• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KARAWITAN MINANGKABAU DAN JURUSAN KARAWITAN

3.1 Minangkabau (Sebuah Nama)

Banyak sekali sumber yang menerangkan tentang istilah Minangkabausehingga sulit bagi kita untuk menentukan sumber mana yang layak diyakini. Beberapa sumber tersebut adalah tambo Minangkabau, sejarah, dan pendapat para ahli.

Amir MS (1997:138) menuliskan, bahwa dalam tambo Minangkabau kata Minangkabau berasal dari karena menang mengadu kerbau dengan orang yang datang dari Jawa90. Cerita ini telah diterima secara turun-temurun oleh orang Minangkabau. Keyakinan mereka diperkuat dengan perasaan etno-sentris tanpa mempedulikan kritik sejarah. Selanjutnya Amir MS menuliskan, untuk masa sekarang barangkali lebih sesuai jika cerita tambo tersebut dianggap sebagai hasil seni sastra kuno Minangkabau yang diterima sebagai pencerminan watak orang Minangkabau yang lebih menyukai penyelesaian persengketaan secara diplomasi dari pada secara fisik91

Asmaniar Idris dalam makalahnya untuk seminar nasional Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau pada tahun 1970 memaparkan beberapa pendapat tentang asal kata Minangkabau yang bersumber dari legenda maupun dari teori-teori

.

92

“Menurut legenda misalnya, Minangkabau berarti tanduk kerbau diberi minang, yaitu sejenis timah yang runcing, yang diletakkan di ujung tanduk kerbau. Ini dilakukan sewaktu kerbau sedang diadu dahulunya (demikian menurut cerita). Menurut Buya Hamka, kata Minangkabau berasal dari mainang kabau, yakni mengasuh atau menggembalakan kerbau. Orang Minangkabau memang suka :

90Amir MS, 1997. Adat Minangkabau: Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Hal.138

91Ibid. hal. 138.

92Asmaniar Idris, 1970 makalah berjudulKerajaan Pagaruyung dalam buku kumpulan makalah berjudul Menelusuri Sejarah Minangkabau. 2002. halaman 50-51.

memelihara kerbau, bahkan kekayaan seseorang dilihat dari kerbau peliharaan mereka. Sedangkan menurut Prof. Purbacaraka, Minangkabau berasal dari Minangawamwan. Wamwan sama dengan tamwan dalam bahasa Jawa Kuno atau tamwan dalam bahasa jawa Kuno muda, atau temon dalam bahasa Jawa baru.

Maksudnya adalah “pertemuan dua buah sungai yang sama besarnya”, yaitu Kamparkanan dan Kamparkiri. Pertemuan kedua sungai ini dinamakan Minangakamwan, atau Minanga Kembar.

Inilah yang diucapkan oleh orang Sumatera Barat dengan Minangakamwan yang lama-kelamaan menjadi Minangkabau.

Sedangkan Van der Tuuk berpendapat bahwa perkataan itu berasal dari Pinang Khuboe yang berarti tanah asal. Ada juga yang menyebut asal Minangkabaudari dan nan ingka bahu. Demikian banyaknya asal kata Minangkabau sehingga susah bagi kita memilih mana yang paling benar dan layak dipercaya”.

Ilmu sejarah beserta analisisnya dianggap lebih rinci, lugas, rasional, dan logis dalam menjelaskan perihal kesejarahan yang berhubungan dengan waktu, tempat, tokoh, dan sebagainya dibanding dengan tambo yang bersifat mitos sehingga data sejarah relatif lebih mudah dicerna. Menurut mestika Zed (2002) pandangan ini setidak-tidaknya dianut oleh masyarakat ‘modern’: ditandai oleh spirit rasionalitas; hampir tidak ada wilayah kehidupan sosial yang tak tersentuh oleh teknologi, analisis, perencanaan, dan kontrol...kebanyakan masyarakat

‘modern’ melihat mitos tak lebih dari suatu kepercayaan yang keliru93

Tiap masyarakat atau kebudayaan menciptakan mitosnya sendiri. Bukan karena ia tidak sanggup membedakan mana yang benar dan mana yang salah, melainkan karena berfungsi untuk memelihara dan mempertahankan kebudayaan dari gangguan dan kerusakan. Greggor Sebba dalam Mestika Zed mengatakan, bahwa mitos berperan memelihara kesinambungan agar anggota masyarakat dapat

.

93 Dr. Mestika Zed, M.A.2002. Kata pengantar dalam buku MenelusuriSejarahMinangkabau. Hal. xxvii.

cxxviii

bertahan melawan kekalahan, frustrasi, ketidakpastian dan mitos pada gilirannya berfungsi melindungi institusi sosial dan proses-proses institusional94

Menyangkut hal tentang asal-usul keturunan, orang Minangkabau mempunyai mitos bahwa mereka adalah keturunan Iskandar Zulkarnain. Hal ini dituliskan oleh Asmaniar Idris (1970), bahwa menurut cerita turun-temurun, raja-raja Minangkabau berasal dari Iskandar Zulkarnain (Alexander the Great) yang mempunyai tiga orang putra. Dari ketiga putra ini, Maharajo Alif menjadi Raja di Turki, Maharajo Japang menjadi Raja di Cina dan Maharajo Dirajo menjadi raja di Minangkabau. Beliau inilah yangg bernama Datuak Sri Maharajo Dirajo

.

95

Penulis berkesimpulan bahwa mitos yang ada dalam tambo Minangkabau ataupun dalam pikiran orang Minangkabau bukan untuk dituntut kebenaran faktualnya tetapi lebih kepada bagaimana pemikiran orang Minangkabau tersebut bisa dihayati, dimengerti, dan dimaknai seturut dengan fungsi mitos yang dikemukakan Sebba dalam Mestika Zed. Dengan demikian, pemaparan tentang

. Mengikut cara pandang tentang fungsi mitos, Mestika Zed menuliskan sebagai berikut:

...mitos genealogis orang Minangkabau, misalnya, yang mengatakan nenek moyang mereka berasal dari Iskandar Zulkarnaen dan turun dari puncak Gunung Merapi selagi (gunung tersebut, pen.) sebesar “telur itik”, tidak bisa serta merta dicap sebagai salah atau tidak benar. Mitos tidak untuk diukur dan dijelaskan dengan ukuran-ukuran kebenaran rasional manusia modern, melainkan untuk dimengerti dan dihayati maknanya.

Pertanyaannya bukan tentang apakah cerita tentang asal-usul nenek moyang Minangkabau itu benar secara faktual atau sebaliknya tidak masuk akal, melainkan mengapa nenek moyang mereka menciptakan mitos demikian.

94Ibid. hal. xxviii

95Op.cit.hal. 56

asal-usul kata Minangkabau juga harus kita pahami secara maknawi bukan secara faktual. Selanjutnya penulis akan meninjau pendapat berdasarkan kesejarahan tentang asal-usul nama Minangkabau.

Amir MS (1997:138) menegaskan, menurut sejarah, kedatangan orang Jawa pertama kali ke Sumatra ialah sekitar tahun 988, yaitu penyerangan dari Dharmawangsa. Tetapi, jauh sebelum kejadian itu, kira-kira tiga ratus tahun, nama Minang sudah diperkenalkan oleh sejarah dalam prasasti Kedukan Bukit yang berangka tahun 68396

Amir MS (1997) mencoba merekonstruksi kejadian kata pinang dan khabu yang menurut Van der Tuuk kedua kata ini adalah asal dari kata Minangkabau.

Berikut adalah petikan rekonstruksi yang ditawarkan oleh Amir MS .

97:

a) pada waktu kedatangan pedagang-pedagang India dalam permulaan tarik Masehi untuk mencari emas antara lain ke daerah pedalaman sungai Kampar yang alirannya berasal dari pegunungan Emas, mereka menemui penduduk asli (orang Khabu atau Kubu) telah mendulang emas. Dalam persentuhan kebudayaan antara kedua bangsa, putra-putri India itu datang kepada kepala suku Kubu dengan membawa semacam candydate (bejana kencan) yang berisi pinang, sirih, dan lain-lain sebagai tanda bahwa mereka menginginkan puteri Kubu sebagai istri.

b) Cara mereka menyampaikan keinginan dengan membawa pinang itu lambat laun disebut me-minang dan candydate itu disebut oleh penduduk asli carano artinya caranya meminang.

c) orang-orang Kubu yang kini disebut suku terasing adalah sisa-sisa dari penduduk asli Minangkabau, mereka kini ditemui hidup di hutan-hutan Sumatera Barat bagian Tenggara, bermasyarakat menurut keibuan (matrilineal system) dan memanggil orang Minangkabau sebagai sanak artinya saudara sepersukuan.

96Op. cit . hal. 138.

97Ibid. hal. 139

cxxx