa karyawan Proco. Ada perbedaan besar

dalam budaya dan fi losofi operasi dari kedua perusahaan. Konfrontasi antara budaya Proco dan Unico sangat terlihat. Personil Unico menggunakan cara mereka sendiri dalam melakukan sesuatu dan tetap bersama-sama. Di satu sisi, mereka berbicara bahasa mereka sendiri. Prosedur operasi di Unico jauh lebih sederhana. Hal ini berkaitan dengan sejarah Unico yang lebih digerakan oleh pasar. Di Proco tidak ada yang pernah dipecat namun di Unico, manajemen membuat keputusan yang cukup radikal. Sedangkan gaya manajemen kedua perusahaan sangat berbeda yaitu di Unico menggunakan gaya manajemen dimana keputusan dari atasan akan dilakukan, terlepas dari konsekuensinya. Budaya perusahaan sangat berbeda dimana di Unico ketika membuat keputusan salah, bisa membuat keputusan baru dan dapat membuat keputusan terus-menerus hingga menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan di Proco, setiap pembuatan keputusan harus dengan melakukan pertemuan serta budaya semangat menjadi budaya Proco.

Dari sisi manajemen, Proco memiliki gaya manajemen ragu-ragu yang tercermin dalam proses pengambilalihan yang dilakukan terhadap Unico dimana telah diketahui bahwa saling ketergantungan antara dua perusahaan ini kemungkinan akan membatasi potensi untuk mendapatkan nilai dan manfaat setelah pengakuisisian. Hal ini dilihat dari perbedaan budaya dan gaya manajemen yang akan menimbulkan masalah yang berat. Keragu-raguan Proco mengakuisisi Unico juga didasarkan pada integrasi sistem akuntansi manajemen. Dengan mengakuisisi Unico, diharapkan dapat merubah semua sistem termasuk proses integrasi sitem akuntansi manajemen agar sama dengan Proco. Namun pada kasus pengakuisisian Unico, hal tersebut malah membawa masalah serius terutama berkaitan dengan prosedur akuntansi manajemen Proco. Selama proses integrasi operasional pada 1991-1994, manajemen berada dalam situasi yang canggung karena angka-angka dari Proco dan Unico tidak dapat diandalkan dan dihitung sesuai dengan prinsip-prinsip yang berbeda sehingga laporan. Para akuntan berusaha membuat angka-angka tersebut sebanding. Dalam hal ini, integrasi sistem akuntansi merupakan suatu proses interaktif. Prosedur yang dimiliki Proco jauh lebih rinci dibandingkan dengan Unico. Proco juga menerapkan prinsip akuntansi yang lebih terperinci dibandingkan dengan Unico yang menerapkan prinsip full costing.

Proses integrasi sistem akuntansi Proco dan Unico sangat rumit karena menggabungkan dua sistem akuntansi yang sangat berbeda dan harus digabungkan menjadi suatu karakteristik yang sama. Perbedaan budaya merupakan masalah yang sulit dihadapi dibandingkan dengan integrasi sistem manajemen yang berbeda. Proco mengadopsi tradisi akuntansi yang sangat panjang seperti pada tahun 60-an sedangkan Unico masih dalam proses pembelajaran prosedur akuntansi yang lebih efi sien. Dalam kasus ini, terdapat dua pandangan berbeda mengenai bagaimana praktek akuntansi manajemen yang tepat. Kedua pandangan ini didasarkan pada latarbelakang yang berbeda serta ide-ide yang berbeda berkaitan dengan kegunaannya. Sistem akuntansi yang lebih baik yang akan digunakan sedangkan sistem akuntansi yang kurang canggih harus mengikuti.

10.6 KESIMPULAN

Perkembangan dalam bidang teknologi informasi telah memberikan kemungkinan untuk mengembangkan suatu sistem akuntansi manajemen yang fl eksibel dan terintegrasi. Penggunaan teknologi yang semakin canggih akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan atas informasi akuntansi manajemen yang semakin tinggi pula. Secara umum, pembahasan ini dimaksudkan untuk dapat memberikan wawasan baru mengenai hubungan antara sistem akuntansi manajemen dan merger akuisisi. Seperti yang telah dibahas, penerapan sistem akuntansi manajemen yang salah dapat berdampak pula pada kesalahan dalam pengambilan keputusan stratejik yang pada akhirnya dapat menjadi penyebab kekalahan dalam bersaing. Mengingat seberapa pentingnya sistem akuntansi manajemen bagi operasional perusahaan, tentunya kedua sistem yang berbeda tidak dapat dipakai secara bersama-sama dalam satu perusahaan, namun para manajer dan eksekutif harus menentukan sistem mana yang akan diterapkan dan mendominasi perusahaan.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya mengenai penggabungan dua perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur makanan telah melakukan merger horizontal untuk tujuan strategis dan menambah nilai eksplisit. Secara umum, masalah pengendalian manajemen pasca akuisisi tampaknya memiliki variasi dalam konteks yang berbeda yang memiliki konsekuensi lebih lanjut untuk pengembangan management accounting system.

Proco yang merupakan perusahaan manufaktur makanan mengambil-alih Unico yang bukan hanya berbeda dari segi ukuran, namun perbedaan implikasi sistem akuntansi manajemen dan budaya mereka yang sangat berbeda sehingga mengakibatkan adanya masalah baru setelah akuisisi. Hal tersebut tercermin dari adanya perbedaan pendapat manajemen internal dalam 2 kelompok manajemen dan hasil keuangan yang berbeda. Tidak semua perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi diyakini akan sukses dalam jangka panjang meskipun telah mempunyai sistem akuntansi manajemen yang baik serta dapat menghadapi ketidakpastian lingkungan bisnis.

PERTANYAAN PENGUASAAN MATERI

1. Apakah resiko yang dihadapi organisasi ketika melakukan M&A dalam kaitannya dengan integrasi sistem akuntansi?

2. Mengapa Integrasi Sistem Akuntansi menjadi sesuatu yang signifi kan dalam kaitannya dengan M&A?

3. Bagaimanakah organisasi bisnis harus bersikap dalam menghadapi isu integrasi Sistem Akuntansi tersebut?

-oo0oo-D

ari beberapa penelitian seperti Tower Watson (2012), Davis (2009) dan Limieux (2007) dalam melakukan Merger dan Akuisisi tentu banyak sekali faktor yang menentukan keberhasilan dan kegagalan perusahaan. Menurut beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh Mallikarjunappa dan Nayak (2007), Tower Watson (2012), Davis (2009) dan Limieux (2007) menunjukkan terdapat 20 faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam merger dan akuisisi. Dari dua puluh faktor tersebut kemudian di rangkum menjadi tiga kelompok besar yaitu aspek due diligence, budaya dan kepemimpinan.

11.1 ASPEK DUE DILIGENCE

Due diligence adalah penilaian mendalam mengenai hukum, keuangan, dan risiko bisnis yang terkait dengan merger atau akuisisi, yang dilakukan kedua belah pihak terlepas sebagai pihak yang membeli, menjual, atau menggabungkan perusahaan. Due diligence dilakukan bukan tanpa adanya tujuan. Berikut ini adalah tujuan dilakukannya due diligence menurut Davis (2009).

Untuk memastikan harga dan metode pembayaran yang tepat jika

sepakat melakukan merger dan akuisisi.

Untuk menentukan detail yang mungkin relevan dalam penyusunan

perjanjian merger atau akuisisi

Untuk mengevaluasi risiko hukum dan keuangan dari transaksi

ISU M&A 2: