HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Tindak Guru B
3) Observasi Ketiga Pembelajaran di Kelas Guru A
Observasi ketiga dilakukan pada 13 Mei 2015. Guru A melakukan
pembelajaran dengan materi pokok gelombang berjalan. Guru A tidak mengajar
secara penuh sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia karena Guru A harus
mengikuti diklat di SMA Negeri 3 Singaraja. Pada kegiatan pendahuluan, Guru A
bersama siswa menyampaikan salam pembuka, dilanjutkan dengan absensi,
penyampaian maaf karena tidak bisa mengajar penuh, penyampaian garis besar
materi yang akan dipelajari, dan pemberian apersepsi. Kegiatan apersepsi
dilakukan dengan memberikan contoh proses bergetarnya sebuah titik pada jarak
tertentu dari ujung tali yang terikat. Guru A tidak menampilkan gambar, animasi,
atau video tentang fenomena tersebut. Guru A hanya menyuruh siswa
membayangkannya. Guru A menjelaskan perbedaan materi pembelajaran
sebelumnya, yaitu getaran dengan materi yang akan dipelajari, yaitu gelombang.
Perbedaan yang dimaksud adalah sebagai berikut. Ketika membahas materi
getaran, yang menjadi fokus pembahasan adalah sumber getarnya, sedangkan
dalam materi gelombang, fokus pembahasan adalah medium gelombang tersebut,
di mana medium tersebut tidak langsung ikut bergetar pada saat sumber mulai
Kegiatan inti dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab
berbantuan media powerpoint. Media powerpoint tersebut memuat gambar dan
animasi gelombang berjalan dan gelombang stasioner. Siswa duduk secara
individu. Guru A memaparkan materi secara kontekstual dengan menggunakan
bahasa sehari-hari yang semi-formal. Siswa Guru A mengaku lebih nyaman
belajar ketika guru menyampaikan materi dengan bahasa sehari-hari. Menurut
Siswa Guru A, hal tersebut dapat menimbulkan hubungan yang akrab antara guru
dan siswa. Siswa Guru A mengungkapkan bahwa volume suara Guru A dapat di
dengar dengan jelas oleh seluruh siswa. Siswa juga mengungkapkan bahwa
mereka dapat memahami dengan baik bahasa lisan dan bahasa tulis Guru A
(Wan/D1/SGA/04-05-2015/T9).
Pada awal kegiatan inti, Guru A mengulang kembali contoh proses
terjadinya gelombang pada tali terikat yang telah diberikan pada kegiatan
apersepsi. Bertolak dari contoh tersebut, Guru A menurunkan persamaan
simpangan sebuah titik pada medium gelombang berjalan yang berjarak x dari
sumber getar, pada waktu t. Penurunan rumus dilakukan secara konseptual dengan
menekankan pada makna fisis dari setiap besaran pada rumus. Guru A
menjelaskan makna fisis dari tanda ( ) pada persamaan . Guru A terlihat aktif melibatkan siswa dalam penurunan rumus tersebut dengan
memberikan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana. Guru A menekankan
konsep-konsep penting dengan gesture tubuh dan mimik wajah yang ekspresif.
Guru A juga menuliskan konsep-konsep penting di papan tulis dan
menggunakannya sebagai acuan dalam menjelaskan materi pembelajaran
Pemaparan materi pembelajaran yang dilakukan oleh Guru A bersifat
kontekstual. Pembelajaran kontestual tersebut dilakukan secara simultan dari
kegiatan apersepsi sampai kegiatan inti. Pada kegiatan inti, Guru A menggunakan
contoh proses bergetarnya senar gitar untuk menjelaskan konsep gelombang
stasioner. Guru mengungkapkan bahwa pembelajaran kontekstual dilakukan
sebagai upaya memotivasi siswa agar aktif mengeksplorasi materi yang
disampaikan. Hal tersebut terjadi karena siswa mengetahui manfaat praktis dari
materi yang diajarkan (Wan/D2/GA/05-06-2015/T9).
Setelah pemaparan materi pembelajaran, Guru A menjelaskan tips
penyelesaian soal gelombang berjalan. Tips tersebut, yaitu (1) jangan biarkan
ayam berada di luar kurungan, (2) si omega berteman dengan t, dan (3) si
konstanta gelombang berteman dengan x. Siswa Guru A mengungkapkan bahwa
Guru A sering memberikan tips penyelesaian soal yang mudah tanpa berpatokan
pada rumus (Wan/D1/SGA/04-05-2015/T10). Guru A juga mentolerir siswa yang menjawab soal dengan cara yang berbeda. Siswa ditemukan serius mencatat tips
yang ditayangkan pada slide powerpoint. Setelah siswa selesai mencatat, Guru A
memberikan soal latihan. Soal latihan tersebut ditulis langsung oleh Guru A di
papan tulis. Semua siswa terlihat serius mengerjakan soal latihan tersebut. Siswa
Guru A mengungkapkan bahwa tidak ada siswa yang berani bercanda selama
mengikuti pembelajaran. Guru A akan badmood dan langsung memberikan kuis
jika menemukan siswa yang tidak serius dalam pembelajaran (Wan/D1/SGA/04-05-2015/T11). Hal tersebut dilakukan untuk memeriksa penyebab ketidakfokusan siswa. Guru A menyatakan bahwa ternyata penyebab ketidakfokusan siswa adalah
pelajaran lain. Selain itu, hal tersebut juga bertujuan untuk membuat siswa
kembali fokus pada materi pembelajaran (Wan/D2/GA/05-06-2015/T10).
Selama siswa mengerjakan soal latihan, Guru A aktif berkeliling
menghampiri siswa. Terdapat beberapa siswa yang bertanya dan Guru A merespon
positif dengan memberikan petunjuk penyelesaian soal. Guru A sering
mengingatkan siswa untuk menerapkan tips yang diberikan. Pembahasan soal
latihan dilakukan dengan menunjuk siswa yang angkat tangan untuk menuliskan
jawabannya di papan tulis dan menjelaskannya di depan kelas. Guru A juga
terkadang menunjuk secara langsung siswa yang tidak angkat tangan. Guru A
selalu menunjuk siswa dengan menyebutkan nama siswa tersebut. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Guru A hafal semua nama siswa. Ketika menemukan siswa
kebingungan pada saat menuliskan dan menjelaskan jawabannya di depan kelas,
Guru A menuntun siswa tersebut dengan memberikan clue. Guru A selalu
menyampaikan ucapan terimakasih dan mengajak siswa yang lain bertepuk tangan
setelah seorang siswa menjelaskan jawabannya di depan kelas. Guru A juga selalu
mengkonfirmasi pemahaman siswa sebelum melanjutkan materi. Konfirmasi
tersebut dilakukan dengan mengajukan pertanyaan “Sudah? Bisa saya lanjutkan?”
Lima menit sebelum kegiatan penutup, Guru A menjelaskan konsep
gelombang stasioner dengan memberikan contoh konkrit terjadinya gelombang
pada dawai gitar yang dipetik. Pemaparan materi tersebut didukung dengan
penayangan animasi gelombang stasioner pada slide powerpoint. Guru A
menyampaikan perbedaan gelombang berjalan dan gelombang stasioner. Guru A
juga memberikan tips untuk menentukan simpul dan perut ke-n dengan
Guru A menyampaikan kepada siswa bahwa tips tersebut diperlukan agar siswa
tidak kebingungan jika lupa dengan rumus yang diberikan.
Pada kegiatan penutup, Guru A memberikan tugas kepada siswa berupa
lima buah soal essay yang termuat pada buku LKS Kreatif. Guru A
mengungkapkan tugas tersebut tidak perlu dikumpul. Jawaban soal tersebut cukup
ditulis langsung pada buku LKS Kreatif. Guru A menyampaikan kepada siswa
bahwa mengerjakan atau tidak tugas tersebut merupakan tanggungjawab moral
bagi siswa. Selanjutnya, Guru A menyampaikan garis besar materi dan kegiatan
pembelajaran pada pertemuan berikutnya dan mengucapkan salam penutup
bersama siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Siswa Guru A, dapat dijelaskan
bahwa yang biasanya dilakukan A pada pada kegiatan penutup adalah
penyampaian garis besar materi dan kegiatan pada pertemuan selanjutnya dan
pemberian PR jika Guru A tidak dapat mengajar pada pertemuan berikutnya.
Siswa Guru A menyatakan bahwa Guru A selalu memberikan tugas jika tidak bisa
mengajar secara penuh. Soal tugas dan PR yang diberikan selalu diambil pada
buku LKS Kreatif. Jawaban dari tugas dan PR tersebut tidak dikumpul dalam
lampiran kertas, melainkan hanya dibuat di buku LKS tersebut. Namun demikian,
Siswa Guru A mengaku selalu membuat tugas dan PR tersebut karena Guru A
selalu menghampiri siswa pada saat diskusi kelompok dan sering memeriksa LKS
siswa. Tugas dan PR tersebut dibahas pada pertemuan selanjutnya hanya jika
siswa mengaku belum memahami solusi dari soal yang diberikan
(Wan/D1/SGA/04-05-2015/T12). Guru A membenarkan bahwa PR atau tugas yang diberikan tidak pernah dikumpul. Melalui metode tersebut, Guru A mengaku
mengembangkan sikap tanggungjawab siswa. Guru A meyakini bahwa siswa pasti
mengerjakan tugas atau PR yang diberikan karena pada pertemuan selanjutnya,
Guru A selalu menunjuk siswa secara acak untuk menjelaskan jawaban tugas
tersebut di depan kelas. Hal tersebut menyebabkan semua siswa mempersiapkan
diri mengerjakan dan memahami penyelesaian soal tugas yang diberikan
(Wan/D2/GA/05-06-2015/T11).
Pengembangan sikap jujur dilakukan pada saat praktikum. Guru A
menugaskan siswa untuk mengumpulkan data praktikum yang diperoleh. Data
tersebut kemudian digunakan sebagai pembanding hasil analisis data pada laporan
praktikum siswa. Melalui metode ini, Guru A mendidik siswa untuk tidak
memanipulasi data praktikum. Guru A juga mengaku sering menekankan kepada
siswa bahwa hasil praktikum yang tidak persis sama dengan teori merupakan hal
yang wajar karena data hasil praktikum dipengaruhi berbagai kesalahan. Sikap
jujur juga dikembangkan pada saat ulangan. Guru A mengaku tidak mentolerir
sama sekali siswa yang ditemukan mencontek. Guru A mengaku pernah merobek
jawaban siswa yang ditemukan mencontek. Menurut Guru A, metode tersebut
efektif untuk membuat siswa jera. Proses jera tersebut didukung oleh karakteristik
siswa yang sering mem-bully temannya yang ketahuan mencontek. Terhadap
siswa yang ditemukan tidak serius dalam mengikuti pembelajaran, Guru A
mengaku sering menegur secara halus dengan menanyakan apa yang sedang siswa
tersebut lakukan. Namun, jika sebagian besar siswa tidak serius, Guru A mengaku
langsung memberikan kuis secara mendadak. Melalui metode tersebut, Guru A
mengklaim mampu membuat siswa kembali fokus mengikuti pembelajaran
B. Tindak Guru B
Sebelum melaksanakan pembelajaran, Guru B terlebih dahulu mempelajari
materi yang akan disampaikan ke siswa. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa
materi pembelajaran yang belum dipahami oleh Guru B, seperti
perjanjian-perjanjian internasional penanggulangan pemanasan global. Guru B mengaku
perlu mengakses internet karena materi tersebut tidak termuat dalam buku
pegangan guru. Disamping itu, Guru B juga menilai perlu untuk mengingat
materi-materi yang pernah diajarkan sebelumnya. Secara umum, Guru B telah
menerapkan pendekatan saintifik dalam pelaksanaan pembelajaran. Berikut
gambaran pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru B.