• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bolehkah Wakaf Dibat alkan jika

Dalam dokumen Majalah Peradilan Agama Edisi XI (Halaman 33-36)

Wakaf, dimana Nadzir mengajukan permohonan pembatalan wakaf yang dilakukan wakif dengan maksud mengembalikan harta wakaf tersebut, dengan alasan salah satu keturunan Wakif mengalami kebutuhan mendesak dalam hal ekonomi.

Ringkasan duduk perkara

Pada tahun , Nadzir

berjumlah orang, selanjutnya disebut Pemohon didatangi oleh Termohon ))) dengan maksud dan tujuan untuk mewaka kan tempat tinggal di atas tanah seluas m atas nama almarhum suaminya yang meninggal pada tahun , yang beralamat di Kota Surakarta, dengan S(M Nomor untuk keperluan Masjid Assegaf.

Pemohon ) selaku Pengurus Masjid sebelumnya memberikan saran agar rumah tersebut dijual terlebih dahulu untuk dibelikan menjadi rumah sehingga yang satu dapat ditempati oleh wakif dan satunya lagi diwaka kan kepada Masjid Assegaf karena Pemohon ) sedikit banyaknya mengetahui kadaan ekonomi wakif. Namun pada saat itu Wakif menolak dan bermaksud untuk mewaka kan seluruhnya.

Pada saat Termohon ))) mewaka kan tempat tinggal tersebut, Pemohon ) telah terlebih dahulu menanyakan tentang kesediaan Anak Termohon ))) yang juga sebagai ahli waris, namun dijelaskan

oleh Termohon ))) bahwa yang bersangkutan dalam kondisi yang tidak sehat sakit gangguan jiwa yang sering kambuh . Oleh karena itu Pemohon ) menganggap Termohon ))) telah mewakili anak tersebut karena memiliki keterbatasan. Pemohon ) menganggap ibu Termohon ))) juga dapat dijadikan wali dari Anak Termohon ))).

Selama hidupnya, Anak Termohon ))) dirawat oleh ibunya yakni Termohon ))) sendiri dan pamannya, yang telah menghabiskan hutang untuk dana pengobatan anak Termohon ))) hingga anak tersebut meninggal dunia pada bulan Desember dengan jumlah kurang lebih Rp. . . ,-. Mengetahui hutang sebesar itu, ahli waris dari paman anak Termohon ))) tidak tahu harus membayar dengan apa dan berharap pembayaran hutang diambil dari harta wakaf yang diyakini terdapat hak anak Termohon ))) di dalamnya.

Nadzir merasa kasihan dengan beban yang sedang ditanggung oleh Termohon ))) dan ahli waris paman anak Termohon ))) karena Termohon ))) tidak mempunyai harta selain harta yang sudah diwaka kan itu. Oleh karenanya Nadzir berencana untuk mengembalikan harta wakaf yang telah diberikan oleh Termohon ))) dengan harapan dapat membantu biaya hutang pengobatan anak Termohon ))).

Pada awalnya Nadzir telah mengupayakan pembatalan wakaf ini secara musyawarah dan ingin mengajukan langsung kepada Kantor Urusan Agama Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta. Akan tetapi kemudian atas tanah dan bangunan tersebut telah menjadi tanah wakaf Masjid Assegaf sebagaimana tercatat dalam Akte Pengganti Akta )krar Wakaf sehingga oleh Badan Pertanahan Kota Surakarta dikeluarkan Serti ikat

No. ) Tanda Bukti Tanah Wakaf dengan Nadzirnya NADZ)R ), NADZ)R )), NADZ)R ))) dan PEMO(ON ))), namun Badan Pertanahan Nasional membutuhkan Putusan dari Pengadilan Agama Surakarta.

Para Pemohon sudah beberapa kali bertemu dengan ahli waris harta wakaf tersebut dan akhirnya disepakati untuk menyerahkan permasalahan ini ke Kantor Pengadilan Agama Surakarta untuk memberikan putusan yang sesuai dengan agama )slam. Para Pemohon memohon PA Surakarta membatalkan Serti ikat tanah wakaf Nomor ) Kelurahan Pasar Kliwon yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional Surakarta atau menyatakan bahwa Serti ikat tanah wakaf tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum.

Ringkasan pertimbangan Hukum

Majelis (akim PA Surakarta kemudian mengabulkan permohonan Para Pemohon. Adapun amar Putusannya adalah membatalkan Akta Pengganti )krar Wakaf Nomor )))/ .))) yang dibuat Pejabat Pembuat Akta )krar wakaf Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta dan membatalkan Serti ikat wakaf Nomor ) Kelurahan Pasar Kliwon, yang diterbitkan Badan Pertanahan Nasional Surakarta atau menyatakan bahwa serti ikat tanah wakaf tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum.

Majelis (akim memulai pertimbangan hukumnya dengan mempertimbangkan tentang akad wakaf yang dilakukan oleh Termohon dengan Pemohon. Terdapat seorang ahli waris, yaitu Anak Termohon ))) yang tidak dapat menandatangani atau diminta persetujuannya untuk menandatangi Surat Pernyataan Penyerahan Tanah Wakaf tersebut dikarenakan mengalami sakit gangguan jiwa. Dan saat perkara ini diajukan anak tersebut telah

meninggal, sehingga syarat-syarat wakaf mengandung cacat formil dan bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik, khususnya asas kecermatan.

Majelis juga mempertimbangkan fakta bahwa ternyata nadzir tidak pernah memanfaatkan tanah wakaf tersebut Termohon ))) masih menempati rumah tersebut sampai sekarang , meskipun wakaf telah terjadi sejak tahun . Dengan demikian, Nadzir dan penerima wakaf tidak memanfaatkan dengan maksimal dan tidak menggunakan asas manfaat, yang berarti sama halnya dengan menyia-nyiakan amanah. Dengan demikian, tidak terpenuhilah asas penegakan hukum yang berfungsi sebagai perlindungan kepentingan seseorang, yang harus memuat tiga unsur, yakni adanya kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan.

Selain itu, Majelis melihat antara Para Pemohon dan Termohon ) serta Termohon )), pada dasarnya tidak ada kepentingan obyek wakaf kon lik kepentingan , selain murni kehendak Para Pemohon bermaksud mengembalikan tanah wakaf tersebut. Sedangkan Termohon ) dan Termohon )) tidak bermaksud menguasai atau memiliki tanah wakaf tersebut. Dengan demikian Pemohon beritikad baik untuk memberikan yang terbaik kepada Termohon ))), dan perbuatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum karena sejalan dengan maqashidus syari’ah

yaitu untuk kemaslahatan umat. Yang menarik dalam putusan ini adalah adanya dissenting opinion.

(akim Anggota ) berpendapat bahwa ketentuan Pasal Undang-undang Nomor Tahun tentang Wakaf yang menyatakan wakaf yang telah diikrarkan tidak dapat dibatalkan adalah apabila wakaf tersebut telah dilakukan berdasarkan ketentuan

perundangan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syara.

Sedangkan (akim Anggota )), berdasarkan bukti surat yang diajukan oleh Termohon ) berupa Akta Pengganti Akta )krar wakaf Nomor: N.)))/ /V))) tahun tanggal Juni , membuktikan bahwa tanah S(M No. telah diwaka kan oleh pemiliknya yakni Ali bin Salim bin Basri Assegaf pada tahun . Kemudian didaftarkan kembali oleh (aji Muhammad (usein Maasum yang disetujui oleh Termohon ))), dan tidak terbukti tidak ada persetujuan dari ahli waris yang lain. Maka oleh karenanya Para Pemohon telah ternyata tidak dapat membuktikan dalil permohonannya;

(akim Anggota )) juga berpendapat karena tuntutan Pemohon memohon pembatalan serti ikat tanah wakaf No. yang terletak di Kelurahan Pasar Kliwon yang telah diterbitkan oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Surakarta, sedangkan serti ikat tanah wakaf yang diterbitkan oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Surakarta tersebut adalah merupakan produk Pejabat Tata Usaha Negara, maka untuk pembatalannya harus dimohonkan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara. Berdasarkan p e r t i m b a n g a n - p e r t i m b a n g a n tersebut di atas, maka (akim anggota )) berpendapat bahwa pembatalan wakaf tersebut harus dinyatakan ditolak;

Epilog

Seluruh nomenklatur perundang- undangan yang mengatur tentang wakaf menyatakan bahwa harta benda wakaf yang telah diwaka kan tidak bisa ditarik kembali oleh Wakif dengan alasan apapun. Akan tetapi, terdapat banyak perkara sengketa wakaf yang pada pokoknya adalah permohonan pembatalan wakaf, entah dengan berbagai macam alasan permohonannya, dan itu harus disikapi.

Apabila (akim hanya berfungsi sebagai corong undang-undang, maka sudah dapat dipastikan bahwa semua permohonan pembatalan wakaf akan berakhir dengan putusan ditolak, akan tetapi hukum tidaklah seperti itu.

Dalam penanganan perkara, selain

legal justice, ada pula social justice

yang harus dijadikan pertimbangan tambahan oleh (akim dalam mempertimbangkan dan memutus perkara. Apabila aturan perundang- undangan yang ada belum mengatur tentang suatu hal, maka (akim harus menggali hukum dari berbagai sumber lain.

Larangan mutlak dalam berbagai aturan yang ada tentang pembatalan wakaf sepertinya harus ditinjau ulang, dengan berbagai alasan tertentu. Misalnya, pihak mana saja yang boleh membatalkan perbuatan wakaf, penggunaan harta wakaf yang tidak sesuai dengan aqad peruntukan wakaf, dan berbagai hal lain.

Selain itu, mungkin perlu diatur kembali tentang syarat-syarat melakukan perbuatan hukum wakaf, seperti tentang boleh tidaknya melakukan wakaf terhadap seluruh harta yang dimiliki dengan tanpa mempertimbangkan keberadaan ahli waris atau tanggungan ekonomi lain , juga tentang boleh tidaknya melakukan wakaf oleh seorang wakif yang memiliki keterbatasan ekonomi.

Dalam dokumen Majalah Peradilan Agama Edisi XI (Halaman 33-36)