• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nomor 3862/Pdt.G/2010/PA Sby Pendekatan Usuliyah

Dalam dokumen Majalah Peradilan Agama Edisi XI (Halaman 69-74)

sekolah Diponegoro‛, menurut Pasal b Undang-undang Nomor tentang Wakaf, dinyatakan bahwa harta benda wakaf yang sudah diwaka kan dilarang, dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya. Kemudian Pengadilan Agama Surabaya memutuskan pembatalan ikrar wakaf tersebut dengan putusan Nomor /Pdt. G/ /PA Sby.

Pembahasan

Menurut Pasal Undang-Undang No. Tahun tentang Perubahan atas Undang-Undang No. Tahun tentang Peradilan Agama dijelaskan bahwa Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama )slam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syari ah baca Pasal huruf i UU No. Tahun . Dalam memutuskan suatu perkara, seorang hakim selain memperhatikan alasan-alasan dan dasar-dasarnya juga harus memuat ketentuan-ketentuan dari peraturan yang terkait sebagai sumber hukum yang dijadikan dasar untuk mengadili.

Adapun pertimbangan dari Putusan Pengadilan Agama Surabaya Nomor /Pdt.G/ /PA. Sby, adalah sebagai berikut:

. Nazhir dalam pembuatan dan memproses Akta )krar Wakaf menggunakan wakif baru dari salah satu ahli warisnya;

. Nazhir dalam mengelola benda wakaf telah mengalihkan peruntukan atau manfaatannya;

. Nazhir dalam memproses akta ikrar wakaf tersebut, tidak melakukan isbat wakaf di Pengadilan Agama. Putusan Pengadilan Agama Surabaya dalam memutus sengketa wakaf berimplikasi pada dibatalkannya Akta )krar Wakaf Nomor BA ))) tanggal Maret dan )krar Wakaf tanggal Maret dan Surat Pengesahan Nazhir Nomor BA ))) tanggal Maret yang dibuat Kantor Urusan Agama Kecamatan Tambaksari. Putusan ini pada dasarnya dapat dibenarkan berdasarkan (ukum )slam. Akan tetapi dalam pertimbangan hukumnya, majelis hakim kurang begitu memperhatikan ketentuan hukum acara umum yang berlaku selama ini.

Pertimbangan hakim yang berupa permohonan

volunteir isbat wakaf, belum memiliki dasar yuridis yang

jelas, kuat dan pasti, kecuali berbentuk sebagai penafsiran. (al ini tidak sesuai dengan hukum acara, karena kewenangan absolute pengadilan agama tentang sengketa

wakaf hanya menyangkut gugatan contentiuse.

Namun demikian, hasil putusan di atas dapat dikatakan

sebagai langkah kreatif dan progresif untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk wakaf yang belum memiliki akta otentik. Di samping itu, juga untuk menjamin agar tidak dilakukan penyelewengan atau penyerobotan tanpa hak yang benar.

Berdasarkan penjelasan kasus perkara wakaf tersebut di atas yang berlaku adalah hukum wakaf yang telah dinyatakan oleh K(. Ardjo Usman, belum pernah dicabut atau dibatalkan. Majelis (akim PA Surabaya berpendapat bahwa pernyataan wakaf yang dilakukan K(. Ardjo Usman masih melekat dan berlaku, seharusnya dalam hal ini melakukan isbat wakaf terlebih dahulu. Menurut hukum )slam, praktek perwakafan yang berupa tanah milik dianggap sah apabila telah memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun perwakafan yang telah ditentukan.

Adapun rukun-rukun dan syarat-syarat sahnya perwakafan adalah sebagai berikut:

. Orang yang mewaka kan hartanya, dalam istilah )slam disebut wakif. Seorang wakif haruslah memenuhi syarat untuk mewaka kan hartanya, diantaranya adalah wakaf dilakukan dengan sukarela dan tanpa paksaan siapapun, kecakapan bertindak, telah dapat mempertimbangkan baik dan buruk perbuatannya serta benar-benar pemilik harta yang diwaka kan. Dalam hal ini wakifnya adalah Almarhum K.(. Ardjo Usman.

. Benda yang diwaka kan harus benar-benar kepunyaan wakif dan bebas dari segala beban, barang atau benda tidak rusak atau habis ketika diambil manfaatnya, dan benda atau barang tersebut tidak berupa benda yang dilarang oleh Allah atau barang najis. Tanah milik tersebut benar-benar hak milik atau kepunyaan wakif dan bebas dari segala beban, barang atau benda tidak rusak atau habis ketika diambil manfaatnya, dan benda atau barang tersebut tidak berupa benda yang dilarang oleh Allah atau barang najis. Tanah wakaf tersebut terletak di Jalan Kedungsroko Gg. V No. ; ; dan , Kelurahan Pacarkembang, Kecamatan Tambaksari, Surabaya seluas M delapan ratus meter persegi , dengan batas-batas sebagai berikut: a. Sebelah Timur : Jalan Kedungsroko gg. )V b. Sebelah Barat : Rumah Bapak Mat Jaheng c. Sebelah Utara: Rumah Bapak Ghufron d. Sebelah Selatan : Jalan Kedungsroko Gg.V.

. Tujuan atau orang yang berhak menerima hasil wakaf. Tujuan hasil wakaf, yaitu unutk keperluan ibadah dan kepentingan umum, baik untuk keperluan masyarakat umum maupun untuk keperluan keluarga.

f V

Adapun syarat-syarat bagi orang menerima wakaf, yaitu hendaknya orang yang diwaka i tersebut ada ketika wakaf terjadi, orang yang menerima wakaf itu mempunyai kelayakan untuk memiliki, tidak merupakan maksiat kepada Allah, dan orangnya jelas dan bukan tidak diketahui. Dalam hal ini praktik perwakafan tanah milik tersebut diperuntukkan untuk Madrasah Nahdlatul Ulama‛ dan diubah menjadi Sekolah Diponegoro‛. Tujuan perwakafan tersebut juga bermanfaat bagi masyarakat banyak, khususnya dalam pengembangan ilmu dalam aspek pendidikan.

. Lafaz atau peryataan penyerahan wakaf sigat atau ikrar . Lafaz atau sigat ialah pernyataan kehendak dari wakif yang dilahirkan dengan jelas tentang benda yang diwaka kan, kepada siapa diwaka kan dan untuk apa dimanfaatkan. Kalau penerima wakaf adalah pihak tertentu, sebagian ulama berpendapat perlu ada qabul

jawaban penerimaan . Akan tetapi kalau wakaf itu diperuntukkan untuk kepentingan umum, tidak harus ada qabul Mubarok, : . Dalam hal ini, semasa

hidup wakif memperuntukkan untuk sekolah Nahdlatul Ulama.

. Nazhir, adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif, baik berupa kelompok orang atau badan hukum yang diserahi tugas untuk mengelola dan mengembangkan wakaf sesuai dengan peruntukannya. Dalam hal ini yang menjadi nazhir adalah Nahdlatul Ulama dan yang mengelola tanah wakaf tersebut adalah Yayasan Taman Pendidikan Mahfudz Samsulhadi, kemudian diubah menjadi Yayasan Pendidikan Diponegoro oleh pendahulunya.

Dalam perkembangannya dalam UU No. Tahun tentang Wakaf menyatakan bahwa, unsur-unsur wakaf adalah wakif, nazhir, harta benda wakaf, ikrar wakaf, peruntukan harta benda wakaf dan jangka waktu wakaf. Dari berbagai komponen ini berjalin kelindan dan tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain, karena antara satu dengan yang lain saling berkaitan yang membuat sah tidaknya wakaf tersebut. Setelah praktik perwakafan ini memenuhi rukun-rukun syarat-syarat sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, maka wakaf tersebut sudah sah menurut hukum )slam.

Setelah melihat kronologi penyelesaian perkara sengketa wakaf dengan dibatalkannya akta ikrar wakaf tersebut dan juga melihat dasar pertimbangan hakim dalam memutus, dapat dikemukakan penjelasan bahwa: Terhadap peralihan atau perubahan status tanah wakaf adalah tidak dapat dilakukan perubahan, baik

perubahan status, peruntukan ataupun penggunaan selain dari pada apa yang sudah ditentukan di dalam ikrar wakaf. Akan tetapi dalam keadaan tertentu, seperti ketika tanah wakaf yang sudah tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf sebagaimana yang telah diikrarkan oleh wakif, atau kepentingan umum yang menghendakinya. Untuk menjaga agar tanah wakaf tetap berfungsi sebagaimana mestinya, maka peralihan tanah wakaf seharusnya bukan merupakan halangan. Sebab dengan adanya larangan terhadap peralihan hak pada tanah wakaf pada akhirnya justru akan mengakibatkan hilangnya fungsi wakaf Zuhaili, , X:

- .

Lebih jauh lagi dapat dinyatakan bahwa peralihan tanah wakaf tersebut, diperbolehkan mengalihkan pemanfaatan agar tanah yang kurang produktif tersebut tetap memberi manfaat, sehingga fungsinya tetap berlangsung seperti pendapat para ulama madzhab bahwa penukaran dan penjualan tanah wakaf yang kurang produktif berpijak pada asas kemaslahatan Atiyah, : - yaitu menghindari hilangnya manfaat tanah wakaf tersebut.

Atas dasar itu, ada pendapat bahwa bolehnya peralihan hak atas tanah wakaf bukanlah merupakan perbuatan melanggar hukum dalam hukum )slam karena peralihan tersebut dilakukan agar maksud dan tujuan wakaf tetap terpelihara. Sementara itu sebagaimana diketahui bahwa hakekat wakaf adalah manfaat dari wakaf tersebut.

Oleh karena itu, perubahan pemanfaatan wakaf dari yang semula untuk Madrasah Nahdlatul Ulama, kemudian digunakan juga untuk Madrasah Diponegoro sebenarnya dapat dibenarkan baik berdasarkan hukum )slam maupun peraturan hukum positif yang berlaku. Karena penggunaan tanah wakaf untuk Madrasah Diponegoro juga tidak mengubah peruntukan wakaf secara signi ikan sebagaimana dimaksud oleh wakif, bahkan justru lebih bernilai produktif dan masih dalam lingkup kesejahteraan umum. Dalam kaitan ini yang terjadi sebenarnya adalah peralihan yang tidak murni atau sekadar pergeseran dari rencana semula dan pengembangan. (anya perbedaan penafsiran, karena yang dimaksud sekolah Nahdlatul Ulama adalah sekolah yang mengajarkan ilmu-ilmu agama, sedangkan sekolah Diponegoro juga mengajarkan pelajaran agama, jadi sebenarnya hanya menyangkut istilah atau nama sekolah, tidak ada peralihan secara substansial, hal ini sesuai dengan kaidah iqh al-‘ibratu ϔi al-uquud li ma’aaniiha laa lisuari al-faaz al-Syatiri, tanpa tahun: ,

atau kaidah lain al-‘ibratu ϔi al-uquud lil maqaasid laa li al-faaz wa al-mabaani az-Zarqa, , ): .

Selain ilmu-ilmu agama, ilmu-ilmu umum yang diajarkan Sekolah Diponegoro juga termasuk ilmu yang bermanfaat yang dianjurkan oleh agama untuk menuntutnya. Dengan

D m p s d h p a p d p a

begitu, nazhir dalam pembuatan Akta )krar Wakaf tersebut sudah sesuai Peraturan Pemerintah No. Tahun tentang Pendaftaran Tanah Milik, yaitu diucapkan oleh wakif sendiri atau ahli warisnya di depan PPA)W dengan disaksikan sekurang-kurangnya dua orang saksi. Dalam hal ini, PPA)W dalam memproses sampai terjadinya wakaf tersebut, hanya mengoreksi begitu saja, karena berkas sudah lengkap, maka diikrarkan wakaf. Akan tetapi nazhir dalam pembuatan Akta )krar Wakaf tersebut tanpa ada persetujuan semua ahli waris yang ada, dan seharusnya PPA)W mengeluarkan Akta Pengganti )krar Wakaf bukan Akta )krar Wakaf. Oleh karena itu, apa yang telah dilakukan nazhir dalam mendaftarkan tanah wakaf tersebut hanya melanggar asas ketelitian.

Untuk melengkapi sarana hukum tersebut di atas, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor Tahun tentang Perwakafan Obyek Milik. Salah satu pasal dalam Peraturan Pemerintah Nomor Tahun , yaitu pasal mengharuskan perwakafan dilakukan secara tertulis, tidak cukup dengan pernyataan lisan. Munculnya peraturan ini bertujuan untuk memperoleh bukti otentik, misalnya sebagai kelengkapan dokumen pendaftaran obyek wakaf pada Kantor Agraria, maupun sebagai bukti hukum apabila timbul sengketa di kemudian hari mengenai harta telah diwaka kan. Oleh karena itu, seseorang yang hendak mewaka kan obyek harus melengkapi dan membawa tanda-tanda bukti kepemilikan dan surat-surat lain yang menjelaskan tidak adanya halangan untuk melakukan pelepasan haknya atas obyek tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat pula dipahami bahwa fungsi pendaftaran tanah wakaf dimaksud pada dasarnya untuk memperoleh jaminan dan kepastian hukum Riswandi, : mengenai tanah yang diwaka kan. Apabila sertipikat tanah telah dibalik nama atas nama nazhir dengan dibuatkan sertipikat wakaf, nazhir akan memperoleh jaminan dan kepastian hukum mengenai tanah yang telah diwaka kan kepadanya.

Untuk menjamin adanya kepastian hukum hak atas tanah wakaf, UUPA sebagaimana dinyatakan dalam Pasal ayat UUPA No. Tahun yang berbunyi : untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik )ndonesia menurut ketentuan yang diatur oleh Peraturan Pemerintah. Sedangkan cara pendaftaran tanah wakaf yang terjadi sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor Tahun tentang Perwakafan Tanah Milik, dilakukan sebagaimana Peraturan Menteri Agama Nomor Tahun , yakni setelah tanah wakaf tersebut diterbitkan Akta Pengganti )krar Wakaf‛ oleh PPA)W yang

bersangkutan.

Selanjutnya berdasarkan Pasal UU No. Tahun tentang Wakaf, dinyatakan bahwa wakaf yang telah diikrarkan tidak dapat dibatalkan. Jadi pada dasarnya Akta )krar Wakaf tidak dapat dibatalkan kecuali ada sesuatu hal yang dapat membatalkannya, seperti mewaka kan tanah yang bukan tanah miliknya, seperti tersebut dalam sebuah kaidah iqh ٌﻞِﻃﺎَﺑ ِْﺮَﻐﻟا ِﻚْﻠِﻣ ِﻲ ِفُ َﺮَﺤﺎِﺑُﺮْﻣَﻷا atau kaidah iqh yang lain ِﻪِﻧْذِإَ ِﺑِهِ ْﺮَﻟ ِﻚْﻠِﻣ ِﻲ َفَ َﺮَﺘَﻓ ْنَأِﺪَﺣَِﻷُرﻮُ َﺠَ .

Sementara itu sebagaimana diketahui bahwa perwakafan tanah dalam kasus tersebut di atas telah terjadi pada tahun , yang menjadi persoalan bagaimana jika pewakif sudah meninggal, sedangkan obyek wakaf tidak ada A)W-nya? Dalam hubungan ini dapat ditegaskan bahwa ketentuan hukum acara yang berlaku perkara permohonan voluntair) hanya menjadi

kewenangan Pengadilan Agama, apabila diatur secara tegas dalam peraturan perundang-undangan, sementara itu perkara isbat wakaf belum memiliki dasar yuridis kuat kecuali berbentuk penafsiran.

Berdasarkan konvensi umum telah disepakati bahwa terhadap hukum formil tidak berlaku penafsiran. Dalam konteks inilah, dibutuhkan secara urgen suatu pemahaman hukum yang responsif dan progresif untuk memformulasikan dasar pijak yuridis formil perkara isbat wakaf. (al ini bertujuan tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memunculkan kesepahaman atau persepsi, baik dalam teori maupun aplikasinya, terutama bagi para praktisi hukum di pengadilan agama.

Atas dasar itu, untuk memelihara harta benda wakaf dan menjaganya keabadiannya, berdasarkan tujuan umum dan muktabar hukum )slam, bahwa pemeliharaan harta benda wakaf sebagai bagian dari pemeliharaan harta benda, hifz al-mâl Auda, : - , maka benda-benda wakaf yang belum ada A)W-nya, dan pewakifnya sudah meninggal seharusnya dapat diajukan permohonan isbat wakaf kepada Pengadilan Agama, dan produknya hukumnya adalah berwujud penetapan. Atas dasar itu pula apabila Pasal ayat K() dapat dianalogikan kepada isbat wakaf, maka obyek wakaf bila tidak ada A)W-nya, seharusnya dapat juga mengajukan isbat wakaf ke Pengadilan Agama setempat. Untuk menyempurnakan kewenangan Peradilan Agama dalam mengadili perselisihan tentang benda wakaf dan nazhir, perlu diterbitkan peraturan perundang- undangan yang mengatur dan memberikan kewenangan

voluntair )sbat Wakaf kepada lembaga Pengadilan

Agama.

Berdasarkan penjelasan di atas agar isbat wakaf dapat dilegalisasikan dalam bentuk perundang-undangan. Dengan terbitnya aturan dimaksud dapat memberikan

legalitas terhadap istilah )sbat wakaf terhadap benda-benda wakaf yang belum ada A)W-nya sementara pewaqifnya sudah wafat. Atasa dasar itulah, isbat wakaf dapat segera mendapatkan formal dalam sebuah pengajuan perkara di Pengadilan Agama. Akan tetapi yang perlu dicermati dalam upaya isbat wakaf sebagaimana tersebut di atas adalah bahwa majelis hakim harus dapat menilai dan menemukan berbagai alat bukti yang akurat terkait dengan status obyek wakaf tersebut. Oleh karena itu dapat ditegaskan bahwa penilaian dan keyakinan hakim sebagai salah satu alat bukti sangat urgen dalam kasus ini.

Begitu pula posisi saksi yang benar-benar mengetahui kedudukan dan seluk-beluk obyek wakaf di atas juga sangat menentukan dalam menemukan bukti yang akurat. Selain itu, kedudukan KUA selaku PPA)W sebagai pejabat yang berwenang membuat Akta )krar Wakaf dan melaksanakan pendaftaran serti ikat tanah wakaf seharusnya bersifat telaten dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya yang berpijak pada peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang perwakafan tanah. Dengan demikian, pemahaman pendafataran tanah wakaf khususnya perlu peningkatan kualitas sumber daya manusia PPA)W-nya agar dapat meminimalisir kelalaian pendaftaran tanah wakaf.

(akim dalam konteks kasus tersebut di atas merupakan penentu dari para pencari keadilan sehingga dapat memberikan suatu putusan perkara sesuai dengan fakta dan undang-undang yang berlaku dengan merujuk pada kemaslahatan bagi para pihak yang berperkara. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Putusan Pengadilan Agama Surabaya Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sby sudah sesuai dengan hukum formil yang telah diatur dalam Peraturan Perundang-undangan, No. Tahun tentang Wakaf. Karena dalam segi pembuatan Akta )krar Wakaf, Nazhir di Kantor Urusan Agama KUA Kecamatan Tambasari Surabaya, menggunakan waqif yang baru bernama Nurul A ifah tanpa persetujuan semua ahli waris yang ada dan Nazhir telah mengubah pemanfaatan yang dilakukan oleh pendahulunya, seharusnya PPA)W mengeluarkan Akta Pengganti Akta )krar Wakaf bukan Akta )krar Wakaf karena tanah wakaf yang sudah diwaka kan tidak boleh diwaka kan lagi. Ketetapan atau Putusan tersebut bertentangan dengan asas kehati- hatian dan kecermatan.

Selanjutnya terkait dengan pertimbangan hakim tersebut, adanya isbat wakaf yang harus dilakukan antara nazhir dan ahli warisnya. Karena isbat wakaf dimaksud dapat menimbulkan perselisihan yang berkepanjangan karena adanya perbedaan pendapat antara para hakim. Bahkan dengan tidak adanya aturan yang mengatur

terminologi isbat wakaf dapat memunculkan silang pendapat di antara para hakim. Karena kewenangan Pengadilan Agama mengadili sengketa wakaf hanya ada gugatan contentious . Dalam kaitan inilah dibutuhkan

aturan baru untuk memperkuat kewenangan kompetensi absolut Pengadilan Agama mengadili perkara wakaf, yang berupa permohonan voluntair tentang tata

cara isbat wakaf di Pengadilan Agama. Dengan begitu, interpretasi isbat wakaf dapat dilakukan sehingga perdebatan atau perselisihan dalam penafsiran )sbat wakaf dapat diakhiri dan dapat dibuktikan berdasarkan fakta hukum acara.

Penutup

Berdasarkan uraian hasil analisis yang dikemukakan dalam uraian terdahulu, dapat dikemukakan kesimpulan bahwa ditinjau dari perspektif (ukum )slam Putusan Pengadilan Agama Surabaya dalam memutus sengketa wakaf yang berakibat dibatalkan Akta )krar Wakaf Nomor: BA. . / /)))/ tanggal Maret dan )krar Wakaf tanggal Maret dan Surat Pengesahan Nazhir Nomor: BA. . / /)))/ tanggal Maret yang dibuat Kantor Urusan Agama Kecamatan Tambaksari, dapat dibenarkan. Meskipun pada dasarnya dalam pertimbangan hukumnya, majelis hakim kurang memperhatikan ketentuan hukum acara umum yang berlaku dan diterapkan selama ini. Akan tetapi, putusan tentang sengketa tanah wakaf dengan dibatalkannya Akta )krar Wakaf oleh Pengadilan Agama tersebut tidak berimplikasi terhadap pembatalan tanah wakaf tersebut. Oleh karena itu, untuk antisipasi ke depan perlu ditetapkan aturan perundang-undangan yang baru untuk mengatur kewenangan kompetensi absolut Pengadilan Agama mengenai isbat wakaf.[]

PUSTAKA ACUAN

Ali, Mohammad Daud. . Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf. Jakarta: U)-Press. Atiyah, Jamaluddin. . Taf’il Maqasid al-Syari’ah. Amman: al-Ma had al-Alami li

al-Fikr al-)slami.

Auda, Jasser. . Maqasid al-Shariah as Philosophy of Islamic Law: A System Approach, London: The )nternational )nstitute of )slamic Thought.

(ana i, Al-Sarkhasi al-. . Kitab al-Mabsuth. Beirut: Dar al-Kutub al-)lmiyah. Mubarok, Jaih. . Wakaf Produktif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Riswandi, Budi Agus editor . . Wakaf Hak Kekayaan Kekayaan Intelektual.

Yogyakarta: Pusat (K) F( U)).

Syatiri, Muhammad bin Ahmad bin Umar al-. Tanpa Tahun. Syarhul Yaqut al-Naϔis. Beirut: Muasasah ar-Risalah.

Taimiyah, )bn. . Majmu’at al-Fatawa. Saudi Arabiyah: Dar al-)fta wal- )rsyad. Zarqa, Mustafa Ahmad az-. . Syarh al-Qawaid al-Fiqhiyah, Digital Library,

al-Maktabah al-Syamilah al-)sdar al-Sani.

Zein, Satria Effendi M.. . Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer Analisis Yurisprudensi dengan Pendekatan Ushuliyah. Jakarta: Diterbitkan atas Kerja Sama dengan Fakultas Syariah & (ukum U)N Jakarta dan Balitbang DEPAG R).

Zuhaili, Wahbah al-. . al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh. Beirut: Darl al-Fikr al-Mu asir.

Dalam dokumen Majalah Peradilan Agama Edisi XI (Halaman 69-74)