• Tidak ada hasil yang ditemukan

JOINT VENTURES AND STRATEGIC ALLIANCE

9.3 STRATEGIC ALLIANCE

Strategic alliance adalah beberapa persetujuan yang didesain untuk mencapai beberapa tujuan strategis yang tidak mungkin dicapai oleh organisasi tersebut sendirian. Strategic alliance secara sederhana merupakan kombinasi antara merger dengan joint venture. Meskipun strategic alliance memberikan

tantangan yang signifi kan bagi manajemen, Ginter peneliti di bidang

strategic alliance menemukan beberapa keunggulan strategic alliance, yaitu

shared learning, akses pada keahlian yang saat ini tidak dimiliki organisasi dan memperkuat posisi pasar.

Strategic alliance merupakan hal yang umum pada beberapa industri, seperti farmasi, perusahaan penerbangan dan komputer. Perusahan penerbangan yang melayani pasar geografi s yang berbeda seringkali membentuk aliansi atau airline partner agreement. Dalam perjanjian tersebut, keduanya tetap perusahaan penerbangan yang berbeda, namun berbagi rute. Bila dibandingkan dengan joint venture, strategic alliance memiliki asosiasi yang kurang formal karena joint venture biasanya membentuk sebuah entitas terpisah. Strategic alliances dapat berbentuk vertical alliance

dan horizontalalliance. Vertical alliance terjadi antara pembeli dan pemasok. Sedangkan horizontal alliance antara perusahaan-perusahaan yang berada di garis bisnis yang sama.

Sumber: website GIAA

Keputusan perusahaan untuk masuk dalam aliansi adalah strategi diversifi kasi maupun non diversifi kasi yang dihasilkan dari interaksi kompleks antara faktor external dengan kebutuhan internal. Salah satu alasan mengapa perusahaan melakukan strategic alliances adalah untuk memperoleh manfaat bersama dari sumber daya berupa pengetahuan tertentu dari salah satu partner. Namun ada resiko tersendiri bagi perusahaan yang melakukan aliansi dengan perusahaan lebih besar dimana perusahaan yang lebih besar dapat mengambil keuntungan dari knowledge yang didapat namun tidak seutuhnya membagi pengetahuan yang dimilikinya.

Tujuan membentuk aliansi adalah resource based theory dari strategic management. Pendekatan resource based berkaitan dengan manajemen sumber daya perusahaan untuk meningkatkan keunggulan bersaing. Pertama,

strategic alliance membuka jalan bagi sumber daya yang langka dan ketika perusahaan kekurangan kemampuan untuk mengembangkan sumber daya tersebut sendiri atau ketika pengembangan kapabilitas tersebut berhubungan dengan diseconomies of scale, scope dan waktu dibandingkan dengan perusahaan yang telah memiliki sumber daya tersebut. Kedua,

strategic alliance dapat menyediakan mekanisme yang diperlukan untuk memfasilitasi pertukaran sumber daya, seperti pengembangan produk yang cepat dan kapabilitas inovasi yang fl eksibel. Strategic alliance dapat menjadi salah satu cara mengakses critical skill atau kapabilitas dari partner aliansi.

Eisenhardt dan Schoonhoven peneliti di bidang strategic alliance

mengidentifi kasi dua faktor yang mempengaruhi pembentukan aliansi. Pertama, perusahaan cenderung membentuk aliansi jika mereka dalam

strategic position yang kurang baik dan membutuhkan sumber daya tambahan.

Strategic position dapat diukur dengan menggunakan jumlah kompetitor, tahap market development, dan strategi perusahaan. Kedua, pembentukan aliansi cenderung terjadi ketika perusahaan berada pada posisi sosial yang kuat dengan tim manajemen yang besar, berpengalaman dan terhubung dengan baik.

Sebuah penelitian tentang pengaruh shareholder wealth dilakukan oleh Chan, Kensinger, Keown dan Martin terhadap 345 strategic alliance

selama periode 1983-1992. Mereka menemukan pengembalian abnormal yang positif sebesar 0,64%. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Mc.Conell

dan Nantell dalam joint venture. Mereka juga tidak menemukan bukti akan adanya pemindahan wealth yang signifi kan antara partner aliansi.

Mini-Case: BMW Rolls-Royce GmbH (Adaptasi dari Strategi Direction, 2004)

Rolls Royce, merupakan perusahaan luar angkasa UK yang telah diuntungkan dari Strategic Alliance selama satu dekade dengan BMW, produsen mobil Jerman. Tujuan utama ketika usaha itu dimulai pada tahun 1990 adalah untuk membangun BMW Rolls-Royce GmbH sebagai produsen mesin terkemuka dalam divisi khusus dari pasar mesin. Tujuan ini telah dicapai ketika mereka mengembangkan mesin inti BR700 yang merupakan mesin utama yang memberikan fondasi bagi perkembangan mesin selanjutnya. Sebenarnya aliansi ini merupakan aliansi yang beresiko karena berbeda dari kebanyakan aliansi lainnya. BMW Rolls-Royce GmbH menikmati otonomi yang lebih besar dari perusahaan induknya, berbeda dengan apa yang dilakukan dengan kemitraan lain. Tapi yang paling menarik dari semua ini adalah fakta bahwa BMW dan Rolls Royce memiliki pangsa pasar yang bertolak belakang.

Rolls Royce melakukan Strategic Alliance dengan BMW karena Rolls Royce merasa perusahaannya memiliki beberapa kekurangan, diantaranya:

 Rolls Royce hanya dapat bersaing di pangsa pasar tertentu. Hal ini membuat perusahaan berada di posisi yang lemah selama periode tertentu karena pangsa pasar yang dapat dijangkaunya hanyalah kelas atas.

 Tidak dapat memperoleh keuntungan dengan membuat product baru untuk kelas bawah karena harga teknologi untuk mesin yang digunakan mahal sehingga perusahaan tidak dapat menurunkan harga.

 Memiliki daya tarik yang terbatas di mata produsen penerbangan. Hal ini disebabkan karena biasanya perusahaan penerbangnan mencari mesin dengan harga yang terjangkau namun dengan kualitas terbaik.

BMW mau melakukan Strategic Alliance dengan Rolls Royce karena BMW merasa Rolls Royce memberikan manfaat bagi perusahaannya, diantaranya:

 Diversifi kasi ke industry aerospace menyebabkan perusahaan mampu bersaing secara competitive dengan competitor utama dalam bidang produsen mobil.

Teknologi mesin aerospace yang canggih dapat meningkatkan brand

BMW lebih baik lagi dari sebelumnya.

Memberikan kesempatan bagi BMW untuk masuk dan berdiri sendiri

ke dalam industry aerospace

BMW Rolls-Royce GmbH menargetkan agar productnya digunakan oleh penerbangan local dan segment market jets yang besar. Untuk itu, BMW Rolls-Royce membuat BA710 yang merupakan penerus superior terbaru dari BR700. Menggunakan Strategic Alliance merupakan solusi terbaik bagi kedua perusahaan ini. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan yang diraih yaitu berhasil naik dan menduduki peringkat ke-50 (sebelumnya 75) sebagai perusahaan aerospace terbesar di dunia.