• Tidak ada hasil yang ditemukan

198e8947 8ee9 4450 89e6 805e4fc52e66

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "198e8947 8ee9 4450 89e6 805e4fc52e66"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN

Jurnalisme Warga

untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik

Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

(2)
(3)

PANDUAN

Jurnalisme Warga

untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik

www.kinerja.or.id

Penyusun:

Firmansyah S. Hamdani dan Imam Prakoso

Editor:

Imam Prakoso dan Firmansyah S. Hamdani

Editor Bahasa:

Firmansyah S. Hamdani

Ilustrator:

Bakhtiar Fitanto

Disain & Tata Letak:

Bakhtiar Fitanto & Iriawan Cahyadi

Penyelia Akhir:

(4)

yang beragam. Semakin banyaknya konten di berbagai media akan semakin kuat dorongan dari sisi demand. Dengan adanya jurnalis warga diharapkan konten semakin bervariasi, baik dari sisi perspektif konten, maupun

dan umumnya lebih aksesibel bagi publik akan lebih mewarnai konten dan pada gilirannya akan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang mengarah pada perbaikan tata kelola layanan publik.

Berbagai contoh praktik jurnalisme warga telah banyak ditunjukkan kepada kita semua. Mulai dari video yang direkam seorang gadis bernama Cut Putri saat tsunami menerjang Banda Aceh di penghujung tahun 2004 lalu. Video tersebut membuka mata dunia tentang apa yang sesungguhnya terjadi saat tsunami melanda Aceh itu. Kali lain, posting yang dilakukan mahasiswa Indonesia di Australia tentang pertemuannya dengan rombongan anggota DPR ke blog Kompasiana. Hasil tulisan tersebuit kemudian banyak dikutip media mainstream termasuk televisi swasta untuk menggali lebih dalam berita tersebut. Banyak sekali praktik-praktik jurnalisme yang dilakukan “orang biasa” yang belum pernah mengecap pendidikan jurnalistik.

Panduan dan materi pelatihan jurnalisme warga yang disusun USAID-KINERJA ini tidak ditujukan untuk membuat “heboh nasional” pemberitaan seperti yang dilakukan aktor-aktor yang telah disebutkan diatas. USAID-KINERJA memiliki perhatian pada isu pelayanan publik dasar seperti pendidikan, kesehatan dan peningkatan iklim usaha. Ketiga isu ini belum banyak menjadi perhatian media arus utama. Padahal jika diamati benar, isu ini sangat dekat dengan keseharian publik dan menyangkut kepentingan publik. Dengan meningkatkan kemampuan orang per orang yang memiliki ketertarikan terhadap isu-isu diatas, diharapkan dapat mencuri perhatian media arus utama untuk mengangkat berbagai persoalan pelayanan publik sehingga dapat menyebar kemana-mana. Distribusi konten yang semakin meluas diharapkan dapat ikut mempengaruhi perseppsi publik dan juga pengambil kebijakan dalam upaya perbaikan layanan publik. Isu yang diangkat tentu saja tidak hanya berbagai kekurangan dalam memberi layanan kepada publik, namun juga praktik-praktik baik yang dijalankan unit layanan yang jika diangkat ke media dapat menginspirasi unit-unit layanan lainnya.

(5)

sekali oleh Marcia Soumokil, Deputy Chief of Party dan Bahtiar Fitanto, Lokal Public Service Specialist yang bertugas di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Untuk itu semua, USAID-KINERJA mengucapkan banyak terima kasih.

Setelah pelatihan, banyak mitra pelaksana media di lapangan merasa tidak mengetahui bagaimana cara dan metode untuk mendampingi jurnalis warga yang masih selalu membutuhkan dukungan. Oleh karenanya pada bulan Juli 2012 disusun tambahan materi dari dokumen awal yakni materi pendampingan kepada jurnalis warga yang disusun Imam Prakoso dan disunting serta dilengkapi Firmansyah S. Hamdani (ketika mulai menjadi Media Specialist KINERJA). Materi terakhir yang disusun ini selain mendasarkan pada pengalaman juga berdasarkan pada interaksi keduanya dengan berbagai kegiatan lapangan setelah pelathan dilakukan. Untuk melengkapi agar menjadi dokumen yang utuh, maka ringkasan panduan pelatihan juga dimasukkan ke dalam dokumen ini, sehingga lengkaplah komponen didalam dokumen ini mulai dari pengertian jurnalisme

mereka pasca-pelatihan.

Dokumen ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi mitra pelaksana atau siapapun yang tertarik dengan pendekatan jurnalisme warga untuk mendorong peningkatan pelayanan publik atau isu lainnya, baik mulai dari

USAID-KINERJA berharap mendapat masukan dan kritik untuk menyempurnakan panduan ini dari khalayak pembaca maupun pemerhati media khususnya terkait isu jurnalisme warga.

Jakarta, Oktober 2014

ELKE RAPP

(6)

hingga administrasi kota (pembuatan KTP, perizinan usaha, dll). Layanan publik adalah layanan yang diberikan pemerintah kepada warga negara secara: langsung (melalui sektor publik: lembaga pemerintah/ BUMN atau BUMD) dan tak langsung, lewat perusahaan swasta yang dibiayai (disubsidi) negara.

Setiap warga negara berhak mendapatkan layanan publik dengan kualitas baik bahkan secara gratis, atau relatif murah. Layanan itu harus tersedia bagi semua orang, seluruh warga negara, tak peduli apa pekerjaan dan berapa pendapatan mereka. Tak peduli miskin atau kaya.

Untuk mendapatkan pelayanan publik yang dari hari ke hari semakin baik, sudah barang tentu keterlibatan pihak luar untuk mendorong terjadinya perubahan ke arah membaik sangat diperlukan. Salah satu yang dapat menjalankan peran sebagai watchdog adalah media. Sayangnya, isu layanan publik ini termasuk yang kurang menjadi perhatian untuk diliput dan diangkat oleh media khususnya media masa. Wartawan menganggap isu tersebut kurang menarik. Apalagi saat sekarang ini persaingan isu antara politik, pilkada,

jika dipandang dari sisi politik, ekonomi, sosial atau bahkan human interest.

Selain itu, publik juga kurang tertarik membaca karena liputan layanan publik cenderung menjemukan, berita permukaan dan tidak menyentuh kepentingan mereka. Ini terjadi karena wartawan kurang memahami pengertian dan pentingnya layanan publik dalam kaitan dengan politik dan aspek kehidupan lainnya.

Sebetulnya, publik juga bisa memainkan peran yang lebih besar dalam “memantau” jalannya sektor pelayanan publik ini. Jurnalisme warga dan media sosial adalah saluran yang tepat untuk merealisasikan peran ini. Bahkan, pada peringatan Hari Pers se-Dunia pada 3 Mei 2011 lalu Perserikatan Bangsa Bangsa menyoroti positif tentang meningkatnya peran media sosial, ponsel dan internet, dalam menyuarakan pandangan rakyat di berbagai negara. Dalam gejolak di Afrika Utara dan Timur Tengah misalnya, peran jurnalisme warga melalui internet tampak dapat melahirkan perubahan yang besar. Sebuah video amatir yang dilaporkan direkam di jalanan kota Basrah, Syria dipasang di internet tentang pengunjuk rasa yang berkabung atas tewasnya aktivis prodemokrasi yang diduga dibunuh aparat keamanan Syria. Video lain yang dimuat di Youtube

menggambarkan prosesi pemakaman seorang pengunjuk rasa yang tewas dalam demo anti-pemerintah di Damascus sehari sebelumnya.

(7)

dapat menggulingkan pemerintah di Tunisia dan Mesir.

Untuk situasi di Indonesia, tingginya penetrasi telepon seluler menciptakan peluang lebih besar untuk lebih berperannya jurnalisme warga, terutama melalui media sosial (selain Youtube, tentunya dapat juga menggunakan facebook, twitter dan juga SMS atau BBM bagi para pengguna blackberry). Begitu sederhananya proses penyebarluasan informasi dengan ponsel dan media sosial ini sehingga suatu peristiwa atau permasalahan dapat diangkat sesegera mungkin ke ruang publik.

Selain di media sosial yang berbasis internet dan telepon genggam, jurnalisme warga juga tentunya dapat disalurkan melalui media konvensional, seperti: selebaran dan majalah dinding serta siaran radio atau via pendekatan pencerita/story teller yang dapat lebih efektif menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat yang masih mendapat kesulitan dalam kemampuan baca-tulis.

Jika ini juga dapat dilakukan untuk upaya peningkatan pelayanan publik, tentunya akan semakin mempercepat terjadinya perbaikan pelayanan melalui proses keterbukaan informasi publik yang dihasilkan publik itu sendiri via jurnalisme warga. Namun tentunya, informasi yang kita inginkan muncul di ruang publik itu tidak sekedar

keluh-kesah atau bahkan caci-maki yang semuanya itu berujung pada opini pribadi bukan sesuatu yang faktual (berdasarkan fakta) dan ini bukan menjadi bagian dari jurnalisme. Sebab, makna secara umum kata “jurnal” adalah catatan peristiwa, bukan catatan opini. Maka opini pribadi bukanlah karya jurnalisme warga. Jika kita ingin menulis tentang opini tapi dalam format jurnalisme warga, wawancarailah orang lain, bukan dengan menulis opini pribadi kita.

Nah, untuk mencapai tingkatan ini yaitu kecakapan dalam mewawancarai narasumber, juga dalam hal melakukan riset liputan sederhana dan observasi di lapangan, jurnalis warga perlu bekal pengetahuan dan keterampilan praktis yang cukup mumpuni. Untuk itulah, panduan ini dibuat dan selanjutnya digunakan sebagai pegangan atau panduan dasar dalam melaksanakan kegiatan pelatihan bagi para jurnalis warga, terutama yang berkaitan dengan upaya peningkatan pelayanan publik di Indonesia.

Jakarta, Oktober 2014

(8)

A. Pendahuluan

B. Peran Jurnalis Warga

C. Kriteria Calon Jurnalis Warga

D. Tahapan Penjaringan Calon Jurnalis Warga E. Membangun Komitmen Calon Jurnalis Warga

8 14 18 21 23

30 30

41 44 58 70 81 86 95 102 116 122 126 179 Pelatihan Jurnalisme Warga

- Tujuan Pembelajaran dan Pokok Bahasan - Panduan Umum untuk Fasilitator

- Biodata dan Pre-test

▪ Modul 1. Pengantar Jurnalisme Warga ▪ Modul 2. Ciri dan Elemen Jurnalisme

▪ Modul 3. Fakta dan Opini, serta Tiga Tahap Peliputan ▪ Modul 4. Observasi Lapangan

▪ Modul 5. Wawancara

▪ Modul 6. Menggali Ide, Menentukan Angle, Lead dan Plot ▪ Modul 7. Menulis Berita di Media Sosial

▪ Modul 8. Menulis Berita Langsung (Straight News) ▪ Modul 9. Jurnalisme Radio

▪ Modul 10. Meliput Isu Pelayanan Publik (dengan Standar Pelayanan yang Baik) ▪ Modul 11. Kode Etik Jurnalis Warga

186 186 186 190 BAB II

PENUTUP

(9)

Calon Jurnalis Warga

(10)

kebutuhan pelatihan. MIsalnya: jika pelatihan diperuntukkan bagi persoalan perbaikan pelayanan publik di sector pendidikan dan kesehatan, maka salah satu kriterianya adalah orang-orang yang peduli dan/ atau telah cukup lama menggeluti isu tersebut. Sehingga diharapkan, pasca-pelatihan pesera pelatihan jurnalisme warga ini akan aktif menulis atau menyebarkan informasi seputar pelayanan publik di kedua sector penting tersebut, terutama dari sisi upaya-upaya untuk melakukan perbaikan pelayanan publik.

A. Pendahuluan

1. Apa itu Jurnalisme Warga?

Kemajuan teknologi komunikasi dan juga

keterbukaan serta kebebasan berekspresi di dunia mendorong lahirnya individu-individu yang memiliki ketrampilan di dalam jurnalistik dan penggunaan teknologi informasi untuk mengangkat berbagai berita kejadian di sekitar mereka. Tidak jelas kapan dimulai tumbuhnya individu-individu tersebut. Namun kuat dugaan mereka lahir dari praktik-praktik yang mereka lakukan sebagai penyeimbang berita-berita yang disampaikan oleh media arus utama.

Sebelum

pelatihan dimulai,

harus dilakukan

terlebih dahulu

proses penyaringan

calon jurnalis warga

yang akan

dilatih.

(11)

Merekapun dibekali oleh kemampuan-kemampuan standar untuk dapat melakukan laksana wartawan yang sedang meliput berita. Namun umumnya dari mereka adalah bekerja secara invidu dan bergerak secara voluntarisme.

Menurut beberapa literatur, jurnalisme warga lahir akibat terjadinya tren yang disebut “market driven journalism” yakni perkembangan dari implementasi jurnalisme yang diakibatkan dorongan kepentingan pasar atau kepentingan pemodal. Ini mengindikasikan adanya dorongan yang kuat dari pemilik media yang “berkonspirasi” untuk kepentingan tertentu. Masyarakat atau publik diangggap sebagai pasar dan bukan sebagai warga, sehingga orientasi jurnalistik yang berkembang mengarah pada pemasaran. Di samping itu, kecenderungan jurnalisme warga ini semakin berkembang juga mengisi lemahnya kerja jurnalistik yang mengusung konten-konten tertentu yang seharusnya ada di media-media saat ini. Disisi lain, perkembangan teknologi informasi menyebabkan orang perorangan dengan sangat mudah menyampaikan informasi yang diketahuinya melalui media-media sosial, bahkan tak hanya itu, melalui kemampuannya dapat menyusun berita atau informasi yang menurutnya penting diketahui oleh publik.

warga diantaranya, yaitu:

1) Aktivitas warga yang memainkan peranan aktif dalam mengumpulkan, menganalisis,

melaporkan dan menyebarkan berita kepada masyarakat luas. Penjelasan ini dikemukakan oleh Shane Boyman dan Chris Willis di dalam

http://www.hypergene.net/wemedia/weblog.php

2) Pandan Yudhapramesti dalam tulisannya di Citizen Journalism (CJ) Sebagai Media Pemberdayaan Warga. Majalah Observasi. Vol 5. no. 1, menyatakan bahwa jurnalisme warga adalah jurnalisme orang biasa, tanpa memandang latar belakang pendidikan dan keahliannya, seseorang dapat merencanakan, menggali, mengolah dan mempresentasikan informasi berupa tulisan, gambar, foto, laporan lisan, video dan lainnya dalam Jurnalistik Warga.

(12)

S

alah satu top news pada akhir November 2011 di beberapa media massa di Jakarta, terutama televisi, adalah kasus perampokan yang terjadi di kawasan Pulomas Jakarta Timur pada 19 November 2011. Bukan kasus perampokannya yang menarik, tetapi bagaimana sang penghuni rumah yang dirampok itu lebih memilih SJS (situs jejaring sosial) ketimbang melaporkannya terlebih dahulu kepada pihak kepolisian. Hasil rekaman kamera CCTV tentang perampokan di rumahnya itu pun di-posting melalui YouTube [1]. Dan benar saja, setelah itu media massa mainstream memberitakannya dan polisi pun “bergerak” cepat dan akhirnya tertangkap lah para perampok di Pulomas itu.

Kisah dari Pulomas tadi adalah salah satu praktik jurnalisme warga yang berhasil membangun noising alias kebisingan dalam beberapa perbincangan di media sosial via YouTube, facebook dan twitter. Pada akhirnya, video tersebut dapat menarik minat serta membangun kepedulian media arus utama untuk mempublikasikan dan menindaklanjutinya dengan mewawancarai berbagai pihak, terutama kepolisian, yang terkait dengan peristiwa perampokan itu.

Kekuatan berita yang dihasilkan para jurnalis warga, memang tidak bisa dianggap sepele. Masih ingat dengan video amatir yang berhasil merekam peristiwa tsunami Aceh 26 Desember 2004 itu? Betapa dahsyatnya pengaruh video karya Cut Putri itu. Melalui karyanya itulah, peristiwa tsunami Aceh kemudian lebih diketahui masyarakat luas. Video tersebut merupakan gambar awal kondisi tsunami di Aceh itu. Stasiun televisi kemudian menayangkan hasil rekaman video Cut Putri. Dari tangan seorang perempuan yang tidak atau bukan sedang menjalankan tugas jurnalistik itulah lahir karya yang memiliki nilai berita sangat tinggi [2].

Berikut ini adalah detik demi detik proses perekaman dengan handycam yang dilakukan Cut Putri seperti yang dituturkan gadis Aceh kelahiran Papua tamatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung itu:

(13)

Berikut ini adalah detik demi detik proses perekaman dengan handycam yang dilakukan Cut Putri seperti yang dituturkan gadis Aceh kelahiran Papua tamatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung itu:

“Saat itu, aku tidak mau berdiam diri, aku harus tetap produktif walaupun mungkin ini saat-saat akhir kehidupan. Karenanya, aku berjuang keras untuk tetap merekam semua kejadian yang ada, selama mungkin dan sestabil mungkin. Aku tak akan menekan tombol off selama masih hidup. Kalaupun akhirnya aku tersapu tsunami, aku tetap dalam keadaan merekam. Do’aku hanya satu, Ya Allah, kalaupun aku meninggal saat ini, aku ikhlas. Hanya satu yang aku inginkan, selamatkan rekaman ini agar semua orang bisa melihat betapa Maha Kuasanya Engkau.”[3]

Beberapa pengalaman di atas adalah gambaran mengenai praktik jurnalisme warga dimana orang per orang (warga) mengambil peran penting dengan berpartisipasi langsung dalam menyampaikan informasi/ berita kepada publik.

2. Siapa Jurnalis Warga?

Apakah setiap orang di masyarakat kita dapat menjadi Jurnalis Warga (JW)? Mahasiswa, Pekerja Pabrik, Petani, Nelayan, Pegawai Negeri Sipil, Perempuan - Laki-laki, Tua – Muda, dan lain lain bisakah menjadi JW? Ya, tentu saja. Siapapun bisa menjadi JW, karena memang jurnalisme warga adalah jurnalisme orang biasa [5]. Ini juga seperti yang dikatakan Oh Yeon-ho, pendiri

OhMyNews, situs jurnalisme warga terpopuler asal Korea Selatan dengan 40.000 reporter warganya, mengatakan “every citizen is a reporter”,

setiap warga adalah pewarta. Siapa saja dapat

mewartakan apa saja yang terjadi di sekitarnya, baik peristiwa maupun berbagai persoalan yang ada di masyakaratnya [6].

Secara singkat, rumusan mengenai jurnalisme warga itu: sebuah proses pengumpulan data, penulisan, penyuntingan, dan penyebarluasan

merupakan ekspresi jati diri reporter maupun kebudayaan masyarakat sekitar. Praktik penyelenggaraan jurnalisme warga tidak dikendalikan pihak manapun sehingga mereka memperoleh kebebasan penuh dan sangat independen [7].

(14)

P

engalaman Radio Suara Surabaya FM (SS) mengenai keikutsertaan masyarakat mengatasi persoalan kejahatan di Surabaya, misalnya perampokan dan pencurian mobil. Dalam kurun waktu 1994 hingga 2002 melalui siarannya dan juga partisipasi masyarakat, SS berhasil menggagalkan tujuh perampokan mobil. Modusnya para korban pencurian itu biasanya melaporkan secara langsung di SS bahwa mobil mereka dicuri, sambil memberikan identitas mobil tersebut [4].

Pendengar, khususnya yang sedang mengendarai mobil dan sedang mendengarkan informasi tersebut langsung memberikan perhatian dan mengamati apakah mereka berpapasan dengan kendaraan yang sedang dicuri tersebut. Biasanya yang melihat mobil tersebut, kemudian melaporkannya ke SS secara “live”, sehingga memudahkan polisi menangkap pencuri tersebut.

Peran SS sebagai tempat masyarakat belajar berdemokrasi semakin tampak di tahun 1994 itu, melalui program “interactive”. SS menjadi pelopor dengan memberikan kesempatan masyarakat memberikan pendapat dan informasi secara live di radio melalui telepon. Saat itu juga bersamaan dengan perkembangan telepon seluler di Indonesia, sehingga masyarakat Surabaya mulai banyak berbicara di radio secara lebih bebas.

Para pengguna telepon seluler juga mulai banyak melaporkan situasi lalu lintas ke SS. Pendengar lainnya melalui telepon di rumah ( ) menelpon untuk memberikan pendapat atau

melaporkan hal-hal kritis tentang kota Surabaya. Dalam waktu singkat program ini mendapat respon luas bukan saja dari masyarakat, tetapi juga dari aparat pemerintah, polisi dan parlemen. Mereka melihat peluang berdialog dan berkomunikasi di radio secara terbuka dan transparan.

F

ransiskus Pehan (33 tahun, tamatan SMP), seorang petani dari dusun II desa Danibao, pulau Adonara, Flores Timur adalah seorang jurnalis warga yang sering mengangkat berbagai peristiwa dan isu yang terjadi di sekitar desanya.

(15)

Frans dan Daud biasanya mengangkat berbagai peristiwa yang terjadi atau dilakukan di desa mereka. Dengan bermodalkan pena dan buku catatan mereka memulai ”meliput” ke lapangan. Jika tidak ada peristiwa, maka mereka akan mengangkat berbagai persoalan yang ada di desa masing-masing, tentu dengan melalui tahapan pencarian berita yang benar (sebagaimana mereka dapatkan dari pelatihan jurnalistik dasar dan lanjutan dari penulis yang didukung OXFAM – AUSAID antara November 2009 hingga Januari 2010): riset sederhana mengenai isu yang akan diangkat, observasi lapangan yang kuat dan mewawancarai beberapa orang yang berkaitan dengan isu tersebut. Selepas dari lapangan, lalu mereka mulai menuliskan berita mereka (dengan tulisan tangan saja, karena mereka tidak memiliki komputer).

Dalam seminggu, rata-rata mereka membuat dua berita. Pada hari Sabtu, hari pasar di pulau Adonara, saatnya mereka turun ke Waiwadan (ibukota kecamatan Adonara Barat) untuk membawa hasil pertanian dan laut mereka. Di saat itu pula mereka memberikan berita-berita mereka kepada editor buletin warga terbitan lokal IBARAT (Informasi Bebas Rakyat Adonara Barat) dan/ atau kepada Kepala Siaran atau Produser Radio Publik Lokal (RPD, Radio Pemerintah Daerah) yang berada di Larantuka, ibukota kabupaten Flores Timur.

Untuk setiap berita mereka yang dimuat di buletin warga maupun disiarkan di RPD Larantuka mereka tidak menerima imbalan apapun. Namun, mereka mangaku amat senang karena berbagai peristiwa dan persoalan yang terjadi di desa-desa mereka sekarang sudah diangkat dan dibicarakan publik se-kabupaten, atau setidaknya se-kecamatan. Mereka berharap pula, kiranya berbagai persoalan itu dapat segera dicari jalan keluarnya oleh para penentu kebijakan. Mereka juga mengaku bahagia, karena pernah ditelepon wartawan dari koran Pos Kupang untuk

dimuat di harian terbesar di Nusa Tenggara Timur itu.

Satu kebahagiaan tak terkira lainnya, adalah ketika mereka mendengar suara mereka sendiri di radio atau ketika nama dan asal desa mereka disebut di radio (jika berita mereka hanya

(16)

D

i Aceh pegunungan, juga ada Hayati (25 tahun), warga Takengon, kabupaten Aceh Tengah. Ia seorang guru honorer PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di sebuah desa jauh dari kota Takengon. Yati, panggilan akrabnya, rutin mengirimkan berita, setidaknya tiga kali seminggu, terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan kepada radio Amanda FM Takengon, khususnya dalam program jurnalisme warga mereka yang didukung IOM dan USAID.

Hayati meliput sendiri setiap isu yang akan diliputnya dengan menggunakan alat rekam DVR (digital voice recorder) yang dipinjamkan radio Amanda bantuan dari IOM dan USAID. Hayati selalu berusaha meliput dengan melaksanakan observasi lapangan terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara. Hasil liputan lapangan itu kemudian ia edit hasil rekaman suaranya dengan menggunakan komputer di editing center yang ada di wilayah kecamatannya (di kecamatan tertentu IOM dan USAID membangun editing center.

B. Peran Jurnalis

Warga dalam Program

Pelayanan Publik

Program KINERJA

Jika dicermati pengalaman dan peran Jurnalis Warga yang ada di dalam boks, maka umumnya mereka yang menjadi Jurnalis Warga melaksanakan kegiatan jurnalistiknya berdasarkan ketertarikannya akan isu tertentu atau mengangkat kejadian-kejadian lingkungan sekitarnya. Jurnalis Warga bisa mengangkat isu apa saja yang ada di sekitarnya, apakah itu menyangkut pengalaman pribadi, lingkungan sekitarnya, hal-hal yang dilihat dan sebagainya dengan isu apa saja. Di dalam program KINERJA pendekatan yang digunakan

Jurnalis Warga yang memiliki perhatian terhadap isu KINERJA, sehingga diharapkan dapat mengangkat berbagai persoalan terkait isu KINERJA.

Isu yang diharapkan dapat diangkat oleh Jurnalis Warga nantinya setelah diberikan peningkatan kapasitas berkaitan erat dengan tiga program utama KINERJA yakni:

a. peningkatan pelayanan publik di bidang kesehatan, terutama kesehatan ibu dan anak (isu persalinan aman, inisiasi menyusu dini dan ASI ekslusif),

b. pendidikan dasar (isu distribusi guru secara proporsional, biaya operasional satuan pendidikan dan manajemen berbasis sekolah) serta

(17)

Jurnalis Warga diharapkan dapat mengangkat isu-isu terkait hal diatas yang terjadi dan diketahui di dalam keseharian para Jurnalis Warga sendiri. Itu artinya, program KINERJA membutuhkan para Jurnalis Warga yang menggeluti, terlibat di dalamnya, memahami atau setidaknya mengetahui salah satu dari isu di atas, terutama yang ada di sekitar mereka.

Jika pemahaman dasar atas isu sudah cukup dimiliki Jurnalis Warga, maka mereka diberikan pengetahuan dasar tentang apa yang akan mereka lakukan untuk mengangkat berbagai hal menarik ataupun yang dirasakan sebagai persoalan yang muncul dari isu tersebut diatas, bagaimana mereka meliput dan menggali berbagai informasi dan dimana hasil liputan mereka itu akan disampaikan kepada anggota masyarakat lainnya.

K

isah berikut ini tentang Derwes Jikwa (31 tahun), seorang staf Humas Kabupaten Tolikara di wilayah pegunungan tengah Papua. Pegawai Negeri Sipil ini adalah peserta pelatihan dasar dan lanjutan “Community Journalism in Papua’s Highlands” (28 Oktober – 3 Desember 2011) serta program mentoring yang diadakan SERASI dan USAID dengan penulis sebagai Lead Trainer-nya. Tidak perlu menunggu waktu lama bagi sarjana lulusan 2002 ini untuk segera mempraktikkan apa yang didapatnya dari pelatihan jurnalistik dasar mengenai jurnalisme warga itu.

Seminggu setelah pelatihan dasar tersebut, Derwes, selaku jurnalis warga, sudah menghasilkan tiga berita yang berhubungan dengan berbagai isu dan peristiwa yang terjadi di Karubaga, ibukota kabupaten Tolikara. Ketiga berita itu juga berhubungan dengan kepentingan publik, yaitu mengenai Penutupan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) terkait dengan Laporan Pertanggungjawaban Bupati Tolikara di akhir masa jabatannya, Masyarakat Tolikara menuntut percepatan pelaksanaan Pemilukada dan KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) Tolikara akhirnya menetapkan jadwal tahapan Pemilukada di daerah itu.

(18)

obyektivitas, balance dan fairness) begitupun dengan kalimat demi kalimat dalam setiap berita cukup rapih dan mudah dimengerti.

Bahkan, Jan Rico menambahkan, Bung Derwes sempat menjadi rebutan beberapa media di Wamena untuk dijadikan kontributor mereka. Sebab, mereka berterima kasih dan sangat diuntungkan dengan berita-berita yang dikirimkannya mengenai isu dan peristiwa yang terjadi di Tolikara yang memang letaknya cukup jauh dari kota Wamena (sekitar empat jam lewat darat) dan sulit dijangkau serta harus menggunakan kendaraan mobil double cabin yang biasa dikendarai untuk melalui medan offroad yang berat. Meskipun akhirnya mereka bersepakat untuk tetap menempatkan Derwes sebagai jurnalis warga yang bebas mengirimkan hasil liputannya ke media massa manapun, dengan begitu mereka juga dapat menerima dan memuat berita-berita selanjutnya yang dikirim Derwes tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun.

Sedangkan dari sisi Derwes sendiri dan pihak Humas Tolikara, juga diuntungkan. Derwes mendapatkan sarana/ medium untuk mengasah kemampuannya dalam penulisan berita dan Humas Tolikara juga diuntungkan karena tidak lagi harus membiayai transportasi dan akomodasi jika mereka mengundang wartawan profesional untuk meliput ke Tolikara. Itu tentunya simbiosis mutualistis, kerjasama yang saling menguntungkan.

Setelah terpilih nanti, calon JW akan mendapatkan pelatihan jurnalistik dan pendampingan nanti, para JW akan mendapatkan berbagai materi mengenai hal-hal tersebut diatas. Secara ringkas proses yang dapat mereka lakukan adalah dengan melakukan semacam riset sederhana terhadap peristiwa yang terjadi atau persoalan yang muncul di ketiga isu tersebut. Riset ini dilakukan dengan mencari referensi/ bahan bacaan sebagai informasi awal atau latar belakang mengenai mengapa peristiwa itu terjadi atau akar masalah dari suatu persoalan yang muncul. Tahapan ini dapat menggunakan berbagai sumber yang mudah didapat, seperti: koran-koran

dan majalah terbitan sebelumnya yang pernah mengangkat peristiwa atau isu-isu tersebut dan yang paling mudah tentunya via internet dengan cukup mengetikkan kata atau beberapa kata yang hendak kita cari di beberapa mesin pencari data, misalnya:

www.google.com, www.yahoo.com atau melalui

www.wikipedia.com. Bila data berupa audio visual yang kita butuhkan, kita bisa mencarinya di www. youtube.com.

(19)

JW harus melakukan observasi lapangan terlebih dahulu sebelum mewawancarai orang-orang yang berhubungan dengan peristiwa atau persoalan yang akan mereka angkat. Menggunakan kekuatan pengamatan yang terlatih akan bermanfaat

dalam menghasilkan “cerita yang kaya dan penuh warna”. JW harus memaksimalkan penggunaan indera mereka (lihat, dengar, baui dan rasakan) ketika melakukan proses peliputan di lapangan. Dengan pengamatan langsung yang kuat dan tajam, JW akan mendapatkan banyak data dan fakta tambahan yang kemudian dapat diricek atau

akan JW wawancarai kemudian. Hasil-hasil riset dan observasi tersebut akan memperkuat dan mempertajam pertanyaan-pertanyaan yang akan mereka ajukan kepada narasumber, sehingga jawaban yang lebih berkualitas dan kredibel pun besar kemungkinannya akan JW dapatkan.

Setelah ketiga proses itu JW lakukan dengan baik, kini JW tinggal lagi merangkai kata-kata untuk dijadikan cerita (baca: berita) yang menarik dengan tetap mempertimbangkan syarat-syarat berita yang baik, seperti: faktual (berdasarkan fakta bukan opini), akurasi (informasi dan data-data yang dimuat dalam berita telah diuji dan JW yakini keakuratannya) serta keseimbangan dan keadilan

(balance & fairness): berita JW dikatakan balance

jika memberi pandangan dari dua sisi terhadap sebuah peristiwa atau isu (cover both sides). Berita JW dikatakan adil jika tidak menguntungkan salah satu pihak saja. Berita akan jauh lebih baik jika JW menerapkan cover all sides, dengan juga memberikan kesempatan kepada pihak-pihak lain

(publik) berpendapat sebagai pihak yang seringkali menjadi “obyek penderita” dari sebuah peristiwa yang terjadi atau kebijakan yang diambil para pemangku kepentingan.

Setelah tuntas menuliskan berita, lantas akan dikemanakan hasil liputan tersebut? Banyak media yang dapat digunakan. Yang termudah tentunya, media sosial seperti: blog, e-mail, milis (mailing list), dinding/ wall di facebook dan twitter (untuk berita yang lebih singkat dan padat atau dapat dibuat berseri dengan beberapa twit). JW juga dapat mengikuti jejak Bung Derwes Jikwa, Humas Kabupaten Tolikara di pegunungan tengah Papua itu, dengan mengirimkan SMS kepada beberapa wartawan dari media mainstream.

Jika berita JW mereka nilai cukup baik dan memenuhi kaidah-kaidah jurnalistik, tentu mereka akan dengan senang hati memuat berita yang JW kirimkan itu. Ini sekaligus dapat berfungsi sebagai

noising atau menimbulkan kebisingan (dapat diartikan sebagai menciptakan kepedulian dari wartawan profesional dan media arus utama) agar berbagai persoalan yang terjadi

di masyarakat, khususnya

Menggunakan

kekuatan pengamatan

yang terlatih akan

bermanfaat dalam

menghasilkan “cerita

(20)

mengenai isu pelayanan publik, akan sering muncul ke permukaan lewat pemberitaan mereka. Jika sudah begini, tentu JW bisa lebih berharap berbagai persoalan tadi akan segera dicarikan solusinya oleh para pihak pengambil kebijakan. Hal positif yang diketahui oleh JW juga perlu diangkat, misalnya saat JW mendapatkan fakta banyak praktik-praktik baik yang telah atau sedang dilakukan aparatur pemerintahan di lingkungan mereka. Jadi berita atau informasi yang diangkat tidak harus berupa persoalan atau hal-hal negatif atau kritikan saja, tetapi hal positif atau yang bersifat apresiasi juga perlu.

Selain itu, dengan seringnya JW menulis berita dan mengirimkannya melalui salah satu media sosial (apalagi dengan memanfaatkan konvergensi media: beberapa media digunakan sekaligus secara bersamaan), maka ini akan menciptakan

noising yang lebih besar kepada masyarakat luas. Jika ini sudah menjadi pembicaraan/ opini publik yang terus-menerus, pengalaman membuktikan ini tentunya akan menarik minat media mainstream

untuk mengangkat isu tersebut dalam pemberitaan mereka. Opini tersebut akan makin menguat setelah suatu isu yang semula hanya berada di ranah jurnalisme warga kemudian masuk ke media

mainstream yang banyak dibaca/ diakses publik (media penyiaran maupun cetak dan online).

Misalnya kasus surat elektronik Prita Mulyasari tentang RS Omni Internasional yang semula beredar di milis kemudian dimuat di detik.com

dan akhirnya menimbulkan kegemparan. Dalam

kaitannya dengan UU Pelayanan Publik (UU no. 25 tahun 2009), Citizen Journalism dalam bentuk jejaring sosial memiliki peranan penting dalam kasus Prita yakni membantu terwujudnya profesionalisme dalam layanan publik. Seperti diketahui, kasus Prita terkait dengan masalah profesionalisme tenaga medis di RS Omni itu [8].

Untuk bisa mendapatkan JW yang mumpuni dengan beberapa keterampilan diatas, tentu kita perlu semacam kriteria dalam “penjaringan” calon JW dari masyarakat di suatu wilayah itu. Seperti apakah kriteria yang diperlukan? Beberapa hal berikut ini, kiranya dapat menjawabnya.

C. Kriteria Calon

Jurnalis Warga

Luwi Ishwara (Jurnalisme Dasar, Penerbit Buku Kompas, Januari 2011) menuliskan ada tiga syarat kerja bagi wartawan. Ketiga hal ini pun, menurut penulis, penting dan dapat dilakukan pula oleh para JW. Ketiga syarat itu adalah:

1. Tahu yang Menarik

(21)

2. Selalu Ingin Tahu

Rasa keingintahuan yang tinggi akan sangat membantu calon JW dalam penggalian data dan fakta untuk disusun sebagai sebuah berita. Ini bisa dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang ada dalam 5W 1H (What/ Apa, Who/ Siapa, Where/ Dimana, When/ Kapan, Why/ Mengapa dan How/ Bagaimana), sebab mereka tidak dapat menjelaskan suatu peristiwa selain mereka mengerti kisah dibalik sebuah peristiwa itu. Dan mereka bisa mengerti, tidak lain dengan mencari dan menggali jawaban-jawabannya.

3. Mampu Observasi

Kekuatan pengamatan yang terlatih amat berguna bagi calon JW dalam menghasilkan berita yang lengkap, bercerita (story telling) dan menarik. Observasi yang kuat adalah dengan memaksimalkan penggunaan indera mereka: penglihatan, pendengaran, penciuman, dan terkadang juga dengan rasa dan sentuhan. Jika keterampilan mengobservasi ini telah mereka miliki maka sekurangnya 30 persen bagian untuk menghasilkan berita yang baik sudah dipenuhi syaratnya (20 persen untuk kegiatan riset awal dan 50 persen sisanya untuk proses wawancara).

Itu tadi gambaran mengenai kriteria umum yang wajib dimiliki para calon JW dalam menjalankan peran mereka sebagai “mata dan telinga” masyarakat dalam pencarian berbagai

bagaimana dengan kriteria khusus yang bisa kita tentukan untuk menjaring para calon JW itu?

Setidaknya beberapa persyaratan berikut ini dapat membantu proses “penjaringan” calon JW itu:

1. Warga yang mendalami, memiliki perhatian, atau setidaknya mempunyai pengetahuan yang cukup dan kepedulian mengenai isu-isu di bidang kesehatan ibu dan anak, pendidikan dasar (transparansi pendanaan, partisipasi masyarakat/ komite sekolah, alokasi kebutuhan biaya operasional sekolah) dan peningkatan iklim usaha/ pengurusan perizinan (berbelit-belit dan birokratis, biaya mahal dan sebagainya). Isu masing-masing disesuaikan dengan paket program dimana pada saat itu dijalankan. Dengan latar belakang ini, mereka diharapkan dapat membuat berbagai liputan seputar isu tersebut dengan pemahaman yang benar dan diharapkan dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penulisan berita nantinya.

2. Warga yang terbiasa menulis dengan menggunakan komputer.

3. Warga yang terbiasa menggunakan telepon genggam, terutama yang fasih memanfaatkan pesan pendek (SMS), dan lain lain.

(22)

berbagai media yang dapat diakses melalui internet, seperti: website, blog, dan lain lain. Jika tidak, wilayah tempat tinggalnya dekat dengan stasiun radio (baik radio swasta, publik atau komunitas).

5. Warga yang cukup fasih menggunakan internet, mempunyai akun e-mail, jika perlu facebook, twitter dan/ atau jejaring sosial lainnya.

6. Warga yang gemar atau setidaknya

mempunyai minat terhadap dunia tulis-menulis dengan medium apapun. Jika mereka dapat menunjukkan beberapa atau salah satu hasil tulisan mereka dalam proses penjaringan nanti, ini tentu akan lebih baik.

7. Warga yang menekuni dunia siaran atau setidaknya gemar dan mempunyai kemampuan berbicara yang baik, sehingga diharapkan dapat mengirimkan informasi/ berita ke beberapa stasiun radio terdekat dengan tempat tinggal mereka.

8. Warga yang berdomisili di daerah asal atau tempat kelahiran mereka sendiri atau warga yang tinggal di daerah lain tetapi berasal dari daerah tersebut. Dengan kriteria ini, mereka diharapkan sudah menguasai atau setidaknya memahami berbagai isu lokal, budaya dan karakteristik lokal lainnya di daerah mereka itu. Dan bagi mereka yang di perantauan, mereka juga dapat memantau berbagai perkembangan di daerah asal mereka itu dan tentunya sambil menuliskan pengalaman-pengalaman mereka di perantauan yang terkait dengan isu-isu

tertentu atau setidaknya mengomentari berbagai perkembangan yang terjadi di daerah asal mereka itu.

9. Warga yang mewakili suatu kelompok/ komunitas tertentu atau bergabung di dalam organisasi profesi tertentu (misalnya guru dengan PGRI/ Persatua Guru Republik Indonesia, bidan dengan IBI/ Ikatan Bidan Indonesia, dan seterusnya). Dengan latar belakang ini, kita berharap mereka dengan mudah dapat mengakses berbagai isu dan permasalahan yang terjadi di kelompok/ komunitas atau lembaga mereka dan sekaligus dapat melaporkan berbagai kegiatan mereka yang terkait dengan tiga isu utama program KINERJA.

10. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)/ PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) yang bekerja di bidang pelayanan publik (terutama di isu terkait, pendidikan, kesehatan dan perizinan). Jika mereka dapat bergabung dalam kegiatan jurnalisme warga ini dan dapat mengikuti pelatihan jurnalistik yang menjadi proses awal dari kegiatan ini, kita harapkan mereka dapat mempunyai kemampuan dasar dalam jurnalistik dan ini akan dapat membantu kerja-kerja mereka. Tujuan lainnya, dan ini yang lebih utama, agar mereka juga dapat melaporkan berbagai isu atau setidaknya kegiatan yang berkaitan dalam bidang

(23)

11. Jurnalis profesional yang berasal dari media berpengaruh di suatu daerah (terutama dari koran, radio dan televisi lokal), tetapi lemah dalam kemampuan menulis dan penguasaan isu-isu pelayanan publik. Melalui pelatihan jurnalistik yang akan diadakan pascapenjaringan calon JW nanti, mereka diharapkan akan lebih memahami isu-isu pelayanan publik dan juga mempunyai kemampuan dasar jurnalistik yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga, pascapelatihan mereka dapat meliput dan menuliskan berbagai isu pelayanan publik, khususnya tiga isu utama program KINERJA di daerah mereka dengan kualitas tulisan yang lebih baik lagi.

D. Tahapan Penjaringan

Calon Jurnalis Warga

Metodologi yang dapat digunakan dalam proses penjaringan Jurnalis Warga ini dapat berupa pertemuan informal dengan berbagai komponen masyarakat sipil pertemuan dengan individu, atau melalui berbagai modu pertemuan lainnya Beberapa tahapan berikut digunakan sebagai langkah-langkah yang dapat membantu proses penjaringan, sebelum dan ketika pertemuan diadakan:

1. Mitra Pelaksana Media melakukan pertemuan pendahuluan dengan Mitra Pelaksana Teknis (bidang pendidikan: BOSP/ Bantuan Operasional Satuan Pendidikan, DGP/ Distribusi

Guru Proporsional dan MBS/ Manajemen Berbasis Sekolah; bidang kesehatan: KIA/ Kesehatan Ibu Anak, IMD/ Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif/ Air Susu Ibu Eksklusif; dan bidang ekonomi/ peningkatan iklim usaha: PTSP/ Perizinan Terpadu Satu Pintu) di tingkat kabupaten/ kota untuk menyamakan persepsi

calon JW. Mitra Pelaksana media berharap mendapat masukan terkait metode dan wilayah penjaringan.

2. Setiap Mitra pelaksana Media bekerjasama dengan Mitra Pelaksana Teknis di

masing-terhadap kandidat JW yang berkualitas berdasarkan panduan kriteria diatas. Proses ini dapat dilakukan pihak Mitra Pelaksana Media sendiri, berdasarkan masukan dari Mitra Pelaksana teknis, Forum Multistakeholder, interaksi dengan masyarakat ataupun pihak lainnya.

3. Mitra Pelaksana Media mengumpulkan biodata masing-masing calon JW sebagai bahan dasar sebelum interaksi dilakukan. Karena penjaringan ini bersifat terbatas, maka penjelasan awal mengenai apa itu dan bagaimana peran Jurnalis Warga dapat disampaikan baik secara individu maupun dalam bentuk pertemuan informal. Mitra pelaksana dapat menggunakan informasi di dalam latar belakang untuk menjelaskan hal tersebut.

(24)

dan Mitra pelaksana teknis mengenai rencana penjaringan tersebut.

5. Mitra Pelaksana Media menyusun kuisioner singkat. Kuisioner ini nantinya diisi oleh calon JW. Untuk bagian pemahaman mengenai isu terkait dapat dibantu Mitra Pelaksana Teknis. Kuosioner berisi beberapa daftar pertanyaan untuk diisi para calon JW pada saat pertemuan berlangsung nanti. Daftar pertanyaan seputar tiga isu utama program KINERJA; mengenai pengalaman dalam dunia tulis-menulis dan/ atau dunia siaran; alat komunikasi yang sering digunakan (misalnya: telepon genggam); kemampuan menggunakan computer dan mengakses internet; apakah memiliki e-mail, facebook, dll; serta satu atau dua buah bahan tulisan berita yang mereka harus tulis dengan baik sesuai dengan kaidah penulisan yang benar (seperti: kemampuan menentukan angle yang tepat, memahami 5W 1H (Why/ Mengapa,

What/ Apa, Who/ Siapa, When/ Kapan, Where/ Dimana dan How/ Bagaimana) dalam penulisan

berita, story telling atau teknik bercerita dalam menulis berita, dan lain lain).

6. Rencanakan sebuah pertemuan informal, tidak harus dibatasi pesertanya (peserta adalah

sebelumnya). Jumlah peserta bisa tiga sampai 10 orang sekali pertemuan. Tahapan didalam pertemuan:

 Diawal pertemuan, Mitra Pelaksana Media menyampaikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari pertemuan untuk menjaring

calon JW ini. Penjelasan ini cukup dilakukan maksimal 20 menit.

 Calon JW diminta untuk mengisi kuisioner. Pengisian kuisioner dilaksanakan maksimal 20 menit.

 Mitra Pelaksana Media didampingi dengan Mitra Pelaksana Teknis melakukan diskusi dan tanya-jawab dengan para calon JW untuk mengetahui kebenaran data yang mereka sampaikan dalam biodata dan kuosioner serta menyampaikan pengalamannya yang relevan dengan kegiatan. Proses ini sekaligus dapat digunakan sebagai tes lisan untuk mengetahui kemampuan mereka yang sebenarnya, baik penguasaan isu maupun kemampuan teknisnya. Proses ini dilakukan maksimal selama 60 menit.

 Mitra Pelaksana Media menutup pertemuan dengan menyampaikan rasa terima kasih atas kehadiran para calon JW dan berharap mereka dapat mengikuti pelatihan jurnalistik yang akan diadakan setelah pertemuan ini.

Hasil seleksi akan diberitahukan Mitra Pelaksana Media dibantu dengan Mitra Pelaksana Teknis kepada masing-masing calon JW melalui surat, e-mail, telepon, sms, dan/ atau facebook.

Sampaikan kepada yang tidak lolos seleksi bahwa jika memang mereka tertarik tetap dapat menjadi jurnalis warga dan mengikuti mentoring berkala setelah training selesai.

(25)

kecamatan sehingga masing-masing isu di wilayah tersebut dapat diangkat/ diliput ke permukaan oleh para calon JW nantinya.

Seleksi ini sebaiknya tidak menggunakan cara yang ketat penilaiannya. Berapa tahapan sederhana yang bisa digunakan, yakni:

a. Kumpulkan semua biodata masing-masing disertai dengan hasil tulisan yang ada. Beri penilaian secara sederhana berdasarkan kriteria yang sudah dijelaskan dan juga kualitas tulisan yang dibuat.

b. Susun prioritas penerimaan calon JW

berdasarkan perhitungan nilai yang paling tinggi ke nilai yang paling rendah.

c.

berdasarkan ketersebaran wilayah, gender dan juga latar belakang. Prioritaskan untuk melihat calon berdasarkan:

i. Ketersebaran wilayah tempat tinggal ii. Komposisi 60 : 40 untuk laki-laki dan

perempuan atau sedikitnya 70 : 30. iii. Prioritaskan calon dengan latar belakang

non-staf Pemerintah Daerah/ non-PNS/ Pegawai Negeri Sipil.

d. Susun daftar prioritas kembali dan sampaikan kepada mitra pelaksana teknis untuk mendapat masukan. Yang diharapkan masukan dari mitra pelaksana teknis adalah yang lebih bersifat keaktifan calon didalam pertemuan-pertemuan di forum.

e. Tetapkan daftar prioritas calon peserta pelatihan JW.

E. Membangun

Komitmen Calon

Jurnalis Warga

Membangun komitmen dengan para calon JW adalah hal yang amat penting sebelum kegiatan pelatihan jurnalistik dengan perspektif jurnalisme warga ini dilaksanakan. Beberapa komitmen yang dapat dilakukan Mitra Pelaksana Media dengan para calon JW itu, misalnya:

1. Para calon JW memberikan fotokopi tanda pengenal pribadi (KTP, SIM, dan lain lain) dan menandatangani surat pernyataan kesediaan untuk mengikuti pelatihan jurnalistik secara penuh sesuai dengan lamanya hari yang ditentukan Mitra Pelaksana Media.

2. Para calon JW bersedia membuat dua atau minimal satu liputan per bulan pascapelatihan sebagai sarana untuk mempraktikkan hasil-hasil pelatihan dalam bentuk berita. Ini sekaligus sebagai alat mengevaluasi diri, khususnya untuk tulisan-tulisan mereka.

3. Mitra Pelaksana Media dan calon JW

(26)

konvergensi media untuk lebih menyebarluaskan berita-berita mereka.

4. Mitra Pelaksana Media dan calon JW juga merumuskan bersama Kode Etik Jurnalis Warga yang akan menjadi pedoman ketika mereka mulai melakukan peliputan hingga tahap penulisan berita dan melaporkannya kepada publik melalui berbagai media, baik media sosial maupun konvensional. Kode Etik Reporter Warga Ohmynews menyatakan bahwa reporter warga mesti bekerja dengan semangat bahwa semua warga adalah reporter dan menjelaskan kedudukannya jika sedang meliput berita, reporter warga tidak menyebarkan berita palsu dan tidak menggunakan bahasa yang vulgar. Reporter warga juga tidak boleh menghancurkan reputasi orang lain dengan melanggar privasi dan mesti menggunakan metoda yang sah dalam meliput berita.

5. Mitra Pelaksana Media dan calon JW menyusun hak dan kewajiban reporter warga tentang kemungkinan tuntutan yang muncul dari berita yang dihasilkan JW. Masalah hukum adalah sesuatu yang normal dalam praktik jurnalisme, jadi perlu juga mengantisipasi ini dengan membangun komitmen bersama agar jika ini

terjadi Mitra pelaksana Media sudah mempunyai mekanisme dan cara menyelesaikannya dengan baik.

6. Mitra Pelaksana Media perlu memberikan semacam insentif kepada JW yang aktif menghasilkan pemberitaan, misalnya: berupa penghargaan atas setiap liputan yang dipublikasikan. Berdasarkan pengalaman penulis dalam mendorong jurnalisme warga di Aceh pegunungan (Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan Aceh Tenggara) pada kurun waktu 2007 – 2008, penghargaan disarankan tidak berupa uang liputan atau apapun namanya, karena ini akan membuat JW tergantung padanya sehingga ketika program “bantuan dana liputan” tersebut berakhir maka berakhir pulalah kiriman liputan mereka. Pengalaman penulis dalam mendorong jurnalisme warga di Flores Timur, khususnya pulau Adonara pada 2009, membuktikan dengan memberikan penghargaan berupa penyebutan nama lengkap dan asal desa mereka (jika di media cetak, online, dan visual lainnya, foto mereka juga dapat ditampilkan), ini sudah cukup membuat para JW dengan sukarela tetap meliput dan menghasilkan informasi/ berita kepada warga lainnya.

Catatan Kaki:

(27)

[2]. Http://www.youtube.com/watch?v=1xzQtXgz-Kc (Video of Cut Putri that captured the Tsunami of Dec 2004 at Banda Acheh).

[3].

Http://esq-news.com/spiritual-journey/2009/10/16/606/cut-putri-diselamatkan-Allah-dari-tsunami-di-aceh.html

[4]. Kekuatan Radio Lokal Membangun Demokrasi di Indonesia ditengah Arus Informasi Global (Makalah Errol Jonathans – Radio Suara Surabaya dalam Indonesian Mediations Conference, Leiden University 13 – 15 Maret 2003)

[5] Lihat situs jurnalisme warga di kota Makassar, Sulawesi Selatan: www.panyingkul.com

[6] Lihat blog jurnalisme warga ternama di Korea Selatan: http://english.ohmynews.com

[7] Blog Jurnalisme Warga dan Tantangan Konvergensi Media (Iwan Awaluddin Yusuf, 2011)

(28)
(29)

Pelatihan

Jurnalisme Warga

(30)

Pelatihan

Jurnalisme

Warga

tersendiri yang disertai dengan sejumlah materi dalam bentuk materi presentasi, buku-buku (versi pdf), audio visual, dan sebagainya.

Pelatihan ini merupakan proses peningkatan kapasitas yang diberikan KINERJA kepada calon

Mitra Pelaksana (OMP) Media sebelumnya. Dari sisi target, setiap Kabupaten/ Kota ditetapkan lima peserta untuk setiap isu, sehingga dalam tahun pertama dengan 20 Kabupaten/ Kota, maka terdapat 100 peserta yang mendapat pelatihan. Tahun kedua, direncanakan hal yang sama juga, sehingga pada akhir tahun kedua terdapat sedikitnya 200 peserta yang mengikuti pelatihan ini.

Materi pelatihan difokuskan pada penulisan dan produksi audio (suara). Meskipun demikian, beberapa materi pendukung juga dengan menggunakan contoh audio visual.

Tidak semua modul/ materi yang disajikan dalam panduan ini harus disampaikan, didiskusikan dan diterapkan pada saat pelatihan. Ada kalanya beberapa materi sudah diketahui peserta dan/ atau sebagian peserta. Oleh karena itu, fasilitator/ pelatih

dengan kebutuhan peserta.

Penjelasan

detail materi

serta panduan

pelatihan disajikan

dalam buku ini

dan dokumen

(31)

Alur dan Materi Pelatihan

1. Pengantar Jurnalisme Warga

2. Ciri dan Elemen Jurnalisme

3. Fakta dan Opini, serta Tiga Tahap Liputan

4. Observasi

Lapangan 5. Wawancara

6. Menggali Ide, Angle, Lead & Plot

7. Menulis Berita di Media Sosial

8. Menulis Straight News

9. Jurnalisme Radio

10. Meliput Isu Pelayanan Publik

11. Kode Etik Jurnalis Warga

Untuk kepentingan program Kinerja USAID, alur materi yang disajikan dirasa telah mencukupi. Meskipun demikian, peserta pelatihan masih harus didampingi didalam mempraktikkan prinsip, teknis dan ketrampilan jurnalistik ini.

Sebelas modul dalam panduan ini tidak hanya didukung materi yang disampaikan dalam dokumen ini, namun juga dilengkapi dengan sejumlah

(32)

Dalam pembahasan selanjutnya akan dikupas berbagai hal agar dapat menjadi panduan dasar dan memudahkan fasilitator/ pelatih.

Pendekatan dan Metodologi

Pelatihan ini menggunakan pola belajar orang dewasa dimana keaktifan semua peserta menjadi tumpuan keberhasilan pelatihan. Oleh karenanya tidak direkomendasikan pelatihan yang menghadirkan peserta lebih dari 25 orang, karena akan menyulitkan interaksi secara seimbang dari peserta. Dengan kebutuhan semacam itu, maka pelatihan ini menggunakan metode sekitar 80 persen waktu dialokasikan untuk berinteraksi satu sama lain. Metode untuk hal itu antara lain dengan cara sesi diskusi kelompok, sesi penyelesaian tugas kelompok, sesi pleno membahas topik tertentu dari presentasi kelompok-kelompok diskusi. Sesi materi yang disampaikan narasumber ataupun fasilitator pelatihan hanya memakan waktu tidak lebih dari 20 persen.

Berikut ini adalah rincian metodologi yang digunakan selama pelatihan-lokakarya ini berlangsung:

1. Curah pengalaman (fasilitator/ pelatih dan peserta)

2. Pemutaran video tutorial 3. Studi kasus dan lesson learned 4. Diskusi kelompok dan penugasan 5. Simulasi

6. Praktik liputan dan penulisan di kelas dan luar kelas

7. Ceramah

Tujuan Pembelajaran Umum:

Pada akhir pelatihan ini, peserta mampu memahami dan mempraktikkan jurnalisme warga, keterampilan dalam menggali informasi dan peliputan berita sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik dan kode etik, sehingga mampu mendukung peran media dalam upaya peningkatan pelayanan publik.

Tujuan Pembelajaran Khusus:

Pada akhir pelatihan ini, peserta mampu:

1. Memahami peran dan fungsi jurnalis warga, terutama di dalam konteks paket program KINERJA.

2. Menggali informasi mendalam yang

berhubungan dengan isu-isu pelayanan publik KINERJA untuk diangkat ke media massa umum (radio, televisi, koran dan majalah) maupun sosial media (blog, facebook, twitter dan termasuk juga SMS).

3. Mendapatkan pengalaman dalam

menjalankan kegiatan jurnalistik warga (riset awal, observasi lapangan dan wawancara). 4. Menyajikan isu-isu pelayanan publik KINERJA

dalam berbagai bentuk karya jurnalistik (reportase, vox pop dan feature/ dokumenter) atau berita singkat (untuk medium SMS dan

twitter) dan nonjurnalistik radio (misalnya: mini

drama dan pesan layanan masyarakat/ publik

service announcement).

(33)

6. Mendapatkan pengalaman dalam memanfaatkan media-media yang biasa digunakan jurnalis warga, baik media sosial maupun media arus utama.

POKOK BAHASAN dan

SUBPOKOK BAHASAN

Pokok Bahasan:

1. Pengantar Jurnalisme Warga 2. Ciri dan Elemen Jurnalisme

3. Fakta dan Opini serta Tiga Tahap Liputan (Riset Awal, Observasi Lapangan dan Wawancara) 4. Observasi Lapangan

5. Wawancara

6. Menggali Ide, Menentukan Angle, Lead, dan Plot 7. Menulis Berita di Media Sosial

8. Menulis Straight News

9. Jurnalisme Radio: Stand Up (Laporan Pandangan Mata)

10. Meliput Isu Pelayanan Publik 11. Kode Etik Jurnalis Warga

Sub-Pokok Bahasan:

1.1 Bentuk-bentuk jurnalisme warga

2.1 Lima ciri jurnalisme dan sepuluh elemen jurnalisme

3.1 Membedakan fakta dan opini

3.2 Tiga tahapan penting peliputan berita (riset awal, observasi lapangan dan wawancara)

4.1 Praktik tahapan peliputan berita: observasi lapangan

5.1 Praktik tahapan peliputan berita: teknik-teknik wawancara dan tiga jenis narasumber

6.1 Penggalian ide, penentuan angle, pemilihan

lead dan penyusunan plot/ alur berita

7.1 Menulis berita singkat dengan pendekatan

Twitter, FB (facebook) dan SMS Journalism

8.1 Praktik menulis berita straight news 9.1 Liputan radio: reportase/ stand up (laporan

pandangan mata)

9.2 Praktik melakukan reportase/ stand up 10.1 Tiga isu utama program KINERJA dalam

pelayanan publik: bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan iklim usaha atau perizinan satu pintu)

10.2 Standar Pelayanan dalam bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan iklim usaha/ perizinan

11.1 Kode etik jurnalistik dan kode etik jurnalis warga

BAHAN BACAAN

1. Pengantar Jurnalisme Warga, Berbagai sumber, disusun oleh Firmansyah S. Hamdani.

2. Penguatan Demokrasi Deliberatif lewat Pengelolaan Informasi Warga, Yossy Suparyo, 2010.

3. Membangun Pewartaan Akar Rumput, M. Irsyadul, dkk, 2011.

(34)

5. Meliput Layanan Publik, Farid Gaban, 2011. 6. Video tayangan program Citizen Journalist

“I-Witness” Metro TV, Januari 2009.

7. Video berita VOA “Meningkatnya Peran Media Sosial dan Jurnalisme Warga di Dunia”, Mei 2011.

8. Tiga Isu Penting KINERJA dalam Peningkatan Pelayanan Publik: bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan iklim usaha atau perizinan, Tim KINERJA.

9. Lima Ciri Jurnalisme, Luwi Ishwara, Kompas. 10. Sepuluh Elemen Jurnalisme, Bill Kovach & Tom

Rosenstiel, materi power point Firmansyah S. Hamdani.

11. Dasar-Dasar Jurnalistik: http://risalituriri. student.umm.ac.id/2010/09/22/dasar-dasar- jurnalistik, ASM. Romli, BaticPress Bandung,

2003.

12. Pengertian Fakta dan Opini, www.sentra-edukasi.com.

13. Bagaimana Koran Kuning Mencampuradukkan Fakta dan Opini, Iwan A.Y, 2008.

14. Tiga Tahapan Penting Peliputan Berita, Berbagai Sumber, materi power point Firmansyah S. Hamdani.

15. Pengamatan (Observasi Lapangan), Yossy Suparyo.

16. Observasi Penting dalam Teknik Penulisan Deskriptif tentang Lingkungan, blog

Hujantanpapetir (http://sihujantanpapetir. wordpress.com/2012/01/14/teknik-penulisan- deskriptif-tentang-lingkungan-dalam-dunia-jurnalistik/ ).

17. Video tutorial Wawancara, PJTV – Internews. 18. Teknik-Teknik Wawancara, Berbagai Sumber.

19. Tiga Jenis Narasumber, Berbagai Sumber, materi power point Firmansyah S. Hamdani. 20. Pertanyaan-Pertanyaan Wawancara, Berbagai

Sumber.

21. Menemukan Peg, Mencari ide, dll, Berbagai sumber, materi Firmansyah S. Hamdani.Teknik Penulisan Angle, Supratman, Jawa Pos groups. 22. Video tutorial Sumber Berita, PJTV – Internews. 23. Jurnalisme On-line (fb, dll), Berbagai sumber

(internet).

24. Jurnalisme Twitter, Jojo Raharjo, 2010. 25. Dengan Twitter Menulis Lebih Pinter, Anton

Muhajir, 2011.

26. Twitter Journalism, Tomi Satryatomo, 2011. 27. SMS Journalism, Harry Surjadi, 2011. 28. Citizen Journalism in Mainstream Media -

Heru Margianto, materi presentasi powerpoint dalam Pelatihan Civic Journalism ProRep dan KINERJA USAID di Bogor, 28 September 2013. 29. Video tutorial Jenis Berita, PJTV – Internews.

30. Stand Up (Reportase Radio, dll), Firmansyah S.

Hamdani dan berbagai sumber.

31. Video tutorial Stand Up, PJTV – Internews. 32. Isu Pelayanan Publik dalam paket program

Kinerja USAID, Tim Kinerja.

33. Modul Standar Pelayanan dalam bidang Pendidikan, Kesehatan dan Peningkatan Iklim Usaha/ Perizinan, Imam Prakoso.

34. Kode Etik Wartawan Indonesia, Berbagai sumber.

35. Etika Pewarta Warga, M. Irsyadul, dkk, 2011. 36. Ranjau-Ranjau dan Kode Etik Jurnalis Online,

(35)

LANGKAH-LANGKAH

KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pada sesi ini Anda akan mempelajari 11 (sebelas) pokok bahasan dengan masing-masing subpokok bahasannya. Berikut ini disampaikan kegiatan Anda sebagai fasilitator dan peserta dengan lembar kerja masing-masing.

Langkah 1

Pembukaan dan Perkenalan

Kegiatan fasilitator:

1. Menciptakan suasana nyaman dan memotivasi peserta untuk siap menerima materi (dimulai dengan perkenalan yang santai, misalnya dengan menggunakan permainan susun pecahan gambar dan saling memperkenalkan kawan semeja mengenai: nama, pekerjaan, hobi, peristiwa yang paling menyenangkan atau tidak terlupakan dalam hidup ini, dll).

2. Meminta peserta untuk menyampaikan harapannya terhadap pelatihan ini dan menuliskannya pada kertas meta plan. 3. Meminta peserta merumuskan dan mematuhi

kontrak belajar selama pelatihan berlangsung (seperti: tidak merokok dalam ruang pelatihan, nada dering telepon genggam diatur silent atau getar, tidak saling berbicara ketika fasilitator atau peserta lainnya sedang mengemukakan pendapat masing-masing, dll).

4. Memberikan gambaran umum pentingnya materi bagi peserta.

Kegiatan peserta:

1. Mempersiapkan diri dan alat-alat tulis yang diperlukan.

2. Menyampaikan harapan terhadap pelatihan ini. 3. Merumuskan dan mematuhi kontrak belajar

selama pelatihan berlangsung.

4. Mendengar/ memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.

Langkah 2

Pokok bahasan 1

Kegiatan Fasilitator:

1. Menyampaikan pokok bahasan 1 dengan memberikan ilustrasi dan pengantar mengenai Jurnalisme Warga.

2. Memutar dua buah contoh dari praktik jurnalisme warga dari tayangan televisi (“I-Witness” Metro TV) dan rekaman berita VOA “Meningkatnya Peran Media Sosial dan Jurnalisme Warga di Dunia”.

3. Meminta peserta untuk memberikan curah pendapat dan berdiskusi mengenai tayangan televisi tersebut.

Kegiatan peserta:

1. Mendengar/ memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting mengenai materi jurnalisme warga.

(36)

3. Memberikan curah pendapat dan berdiskusi mengenai tayangan televisi tersebut dan materi jurnalisme warga.

Langkah 3

Pokok bahasan 2

Kegiatan fasilitator:

1. Membagi peserta dalam empat atau lima kelompok

2. Membagikan bahan kertas meta plan (yang berisi tulisan-tulisan mengenai Lima Ciri dan 10 Elemen Jurnalisme) pada masing-masing kelompok dan menyampaikan aturan main

role play. Sebelumnya fasilitator menyiapkan

15 kertas meta plan dengan tulisan lima ciri jurnalisme dan 10 elemen jurnalisme untuk masing-masing kelompok dengan warna yang berbeda.

3. Memberitahukan peserta untuk mencocokkan kertas-kertas meta plan yang telah dibagikan dengan dua kertas plano yang ditempel di dinding (yang masing-masing bertuliskan lima ciri jurnalisme dan 10 elemen jurnalisme). 4. Memfasilitasi kegiatan role play dan presentasi

hasil role play dari masing-masing kelompok. 5. Menyampaikan pokok bahasan 2 mengenai

Lima Ciri Jurnalisme dan Sepuluh Elemen Jurnalisme serta mengoreksi jawaban-jawaban yang kurang tepat (dengan memindahkan kertas-kertas meta plan yang benar sesuai dengan judul yang tertera pada dua kertas plano di dinding).

6. Meminta peserta untuk memberikan komentar dan mendiskusikan materi pokok bahasan ini.

Kegiatan peserta:

1. Membentuk diri menjadi empat atau lima kelompok

2. Mengambil bahan kertas meta plan untuk masing-masing kelompok dan menyimak aturan main role play.

3. Mencocokkan kertas-kertas meta plan yang telah disediakan dengan dua kertas plano yang di tempel di dinding (yang masing-masing bertuliskan lima ciri jurnalisme dan sepuluh elemen jurnalisme).

4. Mempraktikkan kegiatan role play dan mempresentasikan hasil role play masing-masing kelompok.

5. Mendengar/ memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting mengenai lima ciri dan sepuluh elemen jurnalisme dan penjelasannya.

6. Memberikan komentar dan mendiskusikan materi pokok bahasan ini.

Langkah 4

Pokok bahasan 3 subpokok

bahasan 1

Kegiatan fasilitator:

(37)

2. Meminta peserta untuk memberikan komentar tentang bagaimana membedakan fakta dan opini.

3. Menyampaikan pokok bahasan 3 subpokok bahasan 2 mengenai tiga tahapan penting dalam peliputan berita.

4. Meminta peserta untuk melakukan riset awal peliputan dari koran, internet, dll (terhadap suatu isu yang akan diliputnya nanti). Fasilitator menyiapkan satu koran yang sama edisi Hari Ini untuk masing-masing peserta. Fasilitator menentukan satu topik liputan untuk kemudian dicari bahan-bahan dasarnya oleh peserta pada koran tersebut. Misalnya: topik mengenai kasus korupsi di suatu wilayah.

5. Meminta peserta untuk melakukan praktik observasi di ruang pelatihan (dengan mengamati apa saja yang ada di ruangan, mulai dari

bentuk, warna, jenis, dll. Misalnya: mengamati benda-benda atau orang-orang yang ada dalam ruang pelatihan itu). Tuliskan dalam secarik kertas hasil observasi masing-masing peserta sebelum dipresentasikan (Fasilitator memilih tiga peserta yang belum mendapat giliran untuk mempresentasikan hasil observasi mereka) 6. Memandu diskusi hasil praktik peserta dan

tanya-jawab.

Kegiatan peserta:

1. Mendengar/ memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting mengenai fakta dan opini.

2. Memberikan komentar tentang bagaimana membedakan fakta dan opini.

3. Mendengar/ memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting mengenai tiga tahap peliputan berita. 4. Melakukan riset awal peliputan dari koran,

internet, dll.

5. Melakukan praktik observasi di ruang pelatihan. 6. Melakukan diskusi hasil praktik dan proses

tanya-jawab.

Langkah 5

Pokok bahasan 4, subpokok

bahasan 1

Kegiatan fasilitator:

1. Menyampaikan pokok bahasan 4 subpokok bahasan 1 mengenai observasi lapangan dan curah pendapat singkat dengan peserta. 2. Menjelaskan tentang Praktik Observasi

Lapangan yang akan peserta lakukan: obyek observasi, tempat dan waktu yang disediakan. 3. Meminta peserta untuk melakukan praktik

observasi liputan lapangan di sekitar tempat pelatihan selama 60 menit dan setelah itu kembali ke ruang pelatihan untuk sesi presentasi hasil observasi sesuai catatan masing-masing. 4. Mempersilahkan peserta untuk

(38)

5. Memandu diskusi hasil praktik peserta dan tanya-jawab.

Kegiatan peserta:

1. Mendengar/ memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting mengenai sesi praktik observasi liputan lapangan: obyek observasi liputan dan waktu yang disediakan.

2. Melakukan praktik observasi liputan lapangan di sekitar tempat pelatihan.

3. Mempresentasikan hasil observasi liputan lapangan masing-masing.

4. Melakukan diskusi hasil praktik dan proses tanya-jawab.

Langkah 6

Pokok bahasan 5, subpokok

bahasan 1

Kegiatan fasilitator:

1. Menyampaikan pokok bahasan 5 subpokok bahasan 1 mengenai Teknik-Teknik Wawancara dan Tiga Jenis Narasumber (15 menit).

2. Memutar sebuah video tutorial Wawancara produksi PJTV – Internews dan meminta peserta untuk curah pendapat tentang isi dari tayangan ini (30 menit).

3. Meminta peserta untuk melakukan praktik wawancara di ruang pelatihan (Dua atau empat orang peserta dipilih untuk berperan sebagai pewawancara dan yang diwawancarai/ narasumber. Pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan seputar berbagai isu aktual. Durasi: 30 menit).

4. Memandu diskusi hasil praktik peserta dan tanya-jawab (15 menit).

Kegiatan peserta:

1. Mendengar/ memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting mengenai teknik-teknik wawancara dan tiga jenis narasumber.

2. Menyimak sebuah tayangan video tutorial

Wawancara produksi PJTV – Internews dan

memberikan curah pendapat tentang isi dari tayangan ini.

3. Melakukan praktik wawancara di ruang pelatihan.

4. Melakukan diskusi hasil praktik dan proses tanya-jawab.

Langkah 7

Pokok bahasan 6, subpokok

bahasan 1

Kegiatan fasilitator:

1. Mempersilahkan peserta untuk membaca beberapa berita utama di koran (10 menit). 2. Memandu diskusi singkat peserta dalam

menemukan angle dari berita-berita tersebut (5 menit).

(39)

4. Menyampaikan pokok bahasan 6 subpokok bahasan 1 mengenai Menulis Berita I:

menemukan peg, mencari ide, menentukan angle, piramida terbalik, 5W 1H, dll (10 menit).

5. Meminta peserta untuk praktik memilih angle dan menulis lead dari suatu topik tertentu (10 menit).

6. Mempersilahkan peserta untuk

mempresentasikan hasil tulisan lead masing-masing dan memandu diskusi hasil praktik peserta serta proses tanya-jawab (10 menit).

Kegiatan peserta:

1. Membaca beberapa berita utama di koran. 2. Diskusi dalam menemukan angle dari

berita-berita tersebut.

3. Menyimak tayangan video tutorial Sumber Berita produksi PJTV - Internews.

4. Memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting mengenai menulis berita I (menemukan peg, mencari ide, menentukan

angle, piramida terbalik, 5W 1H, dll).

5. Mempraktikkan menulis angle dan lead. 6. Mempresentasikan hasil tulisan dan mengikuti

diskusi hasil praktik dan proses tanya-jawab.

Langkah 8

Pokok bahasan 7, subpokok

bahasan 1

Kegiatan fasilitator:

1. Menyampaikan pokok bahasan 7 subpokok bahasan 1 mengenai Menulis Berita di Media

Singkat dengan pendekatan FB, Twitter dan

SMS Journalism).

2. Mempersilahkan peserta untuk membaca beberapa contoh status di FB, Twitter, dan SMS. 3. Memandu diskusi peserta dalam menemukan

angle dari contoh-contoh tersebut.

4. Meminta peserta praktik menulis lead untuk FB,

Twitter dan SMS.

5. Mempersilahkan peserta untuk

mempresentasikan hasil tulisan masing-masing. 6. Memandu diskusi hasil praktik peserta dan

tanya-jawab.

Kegiatan peserta:

1. Mendengar/ memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting mengenai menulis berita di media sosial. 2. Membaca beberapa contoh status di FB, Twitter

dan SMS.

3. Diskusi dalam menemukan angle dari contoh-contoh tersebut.

4. Mempraktikkan menulis lead untuk FB, Twitter dan SMS.

5. Mempresentasikan hasil tulisan masing-masing. 6. Mengikuti diskusi hasil praktik dan proses

tanya-jawab.

Langkah 9

Pokok bahasan 8, subpokok

bahasan 1

Kegiatan fasilitator:

(40)

2. Menyampaikan pokok bahasan 8 subpokok bahasan 1 mengenai Menulis Straight News (Pengantar Praktik Menulis Berita Singkat, Piramida Terbalik dan 5W 1H dengan berbagai medium: Koran dan Blog).

3. Meminta peserta praktik menulis berita singkat untuk berbagai medium.

4. Mempersilahkan peserta untuk

mempresentasikan hasil berita masing-masing. 5. Memandu diskusi hasil praktik peserta dan

tanya-jawab.

Kegiatan peserta:

1. Menyimak tayangan video tutorial Jenis Berita produksi PJTV - Internews.

2. Mendengar/memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting mengenai menulis berita straight news. 3. Mempraktikkan menulis berita singkat untuk

berbagai medium.

4. Mempresentasikan hasil berita masing-masing. 5. Mengikuti diskusi hasil praktik dan proses

tanya-jawab.

Langkah 10

Pokok bahasan 9

Kegiatan fasilitator:

1. Menyampaikan pokok bahasan 10 mengenai Jurnalisme Radio (tentang straight news di radio: stand up dan reportase radio). 2. Memutar sebuah video tutorial Stand Up

produksi PJTV - Internews.

berdiskusi mengenai stand up atau laporan pandangan mata.

4. Meminta peserta melakukan praktik stand up diluar ruang pelatihan dengan menggunakan alat rekam audio atau telepon genggam. 5. Mempersilahkan peserta untuk

mempresentasikan hasil stand up masing-masing.

6. Memandu pembahasan dan diskusi hasil praktik peserta.

Kegiatan peserta:

1. Mendengar/ memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting mengenai Jurnalisme Radio (tentang straight

news di radio: stand up dan reportase radio).

2. Menyimak tayangan video tutorial Stand Up produksi PJTV - Internews.

3. Melakukan curah pendapat dan diskusi mengenai stand up atau laporan pandangan mata.

4. Mempraktikkan stand up diluar ruang pelatihan dengan menggunakan alat rekam audio atau telepon genggam.

5. Mempresentasikan hasil stand up masing-masing.

6. Membahas dan berdiskusi hasil praktik stand up.

Langkah 11

Pokok bahasan 10

Kegiatan fasilitator:

Gambar

Tabel 1:  Perbandingan inti jenis standar
Tabel 2: Perbandingan peranan stakeholder dalam penerapan jenis standar

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pemberitaan mengenai pembangunan pabrik semen di Kawasan Pegunungan Kendeng Rembang, proses framing terjadi ketika wartawan Mongabay.co.id meliput setiap

Hal-hal yang dapat dilakukan oleh wartawan atau jurnalis diantaranya adalah tidak memihak, membuat berita secara berimbang, membuat berita sesuai dengan fakta yang ada,

Walau pun wartawan warga bebas menyuarakan pendapat atas talian, tetapi sebagai golongan yang menyampaikan berita dan berkongsi maklumat dengan individu lain, wartawan

Hasil temu bual dengan wartawan warga telah memberikan definisi wartawan warga sebagai “sesiapa sahaja iaitu orang biasa yang cuba memberi berita yang tidak diberikan perhatian

periklanan, sehingga mampu menarik perhatian wartawan media massa untuk meliput dan menyiarkannya sebagai berita luas. Meskipun publisitas mempunyai kesamaan dengan

• Berita atau informasi yang diproduksi jurnalis warga disebarluaskan melalui berbagai media, baik media mainstream yang menyediakan ruang jurnalisme warga maupun media milik

Pada umumnya kode etik adalah suatu yang menjadi pedoman bagi setiap wartawan yang menjalankan tugas jurnalistiknya. Perlu disadari pada saat ini kode etik

57 BAB IV ANALISIS KEKERASAN YANG DILAKUKAN POLISI TERHADAP JURNALIS YANG SEDANG MELIPUT UNJUK x ::repository.unisba.ac.id::... RASA PENOLAKAN RUMAH DERET TAMANSARI BANDUNG...60