• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Pasar Keuangan Global

Dalam dokumen Majalah Bank Indonesia tahun 2012 (Halaman 55-59)

1.3

Inlasi Negara Berkembang Asia

Graik 1.11 Inlasi Negara Berkembang Asia Graik 1.12

Graik 1.13

Perubahan Imbal HasilObligasi

Perubahan Harga Indeks Saham

Graik 1.15 Aliran Modal ke Emerging Market

memburuknya persepsi risiko dan sentimen pasar. Meskipun risiko pasar keuangan global masih tinggi, perkembangan harga aset sepanjang tahun relatif lebih stabil yang tercermin pada turunnya volatilitas harga.

Peningkatan kinerja pasar keuangan global terutama didukung oleh pertumbuhan harga aset di negara- negara berkembang. Kinerja positif pasar keuangan negara-negara berkembang sejalan dengan fundamental ekonomi yang lebih solid. Sementara itu, pertumbuhan harga aset keuangan yang tinggi di negara-negara maju di tengah pertumbuhan ekonomi yang masih rentan, ditopang oleh besarnya likuiditas terkait berbagai kebijakan quantitative easing bank sentral di negara-negara maju. Kebijakan

quantitative easing tersebut selain meredakan tekanan likuiditas juga meningkatkan kepercayaan pelaku pasar dan investor serta menurunkan tingkat risiko. Kondisi tersebut mendorong pembelian aset- aset keuangan, termasuk aset yang lebih berisiko seperti saham. Bahkan, besarnya likuiditas yang dikeluarkan bank sentral di negara-negara maju – tercermin pada ekspansi neraca masing-masing bank sentral – juga mengalir ke pasar keuangan negara berkembang. Pada tahun 2012, aset the Fed meningkat sekitar 42%, aset ECB meningkat 10,9%, sementara aset BOJ meningkat 9,3% (Graik1.15).

Di satu sisi kebijakan QE menjadi faktor pendorong yang signiikan bagi aliran modal ke negara-negara

emerging market. Di sisi lain, suku bunga di negara- negara emerging market yang relatif tinggi dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan iklim investasi yang kondusif menjadi faktor penarik bagi aliran modal global untuk masuk dan diinvestasikan ke negara-negara emerging market. Aliran masuk modal ke negara-negara emerging market sepanjang tahun 2012 mencapai sekitar 1.026 miliar dolar AS, tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Sebagian besar aliran modal tersebut, sekitar 49% dari total aliran modal yang masuk ke negara-negara

emerging market, mengalir ke negara-negara

emerging market di kawasan Asia, terutama China

yang menyerap sekitar 72% aliran masuk modal ke kawasan Asia (Graik 1.16).

Berdasarkan jenis investasi, aliran masuk modal dalam bentuk FDI merupakan yang paling dominan, yaitu mencapai 513 miliar dolar AS atau 50% dari total aliran masuk modal ke negara emerging market. Aliran masuk modal dalam bentuk pinjaman oleh nonbank juga cukup dominan, diikuti oleh aliran pinjaman bank dan aliran investasi portofolio. Meskipun aliran investasi portofolio (secara neto) relatif kecil, aliran modal tersebut bersifat jangka

Graik 1.15

Graik 1.16

pendek dan cenderung luktuatif sehingga sangat memengaruhi perkembangan pasar keuangan.

Meskipun secara umum pasar keuangan

menunjukkan tren peningkatan sepanjang tahun 2012, pasar keuangan global sempat mengalami tekanan baik di semester pertama maupun kedua. Volatilitas dan dinamika di pasar keuangan tersebut tidak terlepas dari dinamika krisis di negara-negara maju dan perubahan sentimen atas prospek perekonomian global sepanjang tahun 2012 (Graik 1.17).

Melanjutkan tren positif di akhir tahun 2011, harga aset di pasar keuangan global pada triwulan I 2012 mengalami kenaikan. Keberhasilan program debt swap yang dilakukanYunani dapat meredakan ketidakpastian dan sentimen negatif di pasar keuangan. Program debt swap tersebut melibatkan sektor swasta (private sector involvement-PSI) dan berhasil memotong utang Yunani sekitar 50%. Selain itu, peluncuran program Long Term Reinancing Operation (LTRO) kedua dari ECB di akhir Februari 2012 juga menekan perilaku risk aversion investor global. Hal tersebut menjadikan bursa saham global, termasuk bursa saham negara-negara Asia, semakin bergairah (bullish) (Graik 1.18). Selain itu, kinerja ekonomi AS yang positif dan membaiknya ekspor negara-negara emerging market Asia juga menjadi penopang peningkatan kinerja pasar keuangan global pada triwulan I 2012.

Perkembangan di bursa saham global tidak terlepas dari pergerakan indikator risiko di pasar keuangan global. Penurunan tingkat risiko dan membaiknya

risk appetite investor global terindikasi pada tren penurunan credit default swap (CDS) dan volatilitas harga di pasar keuangan global (Graik 1.19). Perkembangan serupa juga terjadi di pasar obligasi yang tercermin dari pergerakan imbal hasil baik obligasi negara-negara emerging market maupun obligasi negara-negara maju, termasuk negara- negara yang terkena krisis utang (Graik 1.20). Selain itu, tingkat likuiditas pasar keuangan global juga

Graik 1.17 Volatilitas Pasar Keuangan

Graik 1.18 Perkembangan Indeks Harga Saham Asia

Graik 1.22 Suku Bunga Tertinggi - Terendah Bank Eropa

membaik yang diindikasikan oleh penurunan selisih suku bunga LIBOR terhadap overnight index swap

(OIS), meski demikian, selisih suku bunga tertinggi dan terendah dari 16 bank Eropa, sebagai gambaran

counterparty risk’, mengalami peningkatan (Graik 1.21 dan 1.22).

Solidnya pasar keuangan global dan meningkatnya toleransi terhadap tingkat risiko mendorong investor membeli aset-aset keuangan negara-negara

emerging market. Bursa saham di negara-negara

emerging market Asia mencatat net foreign buy pada

Graik 1.20 Imbal Hasil Obligasi Negara PIGS

Graik 1.21 Selisih Libor - OIS 3 Bulan Graik 1.23 Aliran Modal Asing ke Emerging Market Asia

triwulan I 2012. Sejalan dengan derasnya aliran modal masuk tersebut, nilai tukar negara-negara emerging market Asia secara umum cenderung menguat terhadap dolar AS (Graik 1.23).

Pasar keuangan global kembali melemah pada triwulan II sebelum membaik pada triwulan III 2012. Eskalasi krisis Eropa yang diwarnai oleh meningkatnya suhu politik terkait wacana keluarnya Yunani dari penggunaan mata uang euro “Grexit”, memburuknya kinerja ekonomi Eropa, indikasi pelemahan

terhindarnya jurang iskal di tahun 2013. Selain itu, data-data ekonomi AS yang menjadi kunci pemulihan ekonomi, seperti data ketenagakerjaan dan

perumahan, juga menunjukkan terus berlanjutnya pemulihan dan mendukung kenaikan konsumsi masyarakat. Data ekonomi tersebut menopang membaiknya kinerja pasar keuangan AS.

Perkembangan Harga

Dalam dokumen Majalah Bank Indonesia tahun 2012 (Halaman 55-59)