• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Pembelajaran Collaborative

PENERAPAN PEMBELAJARAN COLLABORATIVE EXPERENTIAL LEARNING PADA MATA KULIAH PERENCANAAN

METODE PENELITIAN Pembelajaran Collaborative

Pembelajaran kolaboratif sebagai strategi yang diterapkan dalam penelitian ini didasarkan pada kebutuhan isi materi pelajaran yang perlu melibatkan mahasiswa secara bersama-sama untuk

Prosiding Semnas Pendidikan: Inovasi Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0 16

belajar secara aktif menemukan informasi secara bersama terkait pemahaman isi materi serta mempraktekannya secara prosedural, posisi dosen dalam hal ini bertindak sebagai fasilitator yaitu memberikan dukungan kearah hasil yang harapkan (Panitz, 1996). Sejalan dengan apa yang diungkapkan Panitz, konsep kolaboratif oleh Dillenbourg (1999) demikian, belajar secara kolaborasi atau collaborative learning merupakan sebuah situasi dimana dua orang atau lebih belajar tentang sesuatu secara bersama-sama, yang dapat diinterpretasikan sebagai sebuah kelompok kecil, atau sebuah komunitas, pembelajaran dengan menyelesaikan suatu permasalahan, dan sebagai bentuk interaksi, berhadapan muka, atau usaha untuk bekerjasama.

Mengacu pada pendapat Dillenbourg (1999), bahwa proses pembelajaran kolaboratif didasari pada pembentukan kelompok dimana siswa dapat bekerja secara bersama-sama dalam kelompok yang dibentuk.

Pembelajaran Experiential Learning

Pembelajaran eksperiensial dida- sarkan pada harapan bahwa dengan menerapkan Pembelajaran eksperiensial peserta didik memiliki pengingatan, pemahaman, dan penerapan. Dimana diharapkan peserta didik perlu memproses lebih dari sekedar fakta-fakta dan konsep untuk bisa termotivasi agar belajar menjadi

efektif, untuk mengidentifikasi apa yang perlu dilakukan, dan untuk menggu- nakannya secara konsisten, maka peserta didik harus mengalaminya. Pendidikan yang efektif adalah yang sekaligus abstrak dan kongkrit. Jean Piaget, mengatakan bahwa dengan belajar dari kenyataan atau kondisi nyata menyebabkan mereka menjadi mampu berpikir secara abstrak. Sayangnya banyak pembelajar yang memaknai bahwa perubahan kapasitas mental ini berarti bahwa pengalaman pembelajaran konkrit bisa di batasi. Justru sebaliknya belajar dengan pengalaman langsung semestinya berlangsung sepan- jang rentangkehidupan seseorang. Sebagai contoh pebelajar akan memahami konsep- konsep manajeman dalam proyek pembe- lajaran dengan cara terbaik apabila mereka benar-benar mengelola proyek pembe- lajaran tersebut.

John Dewey (1938), penulis Experience and Education. Dewey dalam tulisannya paham bahwa jika hanya sekedar memiliki pengalaman, itu tidaklah berarti sama dengan belajar darinya. Tindakan dan pikiran harus dihubungkan. Sudah sejak tahun 1916, ia menge-

mukakan, “Berpikir adalah usaha yang

disengaja untuk menemukan hubungan spesifik antara sesuatu yang kita lakukan dan konsekuansi yang dihasilkannya, sehingga keduanya menjadi berkesi- nambungan.

Prosiding Semnas Pendidikan: Inovasi Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0 17

Mengacu pada pandangan Dewey, proses pembelajaran yang dikembangkan banyak membantu peserta didik memunculkan makna dari proses pembelajaran dengan istilah-istilah peninjauan ulang (reviewing), pengolahan (processing), atau penggalian (mining). Terlepas dari pengistilahannya, gagasan dasarnya adalah bahwa sebuah penga- laman bisa menyebabkan pembe-lajaran dan bahkan menyebabkan perubahan. Oleh Colin Beard dan John Wilson (2002), penulis The Power of Experiential Learning, “Pengalaman bisa jadi melan- dasi semua pembelajaran tetapi ia tidak selalu membuahkan pembelajaran. kita harus terlibat dengan pengalaman dan merenungkan apa yang terjadi, bagaimana,

dan mengapa itu terjadi.”. David Kolb

(1983), pengarang teks klasik, Experiential Learning, meringkas konsep ini dengan kata-kata yang terkenal, “Pembelajaran adalah proses di mana pengetahuan diciptakan melalui transformasi penga- laman. ”Pembelajaran eksprensial meng- gunakan serentang luas metodologi seperti: penugasan, pengalaman lapangan, proyek pembelajaran tindakan, permainan kreatif, permainan peran, game, simulasi, visualisasi, bercerita, improvisasi, kegiatan petualangan. Dalam proses pembelajaran dan membangun interaksi dengan pebelajar yang lain, hal yang perlu

diperhatikan adalah: menciptakan keterbukaan.

Desain Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Mengacu pada Wiraatmaja (2007), penelitian tindakan kelas adalah bagaimana seorang atau sekelompok guru mengorganisasi kondisi praktek pembe- lajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencoba suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Rancangan ini dipilih berdasarkan karakterisitik permasalahan penelitian, (1) masalah yang dipecahkan dalam praktek pembelajaran mata kuliah Perencanaan Pembelajaran dan intervensi yang dilakukan peneliti adalah untuk memperbaiki pembelajaran, meningkatkan hasil belajar dan menemukan alternatif pengelolaan kelas yang lebih kondusif, (2) adanya kolaborasi antara peneliti dan dosen dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan pengam- bilan kesimpulan dalam pelaksanaan tindakan, (3) refleksi dilakukan secara berkelanjutan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran. (Suyanto, 2002).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam rancangan ini menggunakan dua

Prosiding Semnas Pendidikan: Inovasi Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0 18

siklus yang ditunjukkan pada gambar 1 sebagai berikut:

Gambar 1. Siklus dalam PTK

Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Universitas Nusa Cendana semester IV Tahun ajaran Genap 2017/2018 berjumlah 32 orang mahasiswa.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui perlakuan siklus yang dimulai dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

(1) Perencanaan

(2) Pelaksanaan/tindakan, (3) Pengamatan /observasi, (4) Refleksi

Rancangan Penelitian

Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah mengadakan pertemuan awal dengan kolaborator untuk memper- siapkan perangkat pembelajaran Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran bersama dengan kolaborator dalam hal ini yang akan bertindak untuk memantau pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 6 Februari 2018.

Setelah mengadakan diskusi antara peneliti dan kolaborator menentukan subyek penelitian yaitu mahasiswa yang mengambil mata kuliah perencanaan pembelajaran yang berjumlah 32 orang.

Selanjutnya dilakukan penyusunan rancangan kegiatan pembelajaran ke dalam Rancangan Tugas. Rancangan Tugas dirancang untuk dua siklus. Setiap Rancangan Tugas dilaksanakan untuk satu kali pertemuan dngan waktu 2x45 menit, untuk siklus 2 pada hakekatnya sama dengan Rancangan Tugas yang dirancang untuk siklus 1, tetapi dalam pelak- sanaannya disesuaikan dengan hasil refleksi tindakan pembelajaran siklus I.

Pelaksanaan Kegiatan

Tahapan ini merupakan tahapan inti dari apa yang telah diranang dalam tahapan perencanaan. Pada tahapan pelaksanaan ini apa yang telah direncanakan kemudian direalisasikan berdasarkan apa yang telah disusun dalam perencanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan dan dosen yang lain diminta menjadi kolaborator yang bertindak sebagai pengamat terhadap proses pelaksanaan tindakan menggunakan penerapan Collaborative Experiential Learning pada Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran. Adapun langkah-langkah penerapan pembelajaran collaborative

Pebelajaran Collaborative Experiential Learning Siklus I Siklus II Hasil Belajar

Prosiding Semnas Pendidikan: Inovasi Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0 19

experiential learning yang diterapkan dalam pembelajaran untuk mata kuliah Perencanaan Pembelajaran adalah:

a. Sebagai persiapan, mahassiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 2 hingga 3 orang mahasiswa selanjutnya diberi tugas memantau disekolah yang telah dipilih oleh mahasiswa.

b. Mahasiswa diminta untuk melakukan observasi dengan mencatat semua hal yang terjadi dalam kelas.

c. Setelah selesai melakukan observasi mereka diminta untuk mencari dan mendata hal-hal yang mereka temui disekolah berupa data karakteristik siswa, mata pelaran yang diasuh, perangkat yang digunakan, proses belajar dikelas, media yang digunakan, sumber belajar yang tersedia (data yang diambil disesuaikan dengan tahapan yang dibutuhkan dalam perencanaan pembelajaran)

d. Setelah Mahasiswa mengumpulkan data yang dibutuhkan, secara berkelompok mereka menganalisis data yang mereka peroleh

e. Selanjutnya pada pertemuan dikelas mahasiswa menyampaikan hasil yang mereka temui di lapangan/lokasi pengamatan sementara kelompok yang lain diberi kesempatan memberi masukan.

f. Dari hasil diskusi di kelas selanjunya mehasiswa diminta untuk membuat

analisis dalam perencanaan pembe- lajaran secara berkelompok berdasarkan hasil diskusi dan masukan dari kelompok yang lain.

Tindakan dan pengamatan

Tindakan dan pengamatan (acting and observing) dilakukan secara bersamaan dalam setiap pertemuan pada tiap siklus. Hal ini dilakukan secara intensif, objectif dan sistematis. Tindakan dilakukan sesuai alokasi waktu pertemuan 45 menit dalam satu pertemuan di sekolah yang menjadi lokasi pengamatan.

Pengamatan (Observasi)

Pengamatan terhadap tindakan dilakukan oleh kolaborator pada saat tindakan pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenali, mendokumentasikan semua indikator baik proses maupun hasil perubahan yang terjadi sebagai akibat dari tindakan yang

dilaksanakan. (Rofi’Uddin, 1999).

pengamatan data tentang aktivitas mahasiswa saat proses belajar mengajar berlangsung meliputi: reaksi mahasiswa terhadap metoda yang diajarkan, kemampuan untuk dapat menerima masukan kelompok lain, keaktifan mahasiswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung, pemahaman materi. data yang diperoleh akan dianalisis untuk melihat ketuntasan belajar yang dihitung secara klasikal:

Prosiding Semnas Pendidikan: Inovasi Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0 20

mahasiswa yang tuntas yaitu mahasiswa yang nilainya lebih besar atau sama dengan (>70). indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika mahasiswa dikatakan tuntas belajar apabila dari jumlah mahasiswa dikelas mencapai total skor minimal 70 untuk skor nilai maksimal 100.