• Tidak ada hasil yang ditemukan

Problematika Guru dalam Penerapan Standar Proses Kurikulum 2013 dan Upaya Penyelesaiannya

Dalam dokumen Contoh Penelitian Kualitatif dalam Pendi (Halaman 184-196)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Problematika Guru B

4.2.2 Problematika Guru dalam Penerapan Standar Proses Kurikulum 2013 dan Upaya Penyelesaiannya

Hasil temuan menunjukkan bahwa permasalahan dan kendala yang

dihadapi oleh guru model dalam penerapan Standar Proses Kurikulum 2013

adalah sebagai berikut. (a) Komponen RPP yang dibuat oleh guru model sebagian

besar masih mengikuti sistematika RPP Kurikulum 2006. Guru model tidak

merumuskan indikator untuk KD pada KI-4, tidak memaparkan materi

berdasarkan kategori fakta, konsep, prinsip, dan prosedur, serta tidak memaparkan

langkah-langkah pembelajaran berdasarkan aspek-aspek pendekatan saintifik.

Langkah-langkah pembelajaran masih dikelompokkan berdasarkan kegiatan

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (b) Guru model terkadang tidak membuat

RPP sebelum mengajar karena alokasi waktu pembelajaran yang terbatas dan

kesibukan guru model. (c) Guru model terbebani oleh tuntutan penyusunan RPP

yang detail. Guru model menilai belum ada instruksi yang jelas terkait

pemanfaatan buku guru dan buku siswa. Menurut guru model, RPP yang dibuat

seharusnya mengacu pada buku tersebut, sehingga guru model tidak perlu

membuat RPP yang detail. (d) Pemaparan materi berdasarkan kategori fakta,

konsep, prinsip, dan prosedur yang dituntut dalam RPP tidak membantu guru

model dalam mengajar. (e) Guru model tidak menyampaikan indikator dan tujuan

pembelajaran pada kegiatan pendahuluan pembelajaran karena alokasi waktu

permasalahan ini dilakukan dengan memberikan silabus secara langsung kepada

siswa, sehingga siswa dapat mengetahui dan mempersiapkan materi pembelajaran

yang akan diberikan. (f) Guru model mengalami kendala dalam pelaksanaan

praktikum tangki riak karena alat yang tersedia di laboratorium fisika rusak.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan

menayangkan video proses praktikum dengan tangki riak. (g) Guru model

ditemukan tidak melakukan praktikum Melde karena kekurangan alokasi waktu.

(h) Guru model belum memahami standar proses pengembangan dan penilaian

aspek religius siswa. (i) Guru model tidak melakukan penilaian jurnal, penilaian

diri, dan penilaian antar siswa secara simultan. Hal ini dikarenakan jumlah siswa

yang banyak, sehingga memerlukan waktu lama dan tidak efektif. (j) Hasil

penilaian diri dan penilaian antar siswa yang dilakukan oleh guru model

cenderung tidak valid karena siswa menjawab pertanyaan kuesioner secara

subjektif. (k) Guru model tidak memahami rasional penggunaan sistem penilaian

berbasis modus untuk penilaian aspek sikap dan sistem penilaian berbasis nilai

tertinggi untuk penilaian aspek keterampilan, sehingga guru model tidak memiliki

solusi jika siswa mengetahui sistem penilaian tersebut dan menjadi tidak serius

dalam mengikuti pembelajaran. (l) Pengawas akademik tidak melakukan evaluasi

pelaksanaan pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan hanya terfokus pada

administrasi dan perangkat pembelajaran. (m) Pengawas akademik tidak

mengetahui solusi dan informasi yang ditanyakan oleh guru model, sehingga

harus ditangguhkan. (n) Guru model menilai alokasi waktu pembelajaran yang

disediakan dalam Kurikulum 2013 tidak sesuai dengan tuntutan perencanaan,

terhitung hanya pelaksanaan pembelajaran, yaitu tatap muka sebanyak 24 jam

pelajaran. Pemerintah pusat tidak memperhitungkan waktu yang diperlukan guru

untuk melakukan perencanaan dan evaluasi pembelajaran.

Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat dijelaskan bahwa penyebab

permasalahan dan kendala yang dihadapi guru model dalam penerapan Standar

Proses Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut. Pertama, guru model masih

memiliki persepsi bahwa beberapa bagian dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi pembelajaran hanya sebatas formalitas dan kurang berpengaruh terhadap

hasil pembelajaran siswa, sehingga hal tersebut dinilai tidak perlu dilakukan. Hal

ini diperparah oleh perilaku pengawas akademik yang tidak melakukan supervisi

secara holistik. Kegiatan supervisi hanya sebatas pada keberadaan perangkat

pembelajaran. Kedua, guru model belum memahami beberapa bagian dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran berbasis Standar Proses

Kurikulum 2013. Hal tersebut dikarenakan rendahnya kualitas pelatihan dan

supervisi akademik yang dilakukan pemerintah. Untuk menyiapkan guru yang

ideal dalam Kurikulum 2013, diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus.

Namun demikian, pemerintah belum mampu melatih semua guru. Untuk jenjang

SMA, jumlah guru yang dilatih maksmimal sebanyak lima orang termasuk kepala

sekolah, yaitu guru matematika, guru bahasa Indonesia, guru sejarah, dan guru

bimbingan konseling (BK). Guru yang dilatihkan tersebut kemudian ditugaskan

mengimbaskan hasil pelatihan kepada guru lain melalui workshop kurikulum

sekolah. Banyak permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dalam workshop

sekolah karena kurangnya pemahaman guru tentang Standar Proses Kurikulum

diajukan dalam workshop pusat terkadang juga tidak memperoleh solusi yang

jelas.

Ketiga, guru model menilai bahwa penerapan Standar Proses Kurikulum

2013 memberatkan dan sulit untuk dilaksanakan. Secara administratif, pemerintah

pusat telah menyiapkan perangkat pelaksanaan pembelajaran, seperti silabus dan

form rekapitulasi penilaian, sehingga tidak perlu lagi disiapkan oleh guru. Namun

demikian, guru dituntut berperan secara aktif sebagai motivator, fasilitator, dan

evaluator pembelajaran. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi para guru karena

tidak semua guru memiliki kompetensi tersebut. Hal ini dapat dipahami karena

dalam Kurikulum 2013, guru dituntut merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran berbasis pendekatan saintifik yang didukung oleh model

pembelajaran rekomendasi pusat. Guru harus memberikan pengalaman belajar

konseptual dan kontekstual dengan media pembelajaran yang variatif. Pada

evaluasi pembelajaran, guru dituntut melakukan berbagai jenis penilaian aspek

sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Keempat, siswa belum terbiasa dengan

pembelajaran berbasis pendekatan saintifik. Akibatnya, aspek menanya, mencoba,

dan menalar dalam pendekatan saintifik tidak dapat berjalan secara maksimal.

Perlu waktu relatif lama bagi guru untuk melatih siswa agar terbiasa dengan

pembelajaran berbasis pendekatan saintifik. Kelima, kurangnya fasilitas

pendukung kegiatan pembelajaran. Penerapan pendekatan saintifik memerlukan

pengalaman belajar yang riil. Oleh karena itu, guru harus menggunakan media

pembelajaran yang bervariatif untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran.

Untuk memperoleh informasi yang luas, sumber belajar yang digunakan siswa

untuk mendukung proses pembelajaran. Selain itu, fisika merupakan mata

pelajaran yang tidak terpisah dengan kegiatan praktikum. Oleh karena itu, alat dan

bahan praktikum yang tersedia setidaknya minimal sesuai dengan tuntutan

praktikum dalam silabus.

Terakhir, permasalahan utama penerapan Standar Proses Kurikulum 2013

adalah ketidaksesuaian tuntutan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran dengan alokasi waktu pembelajaran yang tersedia. Pemerintah pusat

tidak memperhitungkan waktu yang diperlukan guru untuk melakukan

perencanaan dan evaluasi pembelajaran. Alokasi waktu yang terhitung saat ini

hanya pelaksanaan pembelajaran tatap muka sebanyak 24 jam pelajaran. Hal ini

diperparah karena alokasi waktu tersebut terpotong oleh kegiatan upacara bendera

dan kegiatan hari Jumat. Padahal perencanaan dan evaluasi pembelajaran dituntut

secara periodik selama pembelajaran. Akibatnya, pelaksanaan pembelajaran tidak

berlangsung secara maksimal karena guru terfokus pada penilaian pembelajaran.

Alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran tersebut juga akan semakin berkurang

akibat terpotong pelaksanaan ulangan harian dan remedi.

Terdapat beberapa upaya yang telah dilakukan guru model untuk

mengatasi permasalahan dan kendala penerapan Standar Proses Kurikulum 2013.

Guru model secara mandiri telah berupaya mencari informasi tentang

konsep-konsep pembelajaran yang belum dipahaminya melalui internet. Guru model juga

telah mendiskusikan konsep-konsep pembelajaran yang belum dipahaminya

dengan pengawas akademik mata pelajaran fisika dari Dinas Pendidikan. Namun

demikian, diskusi yang dapat dilakukan hanya sebatas pada sistematika

memberikan solusi terhadap permasalahan yang terkait dengan konten

pembelajaran fisika. Hal ini dikarenakan pengawas akademik tersebut adalah

pengawas akademik mata pelajaran kimia. Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng

belum memiliki pengawas akademik khusus untuk mata pelajaran fisika, sehingga

tugas kepengawas tersebut diberikan kepada pengawas akademik mata pelajaran

kimia.

Terhadap permasalahan ketersediaan alat dan bahan praktikum tangki riak,

guru model telah berupaya menayangkan video praktikum tangki riak. Guru

model juga telah melakukan upaya-upaya penyelesaian terhadap permasalahan

penilaian jurnal, penilaian diri, penilaian antar siswa, dan penilaian portofolio

yang terkendala akibat kurangnya alokasi waktu dan banyaknya jumlah siswa.

Guru model telah berupaya menggabung pelaksanaan penilaian portofolio ke

dalam tugas proyek, sehingga dalam satu tugas, guru model dapat melakukan dua

jenis penilaian sekaligus. Permasalahan pelaksanaan penilaian diri dan penilaian

antar siswa diselesaikan dengan menugaskan siswa melakukan penilaian secara

mandiri di rumah. Namun demikian, upaya penyelesaian permasalahan tersebut

hanya sebatas pada formalitas ketercapaian pelaksanaan penilaian untuk

memperoleh nilai yang dituntut dalam form rekapitulasi nilai akhir, sehingga,

terdapat beberapa jenis penilaian yang hanya dilakukan sekali dalam satu

semester. Penilaian tersebut seharusnya dilakukan secara alami dan periodik,

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan,

dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1) Guru model memperoleh pengetahuan tentang Standar Proses Kurikulum

2013 dari workshop kurikulum dan teks Permendikbud Nomor 81A Tahun

2013. Guru model memahami bahwa perbedaan Kurikulum 2013 dengan

Kurikulum 2006 terletak pada spesifikasi pengembangan aspek kepribadian

siswa. Guru model menilai bahwa pendekatan saintifik dalam Kurikulum

2013 bukan merupakan hal yang baru karena dalam Kurikulum 2006, guru

model sering menerapkan model pembelajaran kooperatif yang juga memuat

kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan

mengkomunikasikan. Pada evaluasi pembelajaran, guru model belum

memahami teknis penilaian aspek religius dan rasional penerapan sistem

modus untuk penilaian aspek sikap serta sistem nilai tertinggi untuk penilaian

aspek keterampilan.

2) Pada perencanaan pembelajaran, guru model menyiapkan RPP, LKS, dan

media pembelajaran. RPP dibuat secara individu pada workshop sekolah yang

dilaksanakan setiap awal semester. Komponen RPP yang dibuat sebagian

besar masih menggunakan sistematika Kurikulum 2006. RPP yang dibuat

tidak sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan karena pada saat

membuat RPP, guru model belum memperoleh kalender pendidikan, sehingga

alokasi waktu yang direncanakan berbeda dengan kondisi yang sebenarnya.

Guru model juga belum mengetahui karakteristik siswa yang diajar, sehingga

metode pembelajaran dan LKS yang termuat pada RPP perlu direvisi. RPP

Kurikulum 2013 dinilai terlalu sulit dan memberatkan. Guru harus

mengkategorikan materi pembelajaran berdasarkan fakta, konsep, prinsip, dan

prosedur; merencanakan pembelajaran berbasis pendekatan saintifik;

menyiapkan media pembelajaran yang bervariasi; dan menyusun berbagai

macam instrumen penilaian. Selain itu, tidak terdapat instruksi yang jelas

tentang penggunaan buku guru dan buku siswa. Buku tersebut seharusnya

disinergikan dengan RPP, sehingga guru tidak harus mengetik ulang hal-hal

yang sebenarnya sudah termuat dalam buku tersebut.

3) Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru model sebagian besar

telah sesuai dengan Standar Proses Kurikulum 2013, yaitu meliputi kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Namun demikian, terdapat

beberapa bagian dalam Standar Proses Kurikulum 2013 yang tidak terlaksana.

Pada kegiatan pendahuluan, guru model tidak menyampaikan indikator dan

tujuan pembelajaran karena waktu yang terbatas dan kegiatan tersebut dinilai

tidak efektif. Pada kegiatan inti, guru model mengalami kendala dalam

pengembangan aspek menanya. Siswa cenderung pasif, sehingga kegiatan

menanya didominasi oleh guru. Kegiatan menanya yang dilakukan siswa

hanya sebatas pada pertanyaan prosedural tentang teknis pengerjaan LKS dan

pada pengungkapan suatu konsep, sehingga kegiatan mengumpulkan

informasi, menalar, dan mengkomunikasikan yang dilakukan seolah-olah

terpisah, tidak berhubungan satu sama lain. Keterbatasan waktu pembelajaran

merupakan penyebab utama permasalahan ini. Alokasi waktu pembelajaran

untuk setiap pertemuan tidak dapat digunakan untuk menerapkan pendekatan

saintifik secara ideal. Pada kegiatan penutup, guru model tidak

menyimpulkan materi pembelajaran dan tidak memberikan PR karena

kekurangan waktu.

4) Evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru model sebagian besar telah

sesuai dengan tuntutan Standar Proses Kurikulum 2013. Penilaian aspek

pengetahuan dilakukan melalui tes lisan dan tes tulis berupa kuis, tugas, PR,

ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. Aspek

sikap dinilai melalui penilaian observasi, penilaian jurnal, penilaian diri, dan

penilaian antar siswa. Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui

penilaian kinerja praktikum, penilaian proyek, dan penilaian portofolio.

Namun demikian, tidak semua jenis penilaian dapat dilakukan secara

periodik. Guru model tidak melakukan penilan observasi, penilaian diri,

penilaian jurnal, penilaian lisan, dan penilaian portofolio secara periodik.

Penilaian observasi yang dilakukan memiliki kelemahan yaitu terjadinya sikap yang tidak “alami” ketika siswa menyadari bahwa guru sedang melakukan penilaian. Penilaian diri dilakukan sekali dalam satu semester

dengan hasil yang cenderung bias karena siswa melakukan penilaian secara

subjektif. Penilaian jurnal, penilaian lisan, dan penilaian portofolio

waktu, sehingga guru tidak dapat memberikan penilaian secara spesifik untuk

setiap siswa.

5) Guru model mengalami beberapa permasalahan dan kendala dalam penerapan

Standar Proses Kurikulum 2013. Penyebab permasalahan dan kendala

tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, guru model masih memiliki

persepsi bahwa beberapa bagian dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi pembelajaran hanya sebatas formalitas dan kurang berpengaruh

terhadap hasil pembelajaran siswa, sehingga hal tersebut dinilai tidak perlu

dilakukan. Kedua, guru model belum memahami beberapa bagian dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran berbasis Standar Proses

Kurikulum 2013. Ketiga, guru model menilai bahwa penerapan Standar

Proses Kurikulum 2013 memberatkan dan sulit untuk dilaksanakan. Keempat,

siswa belum terbiasa dengan pembelajaran berbasis pendekatan saintifik.

Kelima, kurangnya fasilitas pendukung kegiatan pembelajaran. Keenam,

ketidaksesuaian tuntutan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran dengan alokasi waktu pembelajaran yang tersedia. Pemerintah

pusat tidak memperhitungkan waktu yang diperlukan guru untuk melakukan

perencanaan dan evaluasi pembelajaran. Hal ini diperparah oleh banyaknya

materi pembelajaran yang harus diselesaikan, sehingga guru model

tergesa-gesa dalam melaksanakan pembelajaran. Terakhir, pengawas akademik tidak

melakukan supervisi secara holistik. Supervisi yang dilakukan hanya sebatas

pada keberadaan perangkat administrasi pembelajaran. Pengawas akademik

juga tidak mampu memberikan solusi terhadap permasalahan dan kendala

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, dapat diajukan beberapa

saran sebagai berikut.

1) Agar aspek-aspek pendekatan saintifik dapat berjalan dengan maksimal, pada

kegiatan pendahuluan, guru harus memberikan apersepsi yang mampu

menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. Kegiatan apersepsi harus didukung oleh

penayangan fenomena fisis yang dekat dengan kehidupan keseharian siswa.

Fenomena fisis tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk gambar, video, atau

bahkan dengan mengajak siswa melakukan observasi langsung ke lingkungan

sekitar.

2) Kegiatan menanya yang dilakukan siswa belum maksimal. Pertanyaan yang

diajukan oleh siswa tidak hipotetik, sehingga aspek-aspek pendekatan

saintifik tidak terlaksana dengan baik. Guru perlu melatih siswa untuk

bersikap skeptis agar siswa mampu mengajukan pertanyaan hipotetik. As’ari (2014) menjelaskan bahwa terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan guru

untuk membiasakan siswa mengajukan pertanyaan hipotetik. Cara-cara

tersebut adalah sebagai berikut. (a) Questioning Breakfast, sebelum

pembelajaran dimulai, siswa diminta untuk menuliskan pertanyaan sesuai

dengan materi yang akan dibahas. (b) Questioning Appraisal, pemberian

penghargaan kepada siswa yang memiliki kuantitas dan kualitas pertanyaan

investigatif yang baik, sehingga siswa mempersepsi kegiatan menanya

sebagai suatu kegiatan yang bermanfaat. (c) Completing what if or what if not

questions, siswa diberi tugas untuk melengkapi pertanyaan yang dimulai

3) Terhadap materi pembelajaran yang abstrak dan sulit untuk dipraktikumkan,

guru disarankan untuk melaksanakan praktikum visual dengan menggunakan

aplikasi flash atau PhET yang dapat diunduh dari internet.

4) Terhadap permasalahan pelaksanaan penilaian pembelajaran yang disebabkan

oleh banyaknya jumlah siswa dan kurangnya alokasi waktu, guru disarankan

untuk melakukan penilaian secara bertahap. Guru disarankan untuk lebih

sering memberikan tugas sebagai bentuk refleksi dan tindak lanjut

pembelajaran yang telah dilakukan di kelas. Tugas yang diberikan hendaknya

bersifat kontekstual, yaitu disesuaikan dengan konteks kehidupan keseharian

siswa. Guru disarankan selalu memberikan tugas open-ended untuk

mengembangkan kreativitas setiap siswa.

5) Kepala sekolah dan pengawas akademik dari Dinas Pendidikan sebagai tim

supervisi harus mengevaluasi implementasi Standar Proses Kurikulum 2013

secara holistik dari perencanaan sampai dengan evaluasi pembelajaran, tidak

hanya sebatas pengawasan administratif, sehingga kekurangan dan kelemahan

Standar Proses Kurikulum 2013 dapat diketahui dan diperbaiki.

6) Pemerintah perlu memberikan alokasi waktu tambahan bagi guru untuk

melakukan perencanaan dan evaluasi pembelajaran, sehingga alokasi waktu

pembelajaran yang disediakan saat ini sepenuhnya dapat digunakan untuk

melaksanakan proses pembelajaran.

7) Hasil penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan. Bagi peneliti selanjutnya,

disarankan untuk melakukan penelitian sejenis di sekolah lain, pada tingkatan

kelas, tahun pelajaran, dan semester yang berbeda, dengan metode triangulasi

Dalam dokumen Contoh Penelitian Kualitatif dalam Pendi (Halaman 184-196)