• Tidak ada hasil yang ditemukan

Observasi dalam Jurnalistik

Dalam dokumen 198e8947 8ee9 4450 89e6 805e4fc52e66 (Halaman 86-91)

Posted by sisca setyowaty on 7:34:00 AM, 17 September 2010

http://ekstrajurnal.blogspot.com/2010/09/ observasi-dalam-jurnalistik.html

OBSERVASI bukan hanya digunakan dalam ilmu pengetahuan seperti psikologi, kedokteran atau lainnya. Jurnalistik juga mengenal teknik ini sebagai salah satu cara untuk mengumpulkan data, informasi dan tanda-tanda (ciri) yang dapat dibuat sebagai catatan penting.

Dalam jurnalistik, observasi menempati posisi penting. Teknik ini menghendaki kita untuk mengamati sesuatu (keadaan, peristiwa, objek tertentu) secara seksama, dengan mengoptimalkan seluruh panca indera yang kita miliki.

Sebuah kebakaran bangunan misalnya, kita dapat mengamati suasana kebakaran, bagaimana orang-orang berusaha memadamkan, bagaimana reaksi orang yang punya bangunan itu, merasakan panasnya api, membaui asap yang menyesakkan, mendengarkan teriakan orang-orang yang minta tolong atau sedang bekerja sama memadamkan api itu.

Jadi, observasi tidak sekadar mengandalkan mata saja untuk melihat. Kita sangat dimungkinkan ber- empati dengan kejadian atau objek yang kita lihat itu. Berempati berarti menempatkan diri kita bila kita dalam posisi dia, jika nasib kita seperti mereka itu.

Rekan dari Kompas, menjadi kernet truk karena ingin mengetahui dan menyaksikan sendiri praktik pungli di jembatan timbang. Saya pernah menyamar menjadi suporter bonek untuk melihat bagaimana perilaku bonek sepanjang perjalanan dari Jakarta- Surabaya dengan bus, beberapa waktu lalu. Yang terakhir, teman dari TVOne ikut kapal Marmara saat menuju Israel dan merasakan sendiri bagaimana

Israel.

Hasil observasi langsung akan memberikan kekuatan ketika kamu menuliskan apa yang sudah kamu lihat itu, peristiwa yang kamu saksikan itu. BUKAN mengenai apa yang kamu PIKIRKAN terhadap peristiwa atau objek yang kamu lihat itu.

Observasi dalam jurnalistik terbagi menjadi tiga teknik. Pertama, teknik observasi langsung (partisipasi), kedua, tekni observasi tidak langsung, dan ketiga, observasi diam-diam.

Observasi langsung berarti kita menjadi saksi langsung. Ini sangat menguntungkan, karena kamu dapat melihat, merasakan, mendengarkan, mencicipi dan mungkin membaui, peristiwa itu. Kamu menyerap langsung, sehingga, apa yang kamu dapat, informasi yang kamu peroleh, tidak mungkin terbantahkan.

Jurnalistik sangat menganjurkan observasi langsung karena ini adalah teknik paling powerful guna mendapatkan gambaran untuk mengenai objek atau peristiwa yang terjadi. Observasi langsung akan membantu tulisan kamu menjadi lebih hidup, penuh

emosi, dan membuat siapa yang membacanya seolah hadir dalam peristiwa itu juga.

Sementara dalam observasi tidak langsung, kita sendiri tidak terlalu aktif, sifatnya pasif. Misalnya, menonton sepak bola, nonton konser musik, menyaksikan kampanye, melihat kebakaran seperti contoh di atas, dll. Kita tidak dapat terlibat menyatu dengan objek atau peristiwa itu.

Sedangkan dalam observasi diam-diam, kita melakukan pengamatan seksama, dengan tanpa memberikan identitas kita. Kita luruh, menyatu dengan objek yang diamati. Seorang mahasiswa dari universitas swasta, yang saya tahu, ada yang pernah menyamar menjadi pekerja seks komersial (PSK) di Dolly, karena ingin mengetahu bagaimana kehidupan PSK yang sesungguhnya di lokalisasi paling besar di Asia Tenggara itu.

Wawancara

Modul 5

TUJUAN

PEMBELAJARAN

1. Peserta dapat melakukan wawancara yang kuat dan memahami isu.

2. Peserta dapat menggunakan hasil wawancara untuk memperkuat cerita (story) yang akan ditulisnya/ diproduksinya.

POKOK BAHASAN

1. Presentasi teknik-teknik wawancara, tiga jenis narasumber dan pertanyaan-pertanyaan wawancara

2. Hasil pemahaman peserta terhadap materi wawancara dan bagaimana melakukannya dengan baik untuk menghasilkan liputan yang kredibel dan tentu saja menarik.

METODE

1. Menyimak Video tutorial wawancara (produksi PJTV)

2. Penyampaian input materi

3. Simulasi praktik wawancara dalam ruang pelatihan

4. Curah pendapat dan diskusi

MATERI

1. Video tutorial Wawancara, PJTV – Internews. 2. Teknik-Teknik Wawancara, Berbagai Sumber. 3. Tiga Jenis Narasumber, Berbagai Sumber,

materi power point Firmansyah MS.

ALAT DAN BAHAN

1. Video tutorial mengenai Wawancara (PJTV - Internews)

2. LCD proyektor dan Laptop 3. Dua buah mikrofon wireless

4. Alat rekam audio. Jumlahnya disesuaikan dengan jumlah peserta/jumlah group

WAKTU

PROSES FASILITASI

1. Kegiatan fasilitator:

a. Menyampaikan pokok bahasan Teknik- Teknik Wawancara dan Tiga Jenis Narasumber (15 menit).

b. Memutar sebuah video tutorial Wawancara produksi PJTV – Internews dan meminta peserta untuk curah pendapat tentang isi dari tayangan ini (30 menit).

c. Meminta peserta untuk melakukan praktik wawancara di ruang pelatihan (Dua atau empat orang peserta dipilih untuk berperan sebagai pewawancara dan yang diwawancarai/ narasumber. Pertanyaan- pertanyaan yang diajukan seputar berbagai isu terkait topik 2 (Durasi persiapan dan wawancara kurang lebih 30 menit). d. Memandu diskusi hasil praktik peserta dan

tanya-jawab (15 menit).

2. Kegiatan peserta:

a. Mendengar/memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting mengenai teknik-teknik wawancara dan tiga jenis narasumber.

b. Menyimak sebuah tayangan video tutorial

Wawancara produksi PJTV – Internews dan

melaksanakan curah pendapat tentang isi dari tayangan ini.

c. Melakukan praktik wawancara di ruang pelatihan.

DASAR JURNALISTIK (Wawancara) 2 4 3 6 5 Langkah 5 1. Teknik Wawancara:

Wawancara: mencari informasi yang baru, berguna dan benar dengan memberikan pertanyaan yang tepat.

Langkah 5

2. Tiga Jenis Narasumber:

• Narasumber utama (primer) • Narasumber kedua (sekunder) • Narasumber ketiga (tersier) (Selengkapnya lihat Pokok Bahasan 4.3 Subpokok Bahasan 3: Tiga Jenis Narasumber)

Langkah 5

3. Video Tutorial Wawancara:

Video tutorial produksi PJTV- Internews dan meminta peserta untuk curah pendapat tentang isi dari tayangan ini (durasi: 30 menit).

Langkah 5

4. Praktik Wawancara:

Peserta melakukan praktik wawancara di ruang pelatihan (Dua atau empat orang peserta dipilih untuk berperan sebagai pewawancara dan yang diwawancarai/ narasumber. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan seputar berbagai isu aktual. Durasi: 30 menit).

Langkah 5

Tujuan Wawancara: Mencari fakta, alasan, opini atau penjelasan terhadap suatu masalah, dari nara sumber sehingga pendengar dapat membuat kesimpulan atau keabsahan dari nara sumber,

(Selengkapnya lihat Pokok Bahasan 4.1 Subpokok Bahasan 3: Teknik Wawancara)

Langkah 5

5. Diskusi Hasil Wawancara:

Para peserta mendiskusikan hasil praktik wawancara dan tanya-jawab dengan fasilitator/

trainer. (Durasi: 15 menit).

7

Dalam dokumen 198e8947 8ee9 4450 89e6 805e4fc52e66 (Halaman 86-91)