• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Penelitian Kualitatif dalam Pendi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh Penelitian Kualitatif dalam Pendi"

Copied!
492
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI KASUS DI KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 SINGARAJA)

SKRIPSI

OLEH

I GEDE DANA SANTIKA NIM. 1113021077

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

(2)

(STUDI KASUS DI KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 SINGARAJA)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Pendidikan Ganesha

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Fisika

OLEH

I GEDE DANA SANTIKA NIM. 1113021077

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Nama lengkap penulis adalah I Gede Dana Santika. Penulis berasal dari sebuah keluarga petani di sebuah dusun kecil di Pulau Nusa Penida, yaitu Banjar Metaki, Desa Klumpu, Kecamatan Nusa Penida. Di masa kecilnya, penulis hobi memelihara burung kutilang dan menanam tanaman pangan. Penulis tidak pernah mengeyam pendidikan TK atau PAUD, padahal di daerah penulis saat itu sudah ada TK. Pada waktu itu, penulis lebih suka membantu orang tua mencari rumput untuk makanan sapi dibanding masuk TK. Pendidikan keras dari kakek saat itu merupakan modal kesuksesan penulis saat ini. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di SDN 2 Klumpu. Penulis mendapat ranking 4 dari 14 siswa sejak kelas 1 sampai dengan kelas 4 SD. Baru setelah kelas 5 SD, penulis berhasil mendapat ranking 3. Pada saat Ujian Nasional SD, penulis mendapat NEM nomor 2 terbesar dari 14 siswa satu angkatannya. Karena prestasi itulah, orang tua penulis, ditengah keadaan ekonomi yang serba kekurangan, berusaha merayakan hari ulang tahun penulis sebagai sebuah hadiah atas prestasi tersebut. Penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Nusa Penida. Pada saat itu, penulis tinggal di rumah kos. Hari pertama penulis jauh dari kedua orang tua, penulis menangis karena rindu. Penulis memasak sendiri makanan selama hidup di kos dengan menggunakan kompor minyak yang dibelikan oleh orangtua di awal semester. Untuk menuju ke SMPN 2 Nusa Penida, penulis harus mengayuh sepeda sejauh 10 km melewati jalan yang berbukit-bukit. Hari senin pagi sekitar pukul 5, penulis sudah siap dengan sepeda polygon pemberian paman dan bekal makanan yang telah disiapkan oleh ibu. Penulis mengayuh sepeda melewati jalan yang gelap tanpa ada penerangan. Semester pertama di kelas 7, penulis memperoleh juara 2 umum. Kemudian untuk semester selanjutnya, penulis selalu memperoleh juara 1 umum hingga lulus SMP. Pada saat SMP, penulis selalu mempersulit guru-guru IPA-nya dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkannya semalam sebelumnya. Bahkan pernah guru biologi penulis sampai harus bertanya ke seorang dokter karena tidak bisa menjawab pertanyaan penulis. Minat dan bakat penulis akan fisika mulai muncul sejak kelas 8 SMP. Penulis berhasil mengukir prestasi sebagai juara 3 olimpiade fisika tingkat SMP, yang diikuti oleh siswa dari 20 SMP di Kabupaten Klungkung. Karena kecintaannya akan fisika, penulis bahkan pernah meminta ijin guru untuk mengikuti pembelajaran fisika di kelas 7, padahal penulis saat itu sudah kelas 9.

Setelah lulus dari SMP, penulis melanjutkan studi di SMAN 1 Nusa Penida. Selama mengeyam pendidikan SMA, penulis mencetak beberapa prestasi, diantaranya juara umum 1 dari kelas 10 sampai kelas 12; juara 2 siswa teladan tingkat Kabupaten Klungkung; juara 2 lomba debat bahasa inggris tingkat Kabupaten Klungkung, dan juara 1 olimpiade fisika tingkat Kabupaten Klungkung. Penulis juga pernah menjadi ketua OSIS SMAN 1 Nusa Penida. Sejak SD sampai SMA, penulis tidak pernah berbelanja di kantin. Bekal mingguan yang diberikan orang tua hanya cukup untuk makan di kos. Penulis sering memberikan jasa pengerjaan tugas/PR kepada teman-teman SMA untuk mendapatkan uang tambahan. Setelah lulus SMA, penulis melanjutkan studi S1 di Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas

(9)

Skripsi ini ku persembahkan kepada:

SUMBER DARI SEGALANYA

puji syukur ku padamu untuk setiap nafas yang telah ku hembuskan

************

BAPAK DAN IBUKU TERCINTA

aku hidup di dunia ini adalah untuk membahagiakan kalian

************

UNTUK SEORANG PENEDUH HATI, ANUGERAH TERINDAH YANG PERNAH KU MILIKI

you are my definitely, kemanapun aku melangkah, kau yang menentukan arah

************

IBU ANGKATKU DI BRISBANE

thanks a million for the scholarship, the unlimited love, and the living thoughts

************

terimakasih atas ilmu yang telah kalian berikan

semoga muridmu ini bisa menjadi guru yang sama baiknya dengan kalian

************

TEMAN-TEMAN KELAS 8A

terimakasih atas cerita persahabatan masa kuliah yang telah kalian tuliskan untukku

************

(10)

ii Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa karena

atas berkah dan rahkmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Tindak Pembelajaran Guru Fisika dalam Implementasi Standar Proses Kurikulum 2013 (Studi Kasus di Kelas XI MIA SMA Negeri 1 Singaraja)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Pendidikan

Fisika di Universitas Pendidikan Ganesha.

Skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya berkat kerja sama,

motivasi, arahan, bantuan, saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari berbagai

pihak. Sebagai rasa syukur dan hormat penulis, melalui kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan kepada:

1. Drs. Ida Bagus Putu Mardana, M.Si., selaku Pembimbing I, dan Putu

Artawan, S.Pd., M.Si., selaku Pembimbing II yang telah berupaya dengan

penuh kesabaran, pengertian, serta ketelitian untuk memberikan bimbingan,

motivasi, arahan, petunjuk, saran dan kritik kepada penulis di tengah-tengah

kesibukan beliau, sejak awal penyusunan hingga selesainya skripsi ini.

2. Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing serta memberi motivasi kepada penulis selama mengikuti studi

di Jurusan Pendidikan Fisika.

3. Dr. A.A. Istri Agung Rai Sudiatmika, M.Pd., selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Ganesha yang telah memfasilitasi

serta mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Jurusan Pendidikan Fisika Universitas

Pendidikan Ganesha yang telah banyak membantu, memfasilitasi, memberi

(11)

iii sekolah yang dipimpinnya.

6. I Putu Mahardika, M.Pd., dan Ida Ayu Putu Surya Dewi, M.Pd., selaku guru

bidang studi mata pelajaran fisika yang mengajar di kelas XI MIA SMA

Negeri 1 Singaraja atas segala bantuan dan kerja samanya selama penulis

melaksanakan penelitian.

7. Siswa-siswi kelas XI MIA SMA Negeri 1 Singaraja atas segala bantuan dan

kerja samanya selama penulis mengadakan penelitian.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa apa yang tersaji dalam

tulisan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan

saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca guna penyempurnaannya.

Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua

dan bagi perkembangan dunia pendidikan terutama pendidikan fisika dalam masa

yang akan datang.

Singaraja, Juli 2015

(12)

iv Oleh

I Gede Dana Santika, NIM. 1113021077 Jurusan Pendidikan Fisika

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan pemahaman guru tentang Standar Proses Kurikulum 2013, (2) mendeskripsikan tindak guru dalam perencanaan pembelajaran berbasis Standar Proses Kurikulum 2013, (3) mendeskripsikan tindak guru dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis Standar Proses Kurikulum 2013, (4) mendeskripsikan tindak guru dalam evaluasi pembelajaran berbasis Standar Proses Kurikulum 2013, dan (5) mendeskripsikan permasalahan dan kendala yang dihadapi guru dalam penerapan Standar Proses Kurikulum 2013, serta upaya penyelesaiannya.

Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan pada semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif studi kasus. Subjek penelitian ini adalah dua orang guru fisika yang mengajar di kelas XI MIA SMAN 1 Singaraja, yang dipilih secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif, wawancara semiterstruktur, dan studi dokumen. Analisis data dilakukan secara periodik selama dan setelah pengumpulan data melalui tiga tahapan, yaitu (1) reduksi data, (2) paparan data, serta (3) penarikan simpulan dan verifikasi. Keabsahan data ditentukan melalui uji kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut. (1) Guru memahami bagian-bagian Standar Proses Kurikulum 2013 dari workshop kurikulum dan teks Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013. Guru menilai bahwa perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran berbasis pendekatan saintifik bukan merupakan hal yang baru karena dalam Kurikulum 2006, guru sering menerapkan model pembelajaran kooperatif yang juga memuat kegiatan 5M. (2) Pada perencanaan pembelajaran, guru menyiapkan RPP, LKS, dan media pembelajaran. Kompenonen RPP yang dibuat sebagian besar masih mengikuti sistematika RPP Kurikulum 2006. (3) Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru sebagian besar telah sesuai dengan Standar Proses Kurikulum 2013, yaitu memuat kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan menanya didominasi oleh guru. Pertanyaan siswa tidak hipotetik, sehingga aspek-aspek pendekatan saintifik yang dilakukan siswa seolah-olah terpisah (4) Evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru sebagian besar telah sesuai dengan Standar Proses Kurikulum 2013, yaitu penilaian hasil belajar aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan, program remedial, dan pengayaan. Namun demikian, sebagian besar penilaian tidak dapat dilakukan secara periodik. (5) Sebagian besar permasalahan dan kendala yang dihadapi guru dalam penerapan Standar Proses Kurikulum 2013 disebabkan oleh ketidaksesuaian antara banyaknya tugas guru dengan alokasi waktu pembelajaran yang tersedia.

(13)

v I Gede Dana Santika, NIM. 1113021077

Physics Education Department, the Faculty of Mathematics and Natural Sciences Ganesha University of Education

E-mail: mola.mola.manta@gmail.com

ABSTRACT

This research aimed at: (1) describing the understanding of physics teachers towards the Standard Process of Curriculum 2013, (2) describing the teaching actions of physics teachers in implementing the teaching planning of Standard Process of Curriculum 2013, (3) describing the teaching actions of physics teachers in implementing the teaching process of Standard Process of Curriculum 2013, (4) describing the teaching actions of physics teachers in implementing the learning evaluation of Standard Process of Curriculum 2013, and (5) describing the problems and difficulties found by physics teachers in the implementation of Standard Process of Curriculum 2013 and the solutions.

This research was conducted over four months in the second semester of the Academic Year 2014/2015. Qualitative case study method was used. The subjects of this research were two physics teachers who taught in the grade XI science class of SMAN 1 Singaraja. The subjects of the research were determined by purposive sampling. The data were collected by participative observation, semi-structured interview, and document study. The interactive analysis model of Miles & Huberman was applied to analyze the data. The validity of the data was determined by Moleong's four techniques, namely credibility, transferability, dependability, and confirm ability.

The results reveal as follows. (1) The teachers understand all parts of the Standard Process of Curriculum 2013 from the school curriculum workshop and the soft copy of Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013. The teachers claim that the scientific approach is not a new learning approach since in the Curriculum 2006, the teachers have implemented various kind of cooperative learning model that also provide scientific learning activities. (2) In the teaching planning, the teachers prepare the lesson plan, the student worksheet, and the teaching media. The components of the lesson plan are mostly still Curriculum 2006-based. (3) The teaching processes delivered by the teachers are mostly in accordance with the Standard Process of Curriculum 2013. However, the questioning activities are dominated by the teachers. The students’ questions are not hypothetical, so that the other aspects of scientific approach are not integrated well. (4) The learning evaluation delivered by the teachers is mostly in accordance with the Standard Process of Curriculum 2013. It is including the assessment of student’s attitude, knowledge, and skill, the remedial program, and the enrichment. However, most of the assessment cannot be done periodically. (5) The teachers’ problems and difficulties in the implementation of the Standard Process of Curriculum 2013 are mostly caused by the mismatch between the demands of the Standard Process of Curriculum 2013 and the time allocation provided.

(14)

vi

PRAKATA ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 9

1.3 Rumusan Masalah ... 10

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Hasil Penelitian ... 11

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kurikulum 2013 ... 13

2.2 Standar Proses Kurikulum 2013 ... 17

2.2.1 Perencanaan Pembelajaran ... 18

2.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran ... 22

2.2.3 Evaluasi Pembelajaran ... 27

2.2.4 Pengawasan Proses Pembelajaran ... 31

2.3 Karakteristik Pembelajaran Fisika dalam Kurikulum 2013 ... 33

2.4 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ... 36

2.4 Kerangka Berpikir ... 40

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Alasan Menggunakan Metode ... 41

3.2 Rancangan Penelitian ... 43

3.3 Situasi Sosial ... 46

(15)

vii

3.7 Teknik Analisis Data ... 55

3.8 Pemeriksaan Keabsahan Data ... 60

BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 62

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 62

4.1.2 Gambaran Umum Pembelajaran Fisika di SMA yang Diteliti ... 64

4.1.3 Temuan Penelitian ... 66

4.1.3.1 Pemahaman Guru tentang Standar Proses Kurikulum 2013 ... 67

4.1.3.2 Tindak Guru dalam Perencanaan Pembelajaran Fisika Berbasis Standar Proses Kurikulum 2013 ... 81

4.1.3.3 Tindak Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Fisika Berbasis Standar Proses Kurikulum 2013 ... 94

4.1.3.4 Tindak Guru dalam Evaluasi Pembelajaran Fisika Berbasis Standar Proses Kurikulum 2013 ...121

4.1.3.5 Problematika Guru dalam Penerapan Standar Proses Kurikulum 2013 dan Upaya Penyelesaiannya ...133

4.2 Pembahasan ...147

BAB 5. PENUTUP 5.1 Simpulan ...172

5.2 Saran ...176

DAFTAR PUSTAKA ... 178

(16)

viii

Tabel Halaman

2.1 Perbedaan Konsep Kurikulum 2013 dengan KBK dan KTSP ... 16

2.2 Perbedaan Mata Pelajaran Kurikulum 2013 dengan KTSP ... 16

2.3 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Santifik ... 24

2.4 Hasil Analisis Kesesuaian Kegiatan Pembelajaran Pendekatan Saintifik dengan Tujuan Pembelajaran di SMAN Mojokerto ... 38

3.1 Matriks Hubungan Fokus Penelitian dan Sumber Data ... 48

3.2 Kisi-kisi Pedoman Observasi (Checklist) ... 50

3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 52

3.4 Matriks Pengumpulan Data ... 54

3.5 Teknik Pengkodean Data ... 58

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Segitiga Tujuan Supervisi... 32

3.1 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) ... 57

(17)

ix LAMPIRAN 1. ADMINISTRASI PENELITIAN Halaman

1.1 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ...181

1.2 Surat Pernyataan Informan Penelitian ...182

1.3 Agenda Pelaksanaan Penelitian ...185

LAMPIRAN 2. DOKUMEN SILABUS DAN RPP 2.1 Silabus ... 188

2.2 RPP Guru A ...199

2.3 RPP Guru B ...207

LAMPIRAN 3. TRANSKRIP WAWANCARA PENELITIAN 3.1 Pedoman Wawancara ...227

3.2 Transkrip Satu Wawancara Guru A ...248

3.3 Transkrip Dua Wawancara Guru A ...263

3.4 Transkrip Satu Wawancara Siswa Guru A ...273

3.5 Transkrip Satu Wawancara Guru B ...285

3.6 Transkrip Dua Wawancara Guru B ...297

3.7 Transkrip Tiga Wawancara Guru B ...305

3.8 Transkrip Empat Wawancara Guru B ...314

3.9 Transkrip Satu Wawancara Siswa Guru B ...325

3.10 Transkrip Satu Wawancara Kepala Sekolah ...338

3.11 Transkrip Satu Wawancara Pengawas Akademik ...341

LAMPIRAN 3. TEMUAN-TEMUAN DALAM TRANSKRIP WAWANCARA PENELITIAN 3.1 Temuan-temuan dalam Transkrip Satu Wawancara Guru A ...346

3.2 Temuan-temuan dalam Transkrip Dua Wawancara Guru A ...355

3.3 Temuan-temuan dalam Transkrip Satu Wawancara Siswa Guru A ...361

3.4 Temuan-temuan dalam Transkrip Satu Wawancara Guru B ...365

3.5 Temuan-temuan dalam Transkrip Dua Wawancara Guru B ...373

(18)

x

3.9 Temuan-temuan dalam Transkrip Satu Wawancara Kepala Sekolah ...402

3.10 Temuan-temuan dalam Transkrip Satu Wawancara Pengawas Akademik ...404

LAMPIRAN 4. TRANSKRIP OBSERVASI PENELITIAN 4.1 Checklist Observasi Guru A ...406

4.2 Checklist Observasi Guru B ...413

4.3 Transkrip Satu Observasi di Kelas Guru A ...420

4.4 Transkrip Dua Observasi di Kelas Guru A...426

4.5 Transkrip Tiga Observasi di Kelas Guru A ...430

4.6 Transkrip Satu Observasi di Kelas Guru B ...437

4.7 Transkrip Dua Observasi di Kelas Guru B ...449

4.8 Transkrip Tiga Observasi di Kelas Guru B ...463

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, melalui

Peraturan Bersama Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor

5496/C/KR/2014, menetapkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan salah satu

kurikulum yang diberlakukan pada Tahun Pelajaran 2014/2015 (Kemendikbud,

2014b). Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya,

yaitu Kurikulum 2006. Menurut Kemendikbud (2013a), penyempurnaan tersebut

dikarenakan selama ini pembelajaran hanya terfokus pada pengembangan aspek

pengetahuan, sehingga dinilai menjadi penyebab berbagai persoalan yang

dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Persoalan yang dimaksud adalah (1) degradasi

citra bangsa; (2) dekadensi moral; (3) degradasi karakter bangsa; (4) degradasi

kepemimpinan nasional; (5) perkelahian antar pelajar; (6) narkoba; (7) korupsi,

kolusi, dan nepotisme (KKN); (8) plagiatisme; dan (9) kecurangan dalam ujian.

Sebagai bentuk revisi dari hal tersebut, maka tujuan pembelajaran dalam

Kurikulum 2013 ditekankan pada pengembangan empat Kompetensi Inti (KI),

yaitu KI-1 yang berhubungan dengan sikap spiritual, KI-2 yang berhubungan

dengan sikap sosial, KI-3 yang berhubungan dengan aspek pengetahuan, dan KI-4

(20)

Terdapat empat komponen dari delapan komponen Standar Pendidikan

Nasional yang disempurnakan dalam Kurikulum 2013 (Sutrisno, 2013). Salah satu

komponen tersebut adalah standar proses pembelajaran. Standar Proses adalah

kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan, yang

mencakup perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran (Kemendikbud, 2013d).

Perencanaan pembelajaran dalam Standar Proses Kurikulum 2013 meliputi

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang secara umum memuat

indikator pencapaian hasil belajar siswa, materi pembelajaran, perangkat penilaian

pembelajaran, dan skenario pembelajaran, serta penyiapan media dan sumber

belajar (Kemendikbud, 2013d). RPP dibuat dengan mengacu pada silabus. Dalam

Kurikulum 2013, pengembangan silabus merupakan kewenangan pemerintah

pusat, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan

pada satuan pendidikan yang bersangkutan. Dengan demikian, dalam Kurikulum

2013, guru tidak perlu lagi mengembangkan silabus karena telah disiapkan oleh

pemerintah pusat dan sama untuk seluruh sekolah pada jenjang pendidikan dasar

dan menengah di Indonesia.

Pelaksanaan pembelajaran dalam Standar Proses Kurikulum 2013

merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan inti pembelajaran

dilakukan dengan menggunakan pendekatan saintifik, yaitu kegiatan pembelajaran

yang mengadopsi langkah-langkah ilmuwan dalam melakukan penelitian.

Pendekatan saintifik terdiri dari kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar

(21)

dalam Kurikulum 2013 dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan

bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik

(Kemendikbud, 2014c).

Penilaian hasil belajar siswa dalam Kurikulum 2013 dilakukan melalui

penilaian autentik. Hal ini merupakan solusi dari permasalahan penilaian hasil

pembelajaran pada Kurikulum 2006 yang lebih dominan pada aspek pengetahuan.

Penilaian autentik merupakan metode penilaian yang menilai keseluruhan proses

pembelajaran, mulai dari masukan (input), proses (process) dan hasil (output)

pembelajaran, serta mencakup penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan

(Kemendikbud, 2013d). Teknik penilaian ini relevan dengan proses pembelajaran

berbasis pendekatan saintifik karena dapat menilai kemampuan peserta didik

dalam proses serta hasil pembelajaran.

Penilaian hasil pembelajaran dalam Kurikulum 2013 mengacu pada

teknik ketuntasan belajar (Kemendikbud, 2013a). Jika peserta didik dapat

mencapai kompetensi dasar (KD) yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4 dengan

nilai lebih dari atau sama dengan 2,66, maka peserta didik tersebut dinyatakan

sudah tuntas. Jika nilai peserta didik berada di bawah nilai tersebut, maka peserta

didik dinyatakan belum tuntas dan harus mengikuti program remedial. Sedangkan

penilaian kompetensi sikap (KI-1 dan KI-2), dilakukan dengan melihat profil

sikap peserta didik secara umum pada semua mata pelajaran, jika nilainya

(22)

bawah B, yakni C atau K, maka harus dilakukan pembinaan secara holistik oleh

guru bimbingan dan konseling (BK), guru mata pelajaran, dan orang tua.

Kesuksesan implementasi Standar Proses Kurikulum 2013 terletak pada

peran profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran. Guru adalah

orang yang berhadapan langsung dengan siswa, sehingga memberikan pengaruh

langsung terhadap keberhasilan pembelajaran siswa. Oleh karena itu, guru

dituntut memiliki kesiapan, kompetensi, komitmen, kesungguhan, dan tanggung

jawab terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013. Kompetensi yang dimaksud tidak

hanya pada penguasaan bahan ajar, tetapi guru juga harus mampu melakukan

pembelajaran yang menyenangkan, menarik, dan menantang bagi siswa.

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus mampu memberikan peluang bagi

siswa untuk mengoptimalkan keterampilan proses, sehinga siswa menjadi aktif

dalam belajar.

Kurikulum 2013 membawa perubahan mendasar terhadap peran guru

dalam pembelajaran. Secara administratif, pemerintah pusat telah menyiapkan

silabus, sehingga penyusunan silabus bukan lagi menjadi salah satu tugas

administrasi yang harus dilengkapi guru. Namun demikian, guru dituntut berperan

secara aktif sebagai motivator dan fasilitator pembelajaran, yang memberikan

siswa pengalaman belajar ilmiah berbasis pendekatan saintifik. Disamping itu,

guru juga dituntut melakukan berbagai jenis penilaian untuk mengukur

ketercapaian pengembangan aspek pengetahuan, afektif, dan psikomotor siswa

(Alawiyah, 2014). Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi para guru karena tidak

semua guru memiliki kompetensi tersebut. Sejak diterapkan pada Juli 2014,

(23)

Kurikulum 2013. Permasalahan yang terjadi bersifat kompleks, mulai dari

pemahaman guru tentang konsep pembelajaran berbasis Standar Proses

Kurikulum 2013, sampai dengan permasalahan dalam perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi pembelajaran. Berikut dipaparkan beberapa hasil penelitian yang

berhasil mengklarifikasi hal tersebut.

Pertama, Kustijono dan Wiwin (2014), dalam penelitiannya tentang

pandangan guru SMK di kota Surabaya terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013

dalam pembelajaran fisika berhasil mengungkap bahwa (1) guru berpandangan

belum sepenuhnya memahami prinsip pembelajaran, terutama yang terkait dengan

perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan ilmiah, perbedaan

pembelajaran parsial dengan pembelajaran terpadu, perbedaan pembelajaran yang

menekankan jawaban tunggal dengan pembelajaran yang membutuhkan jawaban

multi dimensi, perbedaan pembelajaran verbalisme dengan pembelajaran yang

aplikatif, dan pembelajaran yang berprinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa

saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas, (2) guru berpandangan belum

sepenuhnya memahami prinsip penilaian, diantaranya cara menilai kompetensi

sikap, cara menilai keterampilan, dan menyusun instrumen penilaian yang sesuai

kaidah, (3) guru berpandangan penyusunan RPP masih terkendala, terutama pada

sumber belajar, media pembelajaran yang bervariasi, media yang sesuai dengan

materi pembelajaran, pendekatan pembelajaran saintifik, penilaian autentik,

penilaian yang sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi, dan pedoman

penskoran, (4) guru berpandangan masih belum dapat melaksanakan kegiatan

pembelajaran yang sesuai dengan standar proses, yaitu guru belum terbiasa

(24)

pembelajaran kontekstual dan saintifik, belum memfasilitasi siswa mengolah atau

menganalisis informasi untuk membuat kesimpulan, belum menggunakan media

pembelajaran yang bervariasi, dan media yang digunakan belum menghasilkan

pesan yang menarik, dan (5) guru berpandangan masih belum dapat melaksanakan

penilaian sesuai standar, terutama yang berhubungan dengan cara

mengembangkan instrumen penilaian yang sesuai dengan kaidah, serta cara

mengembangkan rubrik penilaian dari instrumen yang dikembangkan tersebut.

Kedua, Wardani et al(2014) dalam penelitiannya yang berjudul “analisis

kesesuaian kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik dengan tujuan

pembelajaran di SMAN Mojokerto” memperoleh data bahwa dari 22 RPP guru

biologi yang dianalisis, terdapat 3 RPP yang tidak mengembangkan pendekatan

saintifik dalam pembelajaran. Analisis lanjutan terhadap sisa 19 RPP tersebut

menunjukkan bahwa kesesuaian kegiatan mengamati dengan tujuan pembelajaran

adalah sebesar 81,81 dengan kategori sesuai. Sementara kesesuaian kegiatan

menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi data, serta mengkomunikasi dengan

tujuan pembelajaran adalah sebesar 57,58; 68,18; 65,15; dan 68,18 dengan

kategori kurang sesuai.

Ketiga, kendala guru dalam melakukan penilaian hasil belajar siswa.

Data hasil survei Hotline Pendidikan Jawa Timur menunjukkan bahwa setelah

hampir satu semester implementasi Kurikulum 2013, masih terdapat kebingungan

guru dalam melaksanakan penilaian sesuai tagihan Kurikulum 2013 (Malinda &

Susanto, 2014). Data lain dari Jawa Pos Metropolis (dalam Malinda & Susanto,

(25)

dengan tagihan Kurikulum 2013. Kendala dalam membuat RPP diduga berkaitan

dengan penyusunan instrumen penilaian yang ditagihkan dalam silabus.

SMA Negeri 1 Singaraja merupakan salah satu sekolah pengembangan

Kurikulum 2013 di Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali. Studi pendahuluan berupa

observasi awal yang dilakukan peneliti pada pelaksanaan pembelajaran fisika di

kelas XI MIA 6 SMA Negeri 1 Singaraja menemukan bahwa pembelajaran

dilakukan dengan metode diskusi, presentasi, dan tanya jawab, di mana siswa

duduk berkelompok, mendiskusikan masalah dari LKS, dan mempresentasikan

hasil diskusi kelompoknya. Sebelum diskusi dimulai, guru mengulas kembali

pembelajaran pada pertemuan sebelumnya, memberikan apersepsi, dan

menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilakukan. Pada saat diskusi

berlangsung, siswa aktif mencari informasi dari berbagai buku dan internet, serta

aktif bertanya kepada guru. Guru aktif menuntun setiap kelompok memecahkan

permasalahan yang diberikan dengan cara mengaitkan permasalahan tersebut

dengan konsep yang telah dipelajari, serta fenomena fisis yang mudah dipahami

oleh siswa. Guru juga sering memberikan pertanyaan “mengapa” dan

“bagaimana” kepada siswa. Setelah diskusi berakhir, guru meminta perwakilan

setiap kelompok menyampaikan jawaban dari permasalahan yang termuat pada

LKS. Guru meminta tanggapan kelompok lain terhadap jawaban kelompok

tersebut. Terakhir, guru menyampaikan jawaban dari setiap permasalahan yang

sedang dibahas. Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa menyimpulkan hasil

pembelajaran, dilanjutkan dengan pemberian pekerjaan rumah dan penyampaian

(26)

Temuan tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar standar proses

pelaksanaan pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 telah dilaksanakan dalam

pembelajaran fisika di kelas XI MIA SMA Negeri 1 Singaraja. Temuan tersebut

juga menunjukkan bahwa komponen mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan dalam pendekatan saintifik

sudah terlaksana. Namun demikian, masih terdapat beberapa bagian Standar

Proses Kurikulum 2013 yang belum dilaksanakan secara maksimal, yaitu sebagai

berikut. (1) Aspek mengamati dan menanya dalam pendekatan saintifik belum

diupayakan dengan baik. Kegiatan mengamati dilakukan siswa hanya dengan

membaca buku. Guru tidak menampilkan gambar, animasi, atau video yang dapat

menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini dinilai menjadi salah satu penyebab

siswa tidak menyampaikan pertanyaan investigatif, sehingga kegiatan menanya

cenderung didominasi oleh guru. (2) Guru tidak menggunakan media

pembelajaran, sehingga beberapa siswa terlihat bingung dengan konsep

pembelajaran yang abstrak. Deskripsi konsep-konsep fisis yang abstrak dilakukan

guru melalui analogi fenomena fisis sederhana. Secara teori, hal tersebut dapat

membantu siswa “membayangkan” konsep fisis yang diberikan. Namun demikian,

guru juga harus memahami bahwa kemampuan kognitif siswa beranekaragam,

sehingga tidak semua siswa terbantu dengan analogi tersebut. Terhadap materi

pembelajaran yang abstrak, guru seharusnya menggunakan media pembelajaran

riil untuk membantu siswa memahami materi tersebut. (3) Guru tidak terlihat

melakukan penilaian selama pembelajaran. Padahal, penilaian observasi harus

dilakukan oleh guru secara berkesinambungan. Hal ini mungkin dikarenakan guru

(27)

Secara umum, tindak pembelajaran guru merupakan bentuk terjemahan

pemahaman guru terhadap Standar Proses Kurikulum 2013 itu sendiri. Dengan

demikian, kualitas pemahaman yang rendah akan memberikan hasil implementasi

kurikulum yang rendah pula. Disamping itu, kompetensi guru juga sangat

menentukan kesuksesan pembelajaran berbasis Standar Proses Kurikulum 2013.

Namun demikian, bukan berarti bahwa tindak pembelajaran guru dan semua

permasalahan serta kendala pembelajaran dipengaruhi oleh rendahnya kompetensi

dan pemahaman guru tentang Standar Proses Kurikulum 2013. Faktor eksternal

lain, seperti manajemen sekolah, kondisi fisik sekolah, kondisi siswa, ketersediaan

alokasi waktu, kewajiban guru di luar jam pembelajaran, dan manajemen

pengawasan akademik juga berpotensi mempengaruhi tindak serta permasalahan

guru dalam pembelajaran. Lebih ekstrim lagi, permasalahan tersebut mungkin

disebabkan oleh tingginya tuntutan Standar Proses Kurikulum 2013 terhadap

proses pembelajaran, sehingga guru tidak mampu memenuhi semua tuntutan

tersebut.

Berdasarkan paparan tersebut, tindak pembelajaran guru dalam

implementasi Standar Proses Kurikulum 2013 perlu diteliti untuk memperoleh

gambaran mendalam tentang pemahaman guru terhadap Standar Proses

Kurikulum 2013, tindak guru dalam penerapan Standar Proses Kurikulum 2013,

permasalahan dan kendala guru dalam penerapan Standar Proses Kurikulum 2013,

serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya. Gambaran tersebut akan

menunjukkan seberapa jauh Standar Proses Kurikulum 2013 telah dilaksanakan

dan apa permasalahan guru serta kekurangan Standar Proses Kurikulum 2013 di

(28)

dalam memperbaiki dan menyempurnakan Standar Proses Kurikulum 2013.

Berdasarkan hal tersebut, digagas sebuah penelitian yang berjudul “Tindak Pembelajaran Guru Fisika dalam Implementasi Standar Proses Kurikulum 2013 (Studi Kasus di Kelas XI MIA SMA Negeri 1 Singaraja)”.

1.2 Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada tindak pembelajaran guru fisika dalam

implementasi Standar Proses Kurikulum 2013 di kelas XI MIA SMA Negeri 1

Singaraja. Tindak guru yang dimaksud adalah pemahaman guru tentang konsep

pembelajaran berbasis Standar Proses Kurikulum 2013; perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran berbasis Standar Proses Kurikulum 2013

yang dilakukan guru; problematika yang dihadapi guru dalam pembelajaran fisika

berbasis Standar Proses Kurikulum 2013; serta upaya yang telah dilakukan untuk

mengatasi problematika tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang telah dipaparkan,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana pemahaman guru terhadap Standar Proses Kurikulum 2013?

2) Bagaimana tindak guru dalam perencanaan pembelajaran fisika berbasis

Standar Proses Kurikulum 2013?

3) Bagaimana tindak guru dalam pelaksanaan pembelajaran fisika berbasis

Standar Proses Kurikulum 2013?

4) Bagaimana tindak guru dalam evaluasi pembelajaran fisika berbasis Standar

(29)

5) Problematika apa yang dihadapi guru dalam penerapan Standar Proses

Kurikulum 2013?

6) Upaya apa yang telah dilakukan untuk mengatasi problematika guru dalam

penerapan Standar Proses Kurikulum 2013?

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan pemahaman guru terhadap Standar Proses Kurikulum 2013.

2) Mendeskripsikan tindak guru dalam perencanaan pembelajaran fisika berbasis

Standar Proses Kurikulum 2013.

3) Mendeskripsikan tindak guru dalam pelaksanaan pembelajaran fisika berbasis

Standar Proses Kurikulum 2013.

4) Mendeskripsikan tindak guru dalam evaluasi pembelajaran fisika berbasis

Standar Proses Kurikulum 2013.

5) Mendeskripsikan problematika guru dalam penerapan Standar Proses

Kurikulum 2013.

6) Mendeskripsikan upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi problematika

guru dalam penerapan Standar Proses Kurikulum 2013.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang rinci

mengenai tindak pembelajaran guru fisika dalam implementasi Standar Proses

Kurikulum 2013, yang meliputi praktik-praktik baik pembelajaran yang dilakukan

(30)

yang dihadapi guru. Gambaran tersebut merupakan teori emperis yang dapat

dijadikan sebagai acuan oleh pemerintah dan praktisi pendidikan fisika dalam

mengembangkan pembelajaran fisika berbasis Standar Proses Kurikulum 2013.

1.4.2 Manfaat Praktis A.Bagi Guru

Hasil penelitian ini merupakan data emperis tentang praktik-praktik baik yang

dilakukan oleh guru dalam pembelajaran, serta kendala-kendala penerapan

Standar Proses Kurikulum 2013 yang dihadapi guru. Data tersebut dapat

dijadikan sebagai bahan refleksi personal oleh guru. Praktik-praktik baik yang

dilakukan guru dalam pembelajaran dapat dipertahankan dan ditingkatkan,

sedangkan kendala-kendala penerapan Standar Proses Kurikulum 2013 dapat

diatasi dengan solusi yang tepat.

B.Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan oleh pemerintah dalam

mengembangkan model-model pelatihan Standar Proses Kurikulum 2013 yang

(31)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2006. Tema

pengembangan Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan

peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Terdapat empat komponen dari

delapan komponen Standar Pendidikan Nasional yang disempurnakan dalam

Kurikulum 2013, yaitu Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses,

dan Standar Penilaian (Sutrisno, 2013).

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mencakup kompetensi pengetahuan

(kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) yang diharapkan dapat

dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan tertentu

(Kemendikbud, 2013b). SKL diimplementasikan ke dalam pembelajaran melalui

Kompetensi Inti (KI). KI merupakan tingkat kemampuan yang harus dicapai oleh

peserta didik dalam suatu jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi Inti memuat 4

aspek, yaitu (1) spiritual, (2) sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.

Melalui aspek-aspek tersebut, peserta didik diharapkan memiliki sikap beriman,

rendah hati, mulia, menggunakan ilmunya untuk bangsa dan negara, serta

(32)

Standar Isi merupakan kriteria mengenai ruang lingkup materi dan

tingkat kompetensi peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang

pendidikan tertentu (Kemendikbud, 2013c). Ruang lingkup materi dan tingkat

kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik dirumuskan dalam Standar Isi

untuk setiap mata pelajaran. Mata pelajaran tingkat SMA/MA terdiri dari mata

pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran wajib terdiri dari mata

pelajaran kelompok A dan kelompok B. Mata pelajaran kelompok A terdiri dari

tujuh mata pelajaran yang dikembangkan oleh pusat dan berorientasi pada

kompetensi pengetahuan dan sikap. Mata pelajaran kelompok B terdiri dari tiga

mata pelajaran yang dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi oleh daerah.

Kelompok mata pelajaran peminatan terdiri dari Matematika dan Sains, Ilmu

Sosial dan Bahasa. Selain itu, dalam Kurikulum 2013, peserta didik juga dapat

mengikuti mata pelajaran lintas minat.

Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada

satuan pendidikan (Kemendikbud, 2013d). Pada Kurikulum 2013, tugas guru

adalah membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan memaksimalkan

proses pembelajaran. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan

pendekatan saintifik, yaitu kegiatan pembelajaran yang mengadopsi

langkah-langkah ilmuwan dalam melakukan penelitian. Pendekatan saintifik terdiri dari

kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.

Semua kegiatan tersebut difasilitasi oleh guru dalam pembelajaran agar dapat

dilakukan oleh siswa. Pelaksanaan pembelajaran daalm Kurikulum 2013 tidak

(33)

menjadikan peserta didik aktif, mandiri, dan disiplin dalam mencari pengetahuan,

layaknya seorang ilmuwan.

Pada Kurikulum 2013, dikembangkan pembelajaran langsung dan

pembelajaran tidak langsung. Dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013,

dijelaskan bahwa pembelajaran langsung adalah kegiatan pembelajaran yang

direncanakan oleh guru dalam RPP. Sedangkan pembelajaran tidak langsung

merupakan imbas dari pembelajaran langsung, tetapi tidak direncanakan dalam

RPP. Pembelajaran langsung berkenaan dengan KI-3 dan KI-4 yang berturut-turut

memuat kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Sedangkan

pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan KI-1 dan KI-2 yang memuat

kompetensi sikap spiritual dan sosial. Kedua pembelajaran ini terjadi secara

terintegrasi dan tidak terpisah.

Standar Penilaian adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan

instrumen penilaian hasil belajar peserta didik (Kemendikbud, 2013e). Proses

penilaian pada Kurikulum 2013 dilakukan dalam bentuk penilaian autentik.

Penilaian autentik merupakan penilaian yang menilai keseluruhan proses

pembelajaran, mulai dari masukan (input), proses (process) dan hasil (output)

pembelajaran, yang mencakup penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dalam paparan materi tentang

implementasi Kurikulum 2013 pada Press Workshop di Pondok Cabe, 14 Januari

2014 (Kemendikbud, 2014e), menyatakan bahwa perbedaan konsep Kurikulum

2013 dengan KBK dan Kurikulum 2006 adalah seperti yang ditunjukkan pada

(34)

Tabel 2.1 Perbedaan Kurikulum 2013 dengan KBK dan Kurikulum 2006

No KBK 2004 Kurikulum

2006 Kurikulum 2013

1 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi

Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan 2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan

Tujuan Mata Pelajaran (Standar

3 Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk 4 Kompetensi diturunkan dari mata

pelajaran

Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai 5 Mata pelajaran lepas satu dengan

yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah

Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)

Sumber: Kemendikbud (2014g) Disamping memaparkan perbedaan konsep Kurikulum 2013 dengan

kurikulum seblumnya, Kemendikbud juga memaparkan perbedaan mata

pelajaran Kurikulum 2013 dengan Kurikulum 2006 seperti yang ditunjukkan

pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Perbedaan Mata Pelajaran Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2006

No Kurikulum 2006 Kurikulum 2013

1 Materi disusun untuk memberikan pengetahuan penalaran, dan penyajian hasilnya melalui pemanfaatan berbagai sumber-sumber belajar (siswa mencari tahu).

3 Penilaian pada pengetahuan melalui ulangan dan ujian.

Penilaian otentik pada aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan berdasarkan portofolio.

(35)

2.2 Standar Proses Kurikulum 2013

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Pasal 1 Ayat 1, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada

satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses

dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang

telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, prinsip

pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum 2013 adalah (1) dari peserta didik

diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) dari guru sebagai satu-satunya

sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) dari pendekatan

tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4) dari

pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; (5) dari

pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; (6) dari pembelajaran yang

menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang

(36)

keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan

fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9) pembelajaran yang

mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar

sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi

keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun

karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran

(tut wuri handayani); (11) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah,

dan dimasyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja

adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; (13)

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan

latar belakang budaya peserta didik (Kemendikbud, 2013d). Berdasarkan prinsip

pembelajaran tersebut, dikembangkan standar proses yang mencakup perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan

pengawasan prosespembelajaran (supervisi akademik).

2.2.1 Perencanaan Pembelajaran

Menurut Kemendikbud (2013e), perencanaan pembelajaran dalam

Kurikulum 2013 meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

penyiapan media dan sumber belajar, serta penyiapan perangkat penilaian

pembelajaran dan skenario pembelajaran. RPP adalah rencana kegiatan

pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan

dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik. Setiap

pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan

(37)

menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

peserta didik. Kunandar (2013) menyatakan bahwa keberhasilan guru dalam

menyusun RPP pada perencanaan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang

menentukan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran

yang baik akan menghasilkan pelaksanaan pembelajaran yang baik pula. Oleh

karena itu, RPP yang disusun guru harus lengkap dan sistematis, sesuai dengan

tuntutan Standar Proses Kurikulum 2013.

Wardani et al (2014) menyatakan bahwa RPP memiliki dua fungsi, yaitu

fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan. Fungsi perencanaan dari RPP yaitu

untuk membantu guru agar lebih siap dalam melakukan kegiatan pembelajaran,

sedangkan fungsi pelaksanaan dari RPP adalah untuk mengefektifkan proses

pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Oleh karena itu, hendaknya

guru memahami komponen-komponen RPP dan melaksanakan kegiatan

pembelajaran berdasarkan RPP yang telah dirancang.

Kemendikbud (2014d) menyatakan bahwa pengembangan RPP dilakukan

sebelum awal semester atau awal tahun pelajaran. Namun demikian, RPP tersebut

perlu diperbaharui sebelum pembelajaran dilaksanakan. Pengembangan RPP dapat

dilakukan oleh guru secara mandiri atau berkelompok di sekolah yang

dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah. Pengembangan RPP

juga dapat dilakukan oleh guru secara berkelompok antarsekolah atau

antarwilayah yang dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh dinas pendidikan

(38)

A. Prinsip-Prinsip Penyusunan RPP

Dalam penyusunan RPP, guru harus memperhatikan perannya dalam

proses pembelajaran, yaitu tidak hanya sebagai fasilitator pembelajaran, tetapi

guru juga harus mampu bertindak sebagai motivator yang dapat membangkitkan

gairah dan nafsu belajar, serta mendorong siswa untuk belajar dengan

menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang sesuai. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa siswa memerlukan umpan balik dan tindak lanjut terhadap

hasil belajar mereka, di samping juga memerlukan penggunaan teknologi,

informasi, dan komunikasi (ICT) dalam proses pembelajaran (Stefani, 2008).

Berdasarkah hal tersebut, penyusunan RPP hendaknya memperhatikan

karakteristik siswa karena siswa tidak secara otomatis mampu terlibat aktif dalam

proses pembelajaran.

Kemendikbud (2014d) memaparkan bahwa prinsip-prinsip penyusunan

RPP dalam Standar Proses Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut. (1) Setiap

RPP harus secara utuh memuat kompetensi dasar sikap spiritual (KD dari KI-1),

sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari

KI-4). (2) Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. (3)

Penyususnan RPP harus memperhatikan perbedaan individu siswa. Perbedaan

yang dimaksud adalah kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi

belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,

kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan atau lingkungan siswa.

(4) Kegiatan pembelajaran yang direncanakan harus berpusat pada siswa. Proses

pembelajaran dirancang untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif,

(39)

yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan

mengomunikasikan. (5) Berbasis konteks, yaitu proses pembelajaran yang

menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar. (6) Berorientasi

kekinian, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa kini. (7)

Mengembangkan kemandirian belajar. (8) Memberikan umpan balik positif,

penguatan, dan tindak lanjut pembelajaran berupa pengayaan, dan remedi. (9)

Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antar kompetensi dan atau antar muatan.

RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD,

indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP

disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas

mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. (10) Memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi. RPP disusun dengan mempertimbangkan

penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan

efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

B. Komponen-Komponen RPP

Kemendikbud (2014a) menyatakan bahwa komponen RPP yang dituntut

dalam Standar Proses Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut. (1) Data sekolah,

mata pelajaran, kelas, dan semester. (2) Materi pokok. (3) Alokasi waktu. Alokasi

waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban

belajar, dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam

silabus dan KD yang harus dicapai. (4) KI, KD, indikator pencapaian kompetensi.

(40)

bentuk perilaku umum yang bermuatan nilai dan sikap, yang gejalanya dapat

diamati sebagai dampak pengiring dari KD pada KI-3 dan KI-4. Indikator untuk

KD yang diturunkan dari KI-3 dan KI-4 dirumuskan dalam bentuk perilaku

spesifik yang dapat diamati dan terukur. (5) Tujuan pembelajaran. Tujuan

pembelajaran dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja

operasional yang dapat diamati dan diukur, serta mencakup aspek sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. (6) Deskripsi materi pembelajaran. Materi

pembelajaran dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru,

sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, dan konteks

pembelajaran dari lingkungan sekitar, yang dikelompokkan menjadi materi untuk

pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial. (7) Kegiatan pembelajaran yang

terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang memuat pendekatan saintifik

(5M), dan kegiatan penutup. Pada kegiatan inti, kelima aspek pendekatan saintifik

(5M) tidak harus muncul seluruhnya dalam satu pertemuan, tetapi dapat

dilanjutkan pada pertemuan berikutnya, tergantung pada cakupan muatan

pembelajaran. Pada setiap langkah pembelajaran, dapat digunakan berbagai

metode dan teknik pembelajaran. (8) Penilaian, yang terdiri dari teknik penilaian,

instrumen penilaian, serta remedial dan pengayaan. (9) Media, alat, bahan, dan

sumber belajar yang sesuai dengan materi pembelajaran.

2.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 merupakan penerapan

RPP yang telah dibuat oleh guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru

diwajibkan menggunakan pendekatan saintifik yang diperkuat dengan model

(41)

learning), model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan

model pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah

(project based learning). Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Penjelasan masing-masing

bagian tersebut adalah sebagai berikut.

A. Kegiatan Pendahuluan

Berdasarkan Kemendikbud (2013a), dalam kegiatan pendahuluan, guru

dituntut untuk melaksanakan kegiatan berikut. (1) Mengkondisikan suasana

belajar yang menyenangkan. (2) Mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari

dan dikembangkan sebelumnya, kaitannya dengan kompetensi yang akan

dipelajari dan dikembangkan. (3) Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai

dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. (4) Menyampaikan garis besar

cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan. (5) Menyampaikan lingkup

dan teknik penilaian yang akan digunakan.

B. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Kegiatan inti menggunakan

pendekatan saintifik yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan

karakteristik siswa. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan proses mengamati,

(42)

Berikut merupakan langkah-langkah pembelajaran, kegiatan belajar, dan

kompetensi yang dikembangkan secara umum dalam pembelajaran berbasis

pendekatan saintifik.

Tabel 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Santifik

(43)

angket dan

pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut. Dalam kegiatan

mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk

melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan

membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih

mereka untuk memperhatikan hal yang penting dari suatu benda atau objek.

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada siswa

(44)

membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan

objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep,

prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak, pertanyaan yang bersifat faktual

sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Sampai situasi tersebut, siswa

masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat

di mana siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Melalui kegiatan

bertanya tersebut, dikembangkan rasa ingin tahu siswa. Semakin siswa terlatih

dalam bertanya, rasa ingin tahu siswa semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan

tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam

dari sumber yang ditentukan guru sampai dengan sumber yang ditentukan sendiri

oleh siswa, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Tindak lanjut

dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber

melalui berbagai cara. Untuk itu, siswa dapat ditugaskan membaca buku atau

mengakses internet, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau

bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut, terkumpul sejumlah

informasi. Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya, yaitu

mengasosiasi informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan

informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil

berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Kegiatan terakhir adalah

menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari

informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola tersebut. Hasil tersebut

disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau

kelompok peserta didik. Dalam setiap kegiatan, guru harus memperhatikan

(45)

mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerjasama, toleransi, disiplin, taat aturan,

menghargai pendapat orang lain, seperti yang tercantum dalam silabus dan RPP

(Kemendikbud, 2014c).

C. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup terdiri atas (1) kegiatan guru bersama siswa, yaitu (a)

membuat rangkuman atau simpulan pelajaran; (b) melakukan refleksi terhadap

kegiatan yang sudah dilaksanakan; dan (c) memberikan umpan balik terhadap

proses dan hasil pembelajaran; dan (2) kegiatan guru, yaitu (a) melakukan

penilaian; (b) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remedi, program pengayaan, layanan konseling dan atau memberikan tugas, baik

tugas individual maupun kelompok, sesuai dengan hasil belajar siswa; dan (c)

menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

2.2.3 Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan proses membuat keputusan tentang

hasil belajar siswa. Tindakan evaluatif dapat dilakukan oleh guru melalui proses

asesmen. Asesmen atau penilaian adalah proses mengumpulkan informasi tentang

siswa dan kelas untuk maksud-maksud pengambilan keputusan instruksional

(Arends, 2008). Dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013, dijelaskan bahwa

penilaian hasil belajar peserta didik dalam Kurikulum 2013 mencakup kompetensi

sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang dilakukan secara berimbang sehingga

dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap

(46)

materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan

proses.

Standar Penilaian Kurikulum 2013 mengacu pada ketuntasan belajar

(Kemendikbud, 2013a). Jika peserta didik dapat mencapai KD yang

dikembangkan dari KI-3 dan KI-4 dengan nilai lebih dari atau sama dengan 2,66,

maka peserta didik tersebut dinyatakan sudah tuntas. Jika di bawah nilai tersebut,

maka peserta didik dinyatakan belum tuntas dan segera dilakukan program

remedial. Penilaian kompetensi sikap (KI-1 dan KI-2) dilakukan dengan melihat

profil sikap peserta didik secara umum pada semua mata pelajaran, jika nilainya

berkategori baik (B), maka dinyatakan lulus, tetapi jika nilai siswa di bawah B,

yakni C dan K, maka harus dilakukan pembinaan secara holistik oleh guru

Bimbingan dan Konseling (BK), guru mata pelajaran, dan orang tua.

Kemendikbud (2013e) menyatakan bahwa penilaian pembelajaran dalam

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic

assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh.

Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas,

gaya belajar, dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan

dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant

effect) dari pembelajaran. Melalui pendekatan penilaian otentik ini, penilaian

dilakukan melalui berbagai cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance),

penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek,

penilaian produk, penilaian dari kumpulan hasil karya siswa (portofolio), dan

penilaian diri. Cara-cara penilaian tersebut kemudian dibagi menjadi tiga

(47)

Dalam menilai kompetensi pengetahuan, guru menggunakan tes tulis, tes

lisan, dan penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian jawaban

singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi

pedoman penskoran. Bentuk instrumen tes tulis pada pembelajaran SMA lebih

diarahkan pada pilihan ganda dan uraian. Instrumen tes lisan berupa daftar

pertanyaan. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan atau proyek yang

dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

Penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui teknik observasi, penilaian

diri, penilaian teman sejawat (peer evaluation) oleh siswa, dan penilaian jurnal

yang dilakukan oleh guru. Pemaparan masing-masing teknik penilaian sikap

tersebut adalah sebagai berikut. (1) Observasi merupakan teknik penilaian yang

dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara

langsung maupun tidak langsung, dengan menggunakan pedoman observasi yang

berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. (2) Penilaian diri merupakan

teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk mengemukakan kelebihan dan

kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. (3) Penilaian teman

sejawat merupakan teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk saling

menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. (4) Penilaian jurnal merupakan

catatan guru di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan

tentang kekuatan dan kelemahan siswa yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian teman

sejawat adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik,

(48)

Dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 dijelaskan bahwa guru

menilai kompetensi keterampilan siswa melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian

yang menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan

menggunakan tes praktik, tugas proyek, dan penilaian portofolio. (1) Tes praktik

adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu

aktivitas atau perilaku tertentu sesuai dengan tuntutan kompetensi. (2) Proyek

adalah tugas-tugas belajar (learning tasks), yang meliputi kegiatan perancangan,

pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. (3)

Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai

kumpulan seluruh karya siswa dalam bidang tertentu yang bersifat

reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan atau kreativitas

siswa dalam kurun waktu tertentu.

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. (1) Objektif, berarti

penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.

(2) Terpadu, penilaian dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan

pembelajaran, dan berkesinambungan. (3) Ekonomis, penilaian bersifat efisien

dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. (4) Transparan,

yaitu prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan

dapat diakses oleh semua pihak. (5) Akuntabel, berarti penilaian dapat

dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk

aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. (6) Edukatif, berarti mendidik dan

(49)

2.2.4 Pengawasan Proses Pembelajaran (Supervisi Akademik)

Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan

pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut secara berkala dan

berkelanjutan. Glickman et al (dalam Kemendikbud, 2014d) menyatakan bahwa

supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan

kemampuannya melaksanakan pembelajaran. Supervisi akademik tidak terlepas

dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (dalam

Kemendikbud, 2014d) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru

dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. (1) Apa yang sebenarnya terjadi di

dalam kelas? (2) Apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam

kelas? (3) Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas

tersebut yang bermakna bagi guru dan siswa? (4) Apa yang telah dilakukan oleh

guru dalam mencapai tujuan akademik? (5) Apa kelebihan dan kekurangan guru

dan bagaimana cara mengembangkannya? Berdasarkan jawaban terhadap

pertanyaan-pertanyaan tersebut, diperoleh informasi mengenai kemampuan guru

dalam mengelola pembelajaran.

Supervisi akademik dilakukan dengan tujuan membantu guru

mengembangkan kompetensinya, mengembangkan kurikulum, mengembangkan

kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (Glickman

dalam Kemendikbud, 2014d). Selain itu, supervisi akademik memiliki fungsi

mendasar karena hasil supervisi akademik dapat berfungsi sebagai sumber

informasi bagi pengembangan profesionalisme guru. Tujuan supervisi akademik

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan Kurikulum 2013 dengan KBK dan Kurikulum 2006
Tabel 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Santifik
Gambar 2.1 Segitiga Tujuan Supervisi (Kemendikbud, 2014d)
Tabel 2.4 Hasil Analisis Kesesuaian Kegiatan Pembelajaran Pendekatan   Saintifik dengan Tujuan Pembelajaran di SMAN Mojokerto
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP SIKAP ANTIKORUPSI SISWA (Penelitian Kuasi Eksperimen Di

Pada Kurikulum 2013, guru matematika diarahkan untuk menggunakan pendekatan saintifik di kelas yang meliputi lima langkah utama kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa,

Kesesuaian Buku Siswa Kelas V Tema Peristiwa dalam kehidupan ditinjau dari aspek karakteristik pembelajaran tematik, pendekatan saintifik, dan karakteristik buku ajar yang

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan komparatif, di mana akan dilakukan pengamatan terhadap

Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran PPKn dengan pendekatan saintifik yaitu guru membagi tempat duduk siswa di kelas sesuai

Pada Kurikulum 2013, guru matematika diarahkan untuk menggunakan pendekatan saintifik di kelas yang meliputi lima langkah utama kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa,

Pendekatan saintifik yang dilakukan oleh seorang guru beberapa diantaranya dapat dilihat dari bagaimana guru tersebut berkomunikasi dengan siswa, bagaimana guru

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaruh metode NHT dengan pendekatan saintifik mendapat penilaian dari aspek kelayakan materi sebesar presentase 4,3 dengan kategori sangat