• Tidak ada hasil yang ditemukan

Negara Maju

Dalam dokumen Majalah Bank Indonesia tahun 2012 (Halaman 70-74)

Otoritas di negara maju terus melanjutkan stimulus, baik dari sisi moneter maupun iskal, untuk

mendorong aktivitas perekonomian dan menjaga kepercayaan pelaku pasar. Mayoritas negara maju menempuh kebijakan moneter ekstra akomodatif dengan mempertahankan suku bunga pada kisaran yang rendah dan tetap melanjutkan langkah-langkah

nonkonvensional berupa pelonggaran kuantitas (quantitative easing - QE). Stance kebijakan yang ekstra longgar di sisi moneter tersebut sekaligus mengimbangi keterbatasan ruang iskal (iscal space) menyusul deisit iskal dan rasio utang terhadap PDB yang telah cukup tinggi. Bahkan sebaliknya, langkah penghematan iskal justru semakin mendesak untuk ditempuh negara maju, terutama di Uni Eropa, guna mencapai postur iskal yang lebih sehat.

Di Amerika Serikat, kebijakan moneter ekstra longgar ditempuh oleh bank sentral AS (the Federal Reserve atau the Fed) selama tahun 2012 seiring dengan masih lemahnya perekonomian AS, tingginya angka pengangguran, dan masih rentannya pemulihan di pasar perumahan. Dalam kaitan tersebut, stimulus moneter the Fed mencakup pembelian Surat-surat Berharga (SSB) untuk melonggarkan kondisi likuiditas, melakukan reinvestasi dana pada aset-aset dalam portofolio the Fed yang telah jatuh tempo, dan menyatakan komitmen untuk mempertahankan suku bunga di tingkat yang ekstra rendah (0%-0,25%). Langkah tersebut ditempuh guna meningkatkan ketersediaan likuiditas dalam rangka menopang aktivitas perekonomian.

Mengacu pada masih tingginya ketidakpastian pemulihan ekonomi, the Fed kembali mengambil langkah operation twist pada 20 Juni 20121. Pada

FOMC Juni 2012, the Fed merevisi ke bawah prakiraan pertumbuhan ekonomi AS menjadi 1,9%- 2,4% di tahun 2012, atau lebih rendah dibandingkan dengan kisaran prakiraan sebelumnya, yaitu 2.,4%- 2,9%. Revisi ke bawah prospek pertumbuhan

1 Operation twist merupakan program pembelian SSB bertenor panjang dan penjualan SSB bertenor pendek yang dilakukan secara bersamaan. Langkah tersebut ditempuh the Fed guna menurunkan suku bunga jangka panjang. Berbeda dengan QE,

operation twist tidak menimbulkan dampak ekspansif yang dampak likuiditasnya relatif sulit diatasi di kemudian hari. Selain itu, operation twist juga tidak mendistorsi harga aset di pasar keuangan. Operation twist pertama dilakukan the Fed untuk kurun waktu antara September 2011 sampai dengan Juni 2012. Program tersebut berhasil menukar 400 miliar dolar AS aset bertenor kurang dari 3 tahun dengan aset bertenor 6-30 tahun.

Kebijakan Moneter dan Fiskal

ekonomi AS tersebut menjadi landasan bagi the Fed untuk menempuh program operation twist kedua. Program tersebut berlangsung selama kurun waktu Juli – Desember 2012 dan menargetkan penukaran SSB sekitar 267 miliar dolar AS, atau setara dengan 44,5 miliar dolar AS per bulan.

Pada September 2012, the Fed kembali menambah stimulus melalui pelonggaran kuantitas untuk kali ketiga (QE3). Kebijakan QE3 tersebut berupa pembelian SSB (mortgage-backed securities/ MBS) sebesar 40 miliar dolar AS per bulan tanpa jangka waktu yang ditentukan (open-ended), atau sampai pasar tenaga kerja mengalami perbaikan. Stimulus tambahan tersebut dilandasi kondisi ketersediaan lapangan kerja masih sangat terbatas dan tingkat pengangguran yang masih terus meningkat walaupun tingkat upah secara rata-rata mulai meningkat di atas 1% selama tahun 2012 dan telah berada di atas laju pertumbuhan angkatan kerja (Graik 2.1). Selain itu, investasi sektor bisnis terus melambat seiring dengan merebaknya kekhawatiran terhadap risiko jurang iskal2.

Meski pada triwulan III 2012 PDB AS tumbuh 2,6%, the Fed kembali melanjutkan kebijakan moneter akomodatif guna terus memantapkan momentum pemulihan ekonomi. The Fed melanjutkan pembelian MBS sebesar 40 miliar dolar AS per bulan dan

menambah pembelian obligasi pemerintah sebesar 45 miliar dolar AS per bulan sebagai pengganti

operation twist yang berakhir pada penghujung tahun 2012. The Fed juga memutuskan untuk tetap menahan tingkat suku bunga pada kisaran 0%- 0,25% selama tingkat pengangguran masih lebih tinggi dari 6,5%, sementara inlasi jangka pendek (1-2 tahun) tidak lebih dari 2,5% dan ekspektasi

2 Jurang iskal, atau juga dikenal dengan istilah iscal clif terkait erat dengan program penghematan iskal yang berlaku mulai tahun 2013 sebagaimana diamanatkan undang-undang

AS. Congressional Budget Oice (CBO) AS memprakirakan ekonomi AS dapat terkontraksi hingga 0,5% di tahun 2013

apabila program penghematan iskal memangkas deisit iskal hingga 40% .

inlasi jangka panjang masih terkendali. Selain itu, kekhawatiran terhadap jurang iskalyang sempat merebak di penghujung tahun 2012, kembali reda setelah tercapainya kompromi antara Pemerintahan Presiden Obama dengan Kongres AS yang kemudian diformalisasi menjadi Tax Payer Relief Act (2012).

Di kawasan Eropa, European Central Bank (ECB) dan Bank of England (BOE) menempuh berbagai kebijakan guna meredakan tekanan krisis utang dan gejolak di pasar keuangan, serta pada saat yang sama, menahan pemburukan aktivitas perekonomian. Pada semester I 2012, ECB mengeluarkan Long Term Repurchase Operation (LTRO) dengan meminjamkan 530 miliar euro ke perbankan Eropa dengan tenor pinjaman hingga 3 tahun dan tingkat suku bunga sebesar 1,0%. Demikian juga di Inggris, BOE kembali melakukan pembelian aset sebesar 50 miliar

poundsterling. Dengan tambahan tersebut, total pembelian aset oleh BoE telah mencapai 325 miliar poundsterling.

Di kelompok negara Uni Eropa, berbagai kemajuan juga dicapai dalam penanganan krisis Eropa selama semester I 2012. Otoritas Uni Eropa berhasil

menyepakati European Stability Mechanism (ESM) treaty yang baru, meski treaty dimaksud baru berlaku setelah dapat diratiikasi oleh masing-masing negara.

Selain itu, pemerintah Spanyol telah mengadopsi program penghematan baru guna penguatan sektor perbankan dan insentif bagi langkah restrukturisasi perbankan melalui merger dan akuisisi. Pemerintah Yunani juga telah merampungkan langkah-langkah penghematan iskal yang selaras dengan tuntutan kreditur sebagai prakondisi disetujuinya pengucuran dana talangan (bailout) kedua. Pemimpin Uni Eropa juga menyepakati program bantuan untuk Yunani, termasuk di dalamnya penetapan besar kontribusi sektor swasta (private sector involvement – PSI) pada debt swap dan menaikkan batas pemotongan utang (hair cut) menjadi 53,5%, atau lebih tinggi dibandingkan kesepakatan pada Oktober 2011 sebesar 50%3. Keberhasilan program bailout Yunani

yang melibatkan sektor swasta tersebut dapat

meredakan tekanan ketidakpastian di pasar keuangan Eropa dan global.

Pada Maret 2012, negara-negara anggota Uni Eropa kecuali Inggris dan Republik Ceko, menandatangani “iscal compact” guna mengatur besarnya deisit iskal dan menurunkan rasio utang terhadap PDB ke tingkat yang berkesinambungan. Negara-negara anggota Euro juga berhasil menyepakati peningkatan kapasitas pembiayaan European Financial Stability Facility

(EFSF)/ESM menjadi 700 miliar euro, dari sebelumnya hanya 500 miliar euro, meski dinilai masih belum cukup untuk menutup kebutuhan pembiayaan seluruh negara yang terkena krisis. Berbagai langkah tersebut, meski belum merupakan solusi jangka panjang, namun mendorong timbulnya sentimen positif di pasar keuangan. Kembali munculnya gejolak di pasar keuangan eropa pada triwulan II 2012, menyusul spekulasi terkait wacana keluarnya Yunani dari penggunaan mata uang euro “grexit” dan meningkatnya kekhawatiran atas kebangkrutan perbankan Spanyol, mendorong otoritas Uni Eropa untuk mengintensifkan langkah-langkah stabilisasi ekonomi dan pasar keuangan. Selain mengandalkan

3 PSI merupakan program keterlibatan kreditor swasta dalam program debt swap Yunani yang menghasilkan pemotongan utang 53,5% nilai utang yang dipegang swasta.

program LTRO yang telah menggantikan pembiayaan antar-bank (inter-bank lending) bagi 800 bank di Eropa, ECB juga menurunkan suku bunga acuan (reinance rate) menjadi 0,75% dari sebelumnya 1,0% dan menetapkan suku bunga deposito sebesar 0% guna meredakan tekanan likuiditas di pasar keuangan. Sementara itu, BoE kembali menambah pembelian SSB hingga 50 miliar poundsterling melalui skema

asset purchase facility sehingga total pembelian SSB oleh BoE naik menjadi 375 miliar poundsterling hanya dalam kurun waktu 4 bulan.

Memasuki semester II 2012, aktivitas penyaluran kredit oleh perbankan Eropa belum juga

menunjukkan tanda-tanda perbaikan meski program LTRO telah ditempuh ECB dan jumlah uang beredar (M1) telah meningkat. Bahkan sebaliknya, LTRO justru membuat sektor perbankan Eropa menjadi semakin terpapar oleh aset pemerintah. Sebagai upaya memutus rantai tersebut, negara-negara anggota Euro menyetujui proposal banking union4 dan

membuka peluang rekapitalisasi perbankan secara

4 Banking Union adalah upaya otoritas Uni Eropa untuk menyatukan pengaturan sektor perbankan dan penyatuan kerangka institusi dalam rangka implementasi, monitoring, dan penegakan regulasi guna memastikan terjaganya fungsi dan stabilitas perbankan sehingga menjamin penyatuan mata uang (monetary union) berhasil dan dapat berfungsi dengan baik.

langsung melalui ESM5 dan pengadopsian program

growth compact” dengan rencana pengembangan

road-map menuju integrasi ekonomi dan moneter yang lebih menyeluruh6.

Sebagai upaya menahan eskalasi krisis utang, ECB mengeluarkan kebijakan pembelian aset melalui program Outright Monetary Transaction (OMT) pada akhir September 2012. Berbeda dengan LTRO, OMT merupakan pembelian SSB tanpa batas jumlah dan waktu pembelian dan memiliki dampak ekspansi likuiditas yang permanen7. OMT ditujukan

untuk memperlancar kembali transmisi kebijakan suku bunga yang semakin melemah di kawasan euro, terutama di negara periphery. Lemahnya transmisi tersebut terkait meningkatnya tekanan krisis pemerintah dan lemahnya aspek permodalan dan likuiditas perbankan, sehingga berujung pada melemahnya fungsi intermediasi di perbankan Eropa. Selain itu, penurunan tingkat suku bunga sejalan program OMT juga diharapkan dapat menurunkan akumulasi utang pemerintah.

Selain AS, kawasan Uni Eropa, dan BoE, Jepang juga menempuh kebijakan moneter longgar (Graik 2.2). Bank sentral Jepang (BoJ) tetap mempertahankan

5 Dengan kata lain, rekapitalisasi perbankan dapat dilakukan tanpa berdampak pada kenaikan beban utang pemerintah. Program tersebut akan dapat diinisiasi bila mekanisme pengawasan tunggal di perbankan Eropa berhasil dibentuk dan dalam perkembangannya, otoritas Uni Eropa berhasil mencapai kesepakatan untuk memberikan mandat kewenangan pengawasan tunggal kepada ECB. Selain itu, otoritas Uni Eropa juga menyepakati posisi ESM tidak memegang posisi senior dalam program bantuan keuangan ke Spanyol.

6 Growth compact adalah kesepakatan yg dicapai otoritas di Eropa pada akhir Juni 2012 untuk melakukan langkah terkoordinasi baik di level nasional, negara anggota Euro maupun Uni Eropa guna mengembalikan Kawasan Eropa pada “path of smart, sustainable and inclusive growth”.

7 Dengan jumlah intervensi yang tidak terbatas, secara tidak langsung ECB memberikan jaminan atas seluruh utang pemerintah. Selain itu, ECB dalam program tesebut tidak lagi berada pada posisi senior dibanding kreditor lain. Langkah ini memberi proteksi bagi sektor swasta pemegang surat utang pemerintah negara di kawasan Euro dengan tidak menimpakan seluruh risiko gagal bayar pada kreditur swasta.

suku bunga di tingkat yang sangat rendah yaitu 0%-0,1%. Selain itu, BoJ juga melakukan kebijakan QE berupa pembelian obligasi pemerintah bertenor pendek sebesar 10 triliun yen guna menahan penguatan nilai tukar yen. Dengan tambahan pembelian tersebut, total target pembelian obligasi mencapai 65 triliun yen. Selain itu, BoJ juga menambah dana pinjaman “Growth-Supporting Funding Facility” menjadi 5,5 triliun yen dari

sebelumnya 3,5 triliun yen sebagai upaya mendukung kebangkitan industri Jepang yang terimbas bencana di Thailand pada tahun 2011. Langkah QE oleh BoJ juga ditujukan untuk mencapai tingkat inlasi yang ditargetkan (1%), dan memerangi delasi yang telah berlangsung bertahun-tahun.

Pertumbuhan ekonomi Jepang yang melambat di tengah memburuknya prospek ekonomi global dan ketidakpastian penyelesaian krisis Eropa memaksa BoJ untuk kembali meluncurkan program tambahan pembelian obligasi pemerintah pada September 2012. BoJ kembali mengumumkan adanya tambahan rencana pebelian SSB pemerintah menjadi 91 triliun yen pada Oktober 2012 yang antara lain terkait berakhirnya program subsidi pembelian kendaraan hemat BBM. Dengan tambahan tersebut, total pembelian SSB ditargetkan mencapai 80 triliun yen pada akhir tahun 2013.

Adapun dari sisi kebijakan iskal, tingginya rasio utang pemerintah terhadap PDB yang mencapai lebih dari 200% mendorong pemerintah Jepang berencana menaikan pajak konsumsi yang direncanakan mulai berlaku sejak Januari 2013. Meski memicu penurunan tingkat keyakinan konsumen dan konsumsi rumah tangga pada semester kedua 2012, langkah tersebut dibutuhkan untuk memperkuat kesinambungan iskal ekonomi Jepang.

Dalam dokumen Majalah Bank Indonesia tahun 2012 (Halaman 70-74)