• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Kelola yang Baik di Bidang Kesehatan

Dalam dokumen 198e8947 8ee9 4450 89e6 805e4fc52e66 (Halaman 136-140)

Isu Pelayanan Publik Kinerja USAID

B. Tata Kelola yang Baik di Bidang Kesehatan

Kinerja mendukung upaya-upaya Pemerintah Indonesia untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium meliputi kesetaraan gender dan Kesehatan Ibu dan Anak. Oleh karena itu, Kinerja mendorong perawatan ibu hamil dilakukan sejak awal kehamilan dan teratur melalui program persalinan yang aman. Program ini juga mencakup peningkatan kesadaran dan advokasi untuk mempromosikan inisiasi

menyusui dini (IMD) dan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif. Pendekatan program dilakukan melalui pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Kegiatan-Kegiatan KINERJA:

1. Memperkuat kebijakan kesehatan daerah untuk mendorong terintegrasinya program- program kesehatan di sektor kesehatan dan non-kesehatan guna memastikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan secara langsung melibatkan masyarakat. Pelibatan masyarakat dimulai pada keseluruhan proses

dan penyusunan draft peraturan. Kebijakan ini terutama diprioritaskan pada isu-isu IMD, ASI eksklusif dan juga penanganan ibu hamil (K4/ pemeriksaan wajib bagi ibu hamil pada masa kehamilan kuartal ke empat).

2. Mendorong partisipasi masyarakat dan merevitalisasi lembaga perantara independen, seperti Dewan Kesehatan, Badan Pembina Puskesmas dan Forum Lintas Pemangku Kepentingan (MSF) melalui peningkatan kapasitas advokasi,pemantauan layanan dan mediasi antara kabupaten

individu dan kelompok masyarakat yang mempunyai pengaruh, komitmen, integritas dan kapasitas untuk ikut serta dalam forum- forum lintas pemangku kepentingan. Forum Lintas Pemangku Kepentingan bekerjasama dengan penyedia layanan dan pengguna layanan untuk menyebarkan informasi layanan dan menemukan jalan keluar yang tepat atas masalah-masalah pelayanan.

3. Meningkatkan pengelolaan puskesmas.

pengelola puskesmas dalam meningkatkan pelayanannya dengan bekerjasama bersama masyarakat. Kegiatan yang dilakukan antara lain pendampingan penyusunan perencanaan dan penganggaran partisipatif, pengelolaan pelayanan dengan menerapkan standar pelayanan minimal dan berupaya memperkuat kemitraan bidan-dukun.

4. Meningkatkan promosi persalinan aman, inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusif, dilakukan dengan pengembangan media kampanye dan penguatan Forum Lintas Pemangku Kepentingan (MSF). Pendampingan Kinerja berfokus pada perempuan dan masyarakat secara umum untuk membangun kesadaran bahwa pelayanan kesehatan adalah hak. Kegiatan ini melibatkan berbagai unit dan sektoral antara lain Dinas Urusan Agama, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan, media, tokoh-tokoh agama dan masyarakat. Media Informasi dikemas secara sederhana, menggunakan istilah-istilah lokal sehingga mudah dimengerti masyarakat.

5. Program percontohan untuk kesehatan reproduksi remaja dan kampanye pencegahan pernikahan dini di Bondowoso. Latar belakang program ini adalah upaya bersama antara KINERJA dan Pemerintah Bondowoso untuk mendorong anak-anak usia produktif memahami kesehatan reproduksinya dan menyuarakan haknya atas kesehatan dan pendidikan. Target program ini adalah pelajar SMP di 5 sekolah terpilih, tenaga pendidik di 12 Sekolah dan

pendidikan dan kesehatan dan SKPD terkait. Program dilaksanakan bekerjasama dengan Yayasan kesehatan Perempuan dan Yayasan Kampung Halaman. Program didesain dengan pengembangan media yang interaktif dan menarik bagi siswa dan publik dan penguatan jaringan pendidik sebaya (peer educator) remaja.

Bagaimana media mengangkat isu terkait program ini?

Penjelasan mengenai program diatas belum tentu memberi daya tarik bagi jurnalis maupun media untuk mengangkat. Oleh karenanya, diperlukan melihat lebih jauh lagi apa dampak jika program ini tidak dijalankan, ataupun dijalankan namun tidak sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan publik. Hasil akhir yang dikehendaki adalah:

1. Menurunnya kematian ibu melahirkan akibat dari

semenjak dini.

2. Pemanfaatan ASI eksklusif benar-benar dipahami sepenuhnya oleh ibu melahirkan dan mengurangi pandangan-pandangan keliru terhadap ASI eksklusif, termasuk upaya- upaya promosi susu pengganti/susu formula yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan ditempatkan di fasilitas kesehatan.

3. Penerapan IMD sepenuhnya agar bayi lahir mendapat keuntungan lebih di kemudian hari bagi insting, dan immune (kekebalan) si bayi.

4. Proses penyusunan kebijakan daerah terkait isu di atas, kampanye dan berbagai hal lain melibatkan secara aktif masyarakat/ stakeholder.

5. Berjalannya peran partisipatif masyarakat melalui forum-forum yang digagas oleh

stakeholder setempat.

Beberapa isu diatas dalam implementasinya

merupakan bentuk kampanye. Beberapa pertanyaan kunci dibawah ini dapat memberi gambaran

dan pemahaman kepada peserta untuk dapat mendorong lebih jauh pemikiran dan pemahaman mengenai dampak jika program di atas tidak dijalankan ataupun jika meskipun dijalankan namun tidak sesuai dengan tujuannya. Peserta perlu diajak untuk melihat dampak khususnya kepada penerima manfaat program, misalnya dalam hal ini kualitas layanan pendidikan bagi murid-murid yang minim menerima layanan jasa dari guru.

1. Inisiasi Menyusu Dini dan Ibu Melahirkan:

a. Apakah sudah ada regulasi daerah untuk mendukung praktik inisiasi menyusu dini (IMD)?

b. Apakah Puskemas /Bidan sudah

mengkampanyekan dan menerapkan praktik IMD?

c. Pemahaman ibu hamil dan melahirkan terhadap praktik IMD?

e. Bagaimana fasilitas puskesmas untuk ibu hamil dan melahirkan?

f. Apa saja penyebab ibu melahirkan meninggal?

g. Mengapa ada keengganan ibu hamil memeriksakan diri pada masa K4 (masa kehamilan di kuartal keempat)?

2. ASI Eksklusif

a. Apakah sudah ada kebijakan daerah untuk mendukung praktik penerapan ASI Eksklusif?

b. Apakah praktik promosi susu formula masih berjalan di fasilitas kesehatan?

c. Bagaimana penerapan kebijakan ASI Ekslusif di Puskesmas berupa penyediaan ruang laktasi?

d. Mengapa praktik ASI eksklusif pada ibu-ibu yang memiliki bayi masih sulit dijalankan?

3. Kemitraan Bidan dan Dukun

a. Siapa yang paling sering menjadi penolong persalinan di desa?

b. Mengapa masih banyak ibu melahirkan meminta bantuan dukun beranak ketimbamng ditolong bidan?

c. Apa keuntungan bagi dukun beranak jika mengikuti program kemitraan bidan dan dukun?

d. Mengapa bidan kurang diminati sebagai

e. Adakah kasus dukun beranak dan bidan yang bermitra memberi dampak meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap bidan?

4. Lain-lain

a. Apakah sudah terbangun forum-forum yang melibatkan masyarakat/stakeholder untuk membahas isu-isu kesehatan di wilayah Anda? Jika diketahui ada, apakah efektif? Apa saja yang biasanya dibahas dan hasilnya apa?

b. Pernah mendengar kasus ibu meninggal saat melahirkan? Berapa banyak kejadian tersebut di sekitar Anda? Tahukah apa penyebabnya? Siapa yang membantu persalinannya?

c. Apakah puskesmas yang ada sudah memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di sekitarnya, terutama ibu hamil/melahirkan dan bayi?

d. Apa yang menurut Anda masih perlu ditingkatkan pelayanan dari Puskesmas di sekitar Anda? Jam pelayanan dokter? Biaya yang terlalu mahal? Ketersediaan obat- obatan? Layanan bidang dan perawat?

e. Adakah pembinaan yang dilakukan oleh bidan di desa-desa terkait pelaksanaan posyandu? Kunjungan ke desa untuk pemeriksaan ibu hamil? Atau layanan “jemput bola” lainnya?

C. Tata Kelola yang Baik di Bidang

Dalam dokumen 198e8947 8ee9 4450 89e6 805e4fc52e66 (Halaman 136-140)