• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Analisis

Dalam dokumen Prosiding Konferensi APSSI Vol 1.compressed (Halaman 184-186)

Praktek pertanian yang tidak memperhatikan aspek konservasi tanah/aktivitas pertanian yang tidak terkendali,

Rajah 2. Model Analisis

Analisis data selanjutnya adalah analisis tematik yaitu proses menemukan serangkaian tema yang mengambarkan fenomena tertentu. (Poerwandari, 2005). Teknik analisis tematik penting dalam penyelidikan ini karena selain sebagai cara menganalisis informasi kualitatif juga merupakan cara untuk mengamati aktivitas wanita Kota Jambi, interaksi kumpulan dalam sistem sosial masyarakat Kota Jambi, situasi di kawasan dan kebudayaan mereka. Berdasarkan tema-tema yang ditemukan, ditarik kesimpulan atau dugaan sementara. Dalam analisis tematik tidak terdapat kendala karena model analisis yang telah dibuat dalam bentuk skema sangat membantu. Penyelidik tinggal mengelompokkan tema yang muncul dari hasil wawancara ke dalam tiga tema besar dalam model analisis melalui sub-sub temanya. Tahapan selanjutnya adalah interpretasi, Interpretasi yang digunakan adalah interpretasi menurut subyek penyelidikan yang dalam hal ini wanita Kota Jambi.

4.TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Temuan dalam kajian ini, dimana permasalahan lingkungan dipandang sebagai sesuatu yang disebabkan oleh tingkah laku manusia termasuk tingkah laku wanita yang maladaptif. Oleh karennya perlu dicarikan solusi sesuatu yang boleh merubah tingkah laku buruk wanita terhadap lingkungan yang bersumber dari ”human behavior”. Upaya-upaya tersebut ditempuh melalui perbaikan tingkah laku prolingkungan (proenvironmental behavior). Namun sebelum mengetahui apa saja yang harus dilakukan untuk memodifikasi tingkah laku wanita terhadap lingkungan perlu diketahui terlebih dahulu apa sebenarnya yang ada dibalik tingkah laku tersebut dan faktor apa saja yang mempengaruhinya.

Penyelidikan yang dilakukan di Kota Jambi ini mencoba memberikan gambaran faktor yang mempengaruhi tingkah laku wanita tersebut sekaligus juga mengetahui apakah tingkah laku wanita terhadap lingkungan tersebut dilandasi oleh kesadaran akan pentingnya lingkungan di dalam kehidupan.

Hasil penyelidikan yang dilakukan di Kota Jambi ini adalah:

4. 1. Hasil penyelidikan ini terbukti bahwa perbedaan struktur wanita dalam masyarakat tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran lingkungan seiring berjalannya waktu. Terbukti bahwa dipenyelidikan ini, tingkat pengajian, pendapatan dan suku bangsa tidak berpengaruh terhadap tingkah laku lingkungan. Dengan demikian teori

tentang lapisan sosial tidak berlaku untuk menjelaskan tingkah laku prolingkungan di Kota Jambi sebagaimana dikatakan oleh Jonas dan Dunlap tentang The Broadening Bad Hypothesis. Kesimpulan ini hanya berlaku untuk Kota Jambi saja.

4.2. Teori dasar nilai concern lingkungan dari Stern dan Dietz (1994) yang

mengembangkan teori Schwartz (1997) tentang model norma aktivasi, bahwa norma

moral lingkungan dapat diaktivasi melalui nilai-nilai sosioaltruistik, biosferik dan egoistik masih dapat diterapkan untuk mengaktivasi concern lingkungan wanita Kota Jambi. Aktivasi tersebut dapat dilakukan pada wanita muda, wanita single yang sedang menempuh pendidikan, meningkatkan perhatian pada kaum wanita dan lebih gencar menyampaikan pesan-pesan lingkungan melalui media cetak dan elektronik serta papan maklumat RT.

4. 3. Menurut Mc. Farlanc dan Boxall, pengetahuan (knowledge) memainkan peranan penting dalam memperkuat hubungan tingkah laku dan sikap lingkungan. Hasil penyelidikan ini memperkuat pendapat Farlanc dan Boxall bahawa pengetahuan

berhubungan dengan tingkah laku pro lingkungan. Sedangkan yang mengaktivasi pengetahuan lingkungan adalah tingkat pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan peran media cetak dan elektronik serta papan informasi RT.

4.4. Peran pemerintah sangat dominan dalam membentuk habitus seperti yang dikatakan Bourdieu. Ini terlihat dari program Adipura yang selama bertahun-tahun ikut

Walaupun setengah dipaksakan oleh instruksi dari tingkat atas, penduduk menta’atinya melalui peran Ketua RT, Lurah dan Kepala Kampung yang dibantu oleh pekerja sosioal (social worker). Sebagai perbandingan peran pemerintah juga menentukan keberhasilan program lingkungan yang dilakukan di Curitiba-Brazil yang selalu dijadikan model

percontohan pengelolaan kebersihan kota oleh banyak kota-kota besar di dunia, Minamata (Jepun) dan Taipei (ROC Taiwan). Dalam keberhasilan program kebersihan lingkungan,

di ketiga kota ini, tampak jelas peranan pemerintah yang dominan dibantu oleh partisipasi penduduk yang terdiri dari laki-laki dan wanita.

Untuk mengaktifkan gerakan sosial penduduk agar tingkah laku wanita baik terhadap lingkungan diperlukan seorang tokoh panutan yang dapat menggerakan wanita- wanita untuk bertingkahlaku prolingkungan. Dengan demikian, berdasarkan hasil temuan lapangan, habitus dan persekitaran (field) bukan hanya dibentuk oleh peranan pemerintah semata, tetapi juga diperlukan adanya kepemimpinan guna menggerakan sebuah gerakan sosial untuk membentuk suatu habitus baru.

4. 5. Sikap lingkungan terbentuk sebagai sebuah indikator dan komponen tingkah laku prolingkungan. Sikap proteksi lingkungan adalah sebuah konsep tiga dimensi yang meliputi environmental worldview,environmental concern dan environmental commitment (Cluck, 1997). Sikap proteksi lingkungan dalam penyelidikan ini mempengaruhi kelakuan pro lingkungan. Dengan demikian, penyelidikan ini membuktikan pendapat Cluck bahwa beberapa faktor boleh mengaktivasi sikap proteksi lingkungan yaitu motif lingkungan (nilai-nilai egoistik, biosfir dan altruistik), pernah mengikuti penyuluhan lingkungan dan peran aparat pemerintah mulai dari RT, Lurah dan Kepala Kampung sebagai pemberi pesan dan model lingkungan.

5.KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang tidak mengeneralisasi untuk seluruh kawasan kota di Indonesia, karena penyelidik tidak melakukan perbandingan (komparasi) dengan kota lain yang ada di Indonesia.

Kesimpulan yang penyelidik dapatkan sekaligus menjawab pertanyaan penyelidikan tentang tingkah laku wanita telah di dorong dan menjadi gerakan sosial wanita prolingkungan di Kota Jambi adalah sebagai berikut:

5. 1. Hal-hal yang mendorong dan menjadi gerakan sosial wanita prolingkungan di Kota Jambi adalah tingkah laku prolingkungan yang terdiri dari pengetahuan, motif dan sikap. 5. 2. Adapunbentuk tingkah laku wanita terhadap lingkungan di Kota Jambi ada yang berupa motivator dan lain sebagainya.

5. 3. Sedangkan usaha-usaha yang dilakukan oleh wanita untuk prolingkungan yang mampan (sustainable) di Kota Jambi antara lain menanam pohon, menghemat elektrik, memakai elektrik seperlunya saja dan lain-lain.

6.DAFTAR PUSTAKA

Dalam dokumen Prosiding Konferensi APSSI Vol 1.compressed (Halaman 184-186)