• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak Guru dalam Evaluasi Pembelajaran Fisika Berbasis Standar Proses Kurikulum 2013 Proses Kurikulum 2013

Dalam dokumen Contoh Penelitian Kualitatif dalam Pendi (Halaman 139-151)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Tindak Guru B

3) Observasi Ketiga Pembelajaran di Kelas Guru B

4.1.3.4 Tindak Guru dalam Evaluasi Pembelajaran Fisika Berbasis Standar Proses Kurikulum 2013 Proses Kurikulum 2013

Tindak guru dalam evaluasi pembelajaran berbasis Standar Proses

Kurikulum 2013 dipaparkan berdasarkan transkrip observasi, serta transkrip

wawancara guru dan siswa.

A. Tindak Guru A

Guru A melakukan penilaian pembelajaran pada aspek sikap, pengetahuan,

dan keterampilan. Aspek sikap dinilai melalui penilaian observasi, penilaian

jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar siswa sesuai dengan tuntutan Standar

Proses Kurikulum 2013. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti selama

tiga kali, Guru A ditemukan tidak melakukan penilaian observasi pada saat

pembelajaran. Berdasarkan hasil konfirmasi, dapat dijelaskan bahwa Guru A

memang tidak melakukan penilaian observasi secara langsung dengan

menggunakan instrumen tertulis. Penilaian observasi dilakukan dengan memfoto

perilaku siswa melalui smart phone. Foto-foto yang telah diambil selanjutnya

direkap oleh Guru A di rumah. Hal tersebut dilakukan agar penilaian observasi

tidak mengganggu proses pembelajaran. Selain itu, metode tersebut juga dinilai

dapat meminimalisir peluang terlewatkannya perilaku unik siswa akibat guru

fokus melakukan penilaian observasi pada saat pembelajaran (Wan/D2/GA/05-06-2015/T12).

Guru A mengaku mengalami kendala dalam melakukan penilaian jurnal.

Hal tersebut dikarenakan jumlah siswa yang banyak dan alokasi waktu yang

terbatas, sehingga Guru A tidak dapat membuat catatan perilaku untuk semua

adalah penilaian jurnal dapat dilakukan secara bertahap pada setiap pertemuan.

Namun demikian, Guru A menilai metode tersebut tidak akurat karena guru

berpotensi melewatkan perilaku siswa yang unik (Wan/D2/GA/05-06-2015/T13). Penilaian diri dan penilaian antar siswa dilakukan sekali dalam satu semester.

Guru A mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa tidak objektif dalam

melakukan penilaian diri dan penilaian antar siswa. Hal tersebut dikarenakan

siswa memiliki kepentingan untuk memperoleh nilai sikap yang tinggi. Menurut

Guru A, penilaian sikap dan penilaian antar siswa sebaiknya tidak digunakan

sebagai bagian nilai akhir aspek sikap. Hasil penilaian tersebut sebaiknya hanya

digunakan oleh guru sebagai bahan evaluasi ketercapaian indikator pembelajaran.

Dengan demikian, siswa akan melakukan penilaian secara objektif dan guru juga

dapat memperoleh gambaran kondisi siswa yang sebenarnya (Wan/D2/GA/05-06-2015/T14).

Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tulis dan tes lisan. Tes

tulis dilakukan dengan memberikan kuis, tugas, PR, ulangan harian, ulangan

tengah semester, dan ulangan akhir semester. Semua jenis penilaian tersebut

dilakukan untuk memenuhi tuntutan jenis nilai pada kolom akumulasi nilai akhir

semester yang diberikan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Kuis

diberikan secara terencana di akhir pertemuan. Namun demikian, Guru A

mengaku tidak selalu memberikan kuis di akhir setiap pertemuan. Guru A

mengaku selalu menyampaikan kepada siswa jadwal pelaksanaan kuis. Kuis

secara mendadak kadang dilakukan jika sebagian siswa ditemukan tidak fokus

dalam mengikuti pembelajaran (Wan/D2/GA/05-06-2015/T10). Ulangan harian dilakukan di akhir setiap bab. Soal ulangan harian selalu dibuat dalam bentuk

esay. Soal objektif tidak digunakan karena Guru A tidak dapat memeriksa sampai

di mana letak kesalahan siswa dalam menjawab soal. Guru A juga menilai bahwa

siswa cenderung tebak-tebakan dengan menggunakan rumus tepis dalam

menyelesaikan soal objektif (Wan/D1/GA/18-04-2015/T21).

Guru A mengaku jarang melakukan tes lisan. Tes lisan hanya dilakukan

sekali dalam satu semester. Tes lisan dilakukan secara bertahap dalam beberapa

kali pertemuan. Hal ini dikarenakan alokasi waktu pembelajaran yang tersedia

tidak cukup untuk memberikan tes lisan bagi 36 orang siswa sekaligus. Selain itu,

Guru A juga mengaku mengalami kedala dalam membuat soal dan rubrik

penilaian tes lisan karena soal yang dibuat harus mencakup semua materi yang

telah diajarkan. Guru A juga harus membuat soal yang berbeda sebanyak jumlah

siswa untuk menghindari peluang siswa membocorkan atau memperoleh soal

yang sama (Wan/D1/GA/18-04-2015/T22).

Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui penilaian kinerja

praktikum, penilaian proyek, dan penilaian portofolio. Pada semester kedua ini,

Guru A hanya melakukan penilaian praktikum sebanyak satu kali, yaitu praktikum

titik berat pada materi kesetimbangan benda tegar. Guru A ditemukan tidak

melakukan praktikum Melde, padahal studi terhadap dokumen silabus

menunjukkan bahwa praktikum tersebut merupakan pengalaman belajar minimal

yang harus diberikan kepada siswa. Guru A mengkonfirmasi bahwa praktikum

Melde tidak dilakukan karena alokasi waktu yang tidak mencukupi. Guru A

mengaku harus menyelesaikan target ketercapaian materi sebelum ulangan akhir

disebabkan karena permintaan siswa untuk mengganti agenda praktikum dengan

latihan soal persiapan ulangan akhir semester (Wan/D2/GA/05-06-2015/T15). Siswa Guru A mengungkapkan bahwa pada semester dua, Guru A telah

memberikan tugas proyek sebanyak dua kali, yaitu proyek membuat eskavator

pada materi fluida dinamis dan proyek membuat maket pada materi pemanasan

global (Wan/D1/SGA/04-05-2015/T13). Teknis pelaksanaan tugas proyek tersebut adalah sebagai berikut. Sebelum melaksanakan tugas proyek, siswa

terlebih dahulu membuat proposal rancangan produk, dalam hal ini adalah

rancangan eskavator. Rancangan produk yang dibuat tidak boleh sama antar

kelompok. Setelah proposal selesai dibimbingkan, selanjutnya siswa membuat

eskavator sesuai dengan rancangan pada proposal. Siswa diberikan rentangan

waktu tertentu untuk menyelesaikan eskavator tersebut. Eskavator yang telah

dibuat kemudian dikonteskan pada saat pembelajaran. Kontes yang dimaksud

adalah perlombaan menangkap kertas dengan menggunakan eskavator. Terakhir,

siswa ditugaskan membuat laporan (Wan/D1/GA/18-04-2015/T23). Guru A mengungkapkan bahwa selain sebagai penilaian proyek, tugas membuat eskavator

juga sekaligus dijadikan sebagai penilaian portofolio. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Guru A berikut. “Biasanya saya jadiin satu untuk proyek dan portofolio, karena kan proyek itu pasti ada proses bimbingan, ada perbaikan disain. Tak kumpulin ni laporan mereka satu-satu, baru nanti saya jadiin portofolio. Jadi, proyeknya saya nilai produknya sama presentasinya, kumpulan disain, latar belakang pengembangan, dan semuanya itu, sampai laporan akhir, itu portofolio. Karena kalau dilaksanakan khusus nggak bisa, waktu nggak cukup.” Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dijelaskan bahwa nilai proyek

diambil dari hasil penilaian produk dan presentasi, sedangkan penilaian portofolio

diambil dari hasil penilaian proposal dan laporan. Hal tersebut dilakukan oleh

Guru A karena keterbatasan alokasi waktu (Wan/D1/GA/18-04-2015/T24). Remedial dilakukan dengan memberikan siswa tugas take-home. Tugas tersebut

diberikan pada saat menjelang ulangan akhir semester. (Wan/D1/SGA/04-05-2015/T114).

B. Tindak Guru B

Guru B ditemukan telah melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan

tuntutan Standar Proses Kurikulum 2013. Penilaian aspek sikap dilakukan melalui

penilaian observasi, penilaian jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar siswa.

Proses penilaian observasi yang dilakukan B adalah sebagai berikut. Pertama,

Guru B menyiapkan daftar nama siswa dengan kolom-kolom tanggal. Daftar

tersebut selalu dibawa setiap pembelajaran. Siswa yang aktif menjawab akan

diberikan point plus. Satu point plus dapat menambah nilai sikap sebesar 0,1.

Pada akhir semester, point plus tersebut direkap dan dijumlahkan dengan nilai

murni yang diperoleh siswa (Wan/D4/GB/09-05-2015/T4). Namun demikian, selama observasi di kelas Guru B, peneliti menemukan Guru B melakukan metode

tersebut hanya satu kali, yaitu pada materi pokok karakteristik gelombang.

Penilaian jurnal dilakukan dengan mencatat perilaku unik siswa pada tanggal

tertentu. Perilaku unik yang dimaksud adalah sikap yang terbaik dan terburuk dari

keseluruhan siswa. Catatan yang termuat dalam penilaian jurnal digunakan

sebagai pertimbangan dalam memberikan nilai akhir aspek sikap siswa. Guru B

mengaku perlu waktu yang relatif lama dalam melakukan penilaian jurnal,

dengan pernyataan Guru B berikut. “Kalau jurnal itu ditulis dia. Hari ini, tanggal berapa, si A nyontek. Tapi itu, kadang buatnya agak lama, sih. Jadi, mending pakek observasi, biar cepet, pakek tanda aja.”(Wan/D4/GB/09-05-2015/T5).

Penilaian diri dan penilaian antar siswa dilakukan sekali setiap semester.

Guru B menugaskan siswa untuk mem-fotocopy instrumen penilaian dan

melakukan penilaian secara mandiri di rumah. Hal ini dikarenakan jumlah

intrumen penilaian diri dan penilaian antar siswa tersebut mencapai sepuluh

halaman, sehingga memerlukan biaya yang banyak jika Guru B mencetak

instrumen tersebut untuk semua siswa (Wan/D4/GB/09-05-2015/T6). Walaupun demikian, Siswa Guru B mengaku objektif dalam melakukan penilaian diri dan

penilaian antar peserta siswa. Hal ini dikarenakan Guru B memberikan himbauan

bahwa siswa tidak boleh memberitahu nilai yang diberikan kepada temannya

(Wan/D1/SGB/23-04-2015/T11).

Studi terhadap sampel instrumen penilaian diri yang dibuat oleh Guru B

menunjukkan bahwa dalam instrumen tersebut, siswa dituntut untuk melakukan

penilaian terhadap sikap spiritual, sikap jujur, sikap tanggung jawab, sikap

disiplin, sikap gotong royong, sikap toleransi, sikap percaya diri, dan sikap santun.

Sedangkan studi terhadap sampel instrumen penilaian antar siswa menunjukkan

bahwa indikator yang dinilai hanya sikap jujur dan displin. Guru B tidak meminta

siswa menilai pemahamannya terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan.

Guru B mengungkapkan bahwa instrumen penilaian diri dan penilaian antar siswa

yang dibuatnya telah disesuaikan dengan contoh instrumen yang diberikan oleh

Nilai akhir semester untuk aspek sikap merupakan akumulasi nilai religius

dan nilai sikap. Nilai tersebut ditentukan berdasarkan sistem modus. Terdapat satu

nilai yang diperlukan untuk setiap jenis penilaian sikap. Nilai maksimal adalah 4

dan nilai minimal adalah 1. Guru B mencontohkan, jika dari 4 kali penilaian

observasi seorang siswa memperoleh nilai 4,2,1,4, maka nilai akhir semester

siswa tersebut untuk jenis penilaian observasi adalah 4. Dengan demikian, siswa

tersebut akan memperoleh nilai akhir yang sama dengan siswa yang nilainya

4,4,4,4 (Wan/D4/GB/09-05-2015/T8).

Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tulis dan tes lisan. Tes

tulis dilakukan melalui kuis, tugas, PR, ulangan harian, ulangan tengah semester,

dan ulangan akhir semester (Wan/D1/GB/25-04-2015/T24). Semua jenis penilaian tersebut dilakukan untuk memenuhi tuntutan jenis nilai pada kolom

akumulasi nilai akhir semester yang diberikan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang

Kurikulum. Kuis diberikan secara mendadak dan situasional. Jika alokasi waktu

pembelajaran tidak memenuhi, maka kuis diberikan di awal atau di akhir

pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Jenis soal dan teknis penilaian kuis

sama dengan ulangan harian. Perbedaannya adalah jumlah soal kuis lebih sedikit,

yaitu satu sampai dengan dua soal. Guru B mengaku tidak sempat memberikan

kuis untuk materi pembelajaran menjelang akhir semester karena Guru B harus

mengejar ketercapaian materi pembelajaran sebelum ulangan akhir semester

dilaksanakan (Wan/D1/GB/25-04-2015/T16; Wan/D4/GB/09-05-2015/T9). Guru B mengungkapkan bahwa dalam Standar Proses Kurikulum 2013,

nilai tugas digabung dengan nilai PR. Siswa Guru B menyatakan tugas diberikan

sekolah. Tugas yang diberikan harus diselesaikan di sekolah dan dikumpul diakhir

jam pembelajaran. Siswa Guru B mengaku dapat mengerjakan tugas tersebut

karena soal tugas yang diberikan tidak banyak dan diambil dari buku LKS Kreatif

(Wan/D1/SGB/23-04-2015/T12). Berbeda dengan pernyataan siswa, Guru B mengaku memberikan banyak soal pada tugas yang diberikan di sekolah. Hal

tersebut dilakukan untuk memperkecil peluang siswa dalam bekerjasama. Guru B

mengaku memeriksa secara detail jawaban tugas siswa tersebut (Wan/D4/GB/09-05-2015/T10). Namun demikian, selama tiga kali melakukan observasi di kelas Guru B, peneliti tidak menemukan Guru B memberikan PR ataupun tugas kepada

siswa. Menurut Guru B, PR sering diberikan menjelang ulangan harian dengan

tujuan memotivasi siswa untuk latihan soal. Teknis penilaian PR yang dilakukan

B tidak mendetail berdasarkan pedoman penilaian. Guru B meyakini bahwa siswa

pasti bekerjasama dalam mengerjakan PR, sehingga jawaban semua siswa akan

relatif sama. Berdasarkan keyakinan tersebut, teknis penilaian PR yang dilakukan

adalah sebagai berikut. Pertama, Guru B membadingkan jawaban siswa dengan

kategori pintar, sedang, dan kurang. Selanjutnya, jika ditemukan sebagian besar

jawaban siswa sama, maka Guru B hanya akan menilai ketepatan waktu siswa

dalam mengumpul PR tersebut. Siswa yang mengumpulkan PR tepat waktu

otomatis akan diberikan nilai B (Wan/D4/GB/09-05-2015/T11).

Ulangan harian dilaksanakan secara sistematis dan terencana di akhir

materi pokok pembelajaran. Namun, berdasarkan catatan lapangan yang dibuat

oleh peneliti, ditemukan Guru B tidak memberikan ulangan harian setelah

menyelesaiakan materi pemanasan global. Guru B langsung melanjutkan ke

bahwa ulangan harian akan dilakukan sekalian setelah semua materi diselesaikan.

Hal tersebut dikarenakan Guru B harus menuntaskan tuntutan materi

pembelajaran sebelum ulangan akhir semester (Wan/D4/GB/09-05-2015/T13). Siswa Guru B menjelaskan bahwa terdapat dua jenis bentuk soal ulangan yang

diberikan oleh Guru B, yaitu soal esay dan soal objektif diperluas. Kedua jenis

soal ulangan tersebut sesuai dengan materi yang diberikan pada saat pembelajaran

(Wan/D1/SGB/23-04-2015/T13). Guru B menyatakan bahwa soal yang diberikan terkadang sama persis dengan soal latihan pada saat pembelajaran. Tujuannya

adalah untuk mengetahui apakah siswa mengingat solusi dari soal latihan tersebut.

Selain itu, ada juga soal yang jenisnya sama namun angkanya berbeda, serta soal

yang jenisnya sangat berbeda dengan soal latihan (Wan/D4/GB/09-05-2015/T22). Guru B menilai dan menyampaikan hasil ulangan harian siswa dengan dua cara.

Pertama, Guru B memeriksa dan menilai sendiri jawaban ulangan siswa sesuai

dengan rubrik penilaian yang telah dibuat, kemudian hasil ulangan tersebut

dibagikan kepada siswa. Kedua, Guru B mengajak siswa untuk menilai hasil

ulangan harian tersebut, sehingga siswa secara langsung dapat mengetahui nilai

ulangan yang diperoleh (Wan/D4/GB/09-05-2015/T14).

Ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester dilaksanakan sesuai

dengan jadwal yang ditentukan oleh sekolah. Pada saat ulangan semester,

pengaturan tempat duduk siswa diselang-seling antara kelas X dan kelas XI untuk

memperkecil peluang siswa bekerjasama. Jenis soal yang diberikan adalah

objektif. Soal tersebut dibuat secara berkelompok oleh guru yang mengajar

ditingkatan kelas yang sama (Wan/D3/GB/30-04-2015/T20). Tes lisan dilakukan dengan teknis sebagai berikut. Guru B meletakkan empat buah meja di depan

kelas, kemudian dipanggil empat orang siswa sesuai dengan hasil undian.

Masing-masing dari siswa tersebut ditugaskan menjawab satu buah soal yang juga

merupakan hasil undian. Soal tersebut harus diselesaikan secara langsung di atas

meja sesuai dengan alokasi waktu yang telah disampaikan. Sistem tes lisan yang

lain adalah sebagai berikut. Guru B membagi papan tulis menjadi empat bagian.

Empat orang siswa dipanggil secara acak dan diberikan soal untuk langsung

diselesaikan di papan. Guru B mengaku tidak memeriksa proses siswa dalam

menyelesaikan soal. Kebenaran jawaban siswa hanya dilihat berdasarkan jawaban

akhir yang diperoleh. Sistem tersebut dilakukan karena Guru B meyakini siswa

tidak mungkin mencontek atau bekerjasama pada saat ujian lisan. Selain itu, hal

ini juga dikarenakan alokasi waktu yang tersedia tidak mencukupi. Jika siswa

salah dalam menjawab soal tes lisan tersebut, maka siswa akan mendapatkan nilai

nol. Terhadap siswa tersebut, Guru B memberikan tugas dan memberikan nilai

satu hanya dengan mengumpul tugasnya saja (Wan/D4/GB/09-05-2015/T15). Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui penilaian kinerja

praktikum, penilaian proyek, dan penilaian portofolio (Wan/D4/GB/09-05-2015/T16). Berdasarkan transkrip observasi tiga di kelas Guru B, penilaian kinerja praktikum dilakukan dengan menilai pemahaman siswa terhadap fungsi

alat dan bahan praktikum serta prosedur dan tujuan praktikum yang dilakukan.

Guru B juga mengaku menilai kerjasama kelompok pada saat melakukan

praktikum (Wan/D4/GB/09-05-2015/T17). Penilaian proyek pada semester kedua telah dilakukan sebanyak dua kali. Proyek pertama dilakukan pada materi pokok

fluida dinamis. Siswa ditugaskan membuat eskavator dari bahan suntikan bekas.

membuat makalah dan powerpoint tentang fenomena pemanasan global. Guru B

menjelaskan bahwa yang menjadi pertimbangan dalam memberikan tugas proyek

adalah karakteristik materi pembelajaran. Guru B tidak dapat memberikan tugas

proyek pada semua materi pembelajaran. Untuk materi pembelajaran yang abstrak

seperti teori kinetik gas, Guru B mengaku tidak memberikan tugas proyek. Dalam

mengerjakan tugas proyek, siswa diberikan interval waktu selama dua minggu.

Makalah dan powerpoint yang telah dibuat, selanjutnya dipresentasikan oleh

beberapa kelompok. Kelompok yang lain bertugas sebagai penilai. Setelah

presentasi, siswa mengumpulkan softcopy makalah dan powerpoint. Guru B juga

menugaskan siswa untuk mengunggah softcopy tersebut ke internet

(Wan/D4/GB/09-05-2015/T18).

Penilaian portofolio dilakukan dengan memberikan tugas penyusunan

makalah aplikasi hukum Bernoulli, tugas berjangka, dan menugaskan siswa

menjawab soal-soal pada buku LKS Kreatif (Wan/D4/GB/09-05-2015/T19). Siswa Guru B membenarkan bahwa LKS Kreatif yang telah dijawab dikumpulkan

di akhir semester (Wan/D1/SGB/23-04-2015/T14). Rekapitulasi nilai akhir semester untuk setiap jenis penilaian aspek keterampilan dilakukan berdasarkan

sitem nilai tertinggi. Guru B memberikan contoh jika dalam satu semester guru

mengadakan praktikum sebanyak empat kali, maka berdasarkan sistem penilaian

tersebut, siswa dengan nilai praktikum 0,0,0,4 akan memperoleh nilai akhir yang

sama dengan siswa yang nilainya 4,4,4,4 (Wan/D1/GB/25-04-2015/T17).

Siswa Guru B mengungkapkan bahwa nilai KKM mata pelajaran fisika

adalah 80. Jika terdapat siswa yang tidak memenuhi nilai tersebut, maka Guru B

pembelajaran fisika, yaitu hari Jumat pada saat kegiatan bebas. Siswa Guru B

mengungkapkan bahwa soal tes remedi yang diberikan berbeda dengan soal

ulangan harian. Namun demikian, Guru B mengaku memberikan soal yang sama

jika tidak sempat membuat soal yang baru. Guru B mengungkapkan bahwa siswa

yang mengikuti remedi pasti akan mendapatkan nilai KKM, yaitu 80. Guru B

mengaku memberikan pengayaan bagi siswa yang nilainya telah memenuhi KKM.

Pengayaan dilakukan dengan memberikan soal yang tingkat kesulitannya lebih

tinggi (Wan/D4/GB/09-05-2015/T20). Namun demikian, Siswa Guru B mengungkapkan bahwa Guru B tidak pernah memberikan pengayaan. Guru B

langsung melanjutkan materi jika semua nilai siswa telah memenuhi KKM

(Wan/D1/SGB/23-04-2015/T15).

Guru B menjelaskan bahwa rekapitulasi nilai semester siswa untuk aspek

sikap, pengetahuan, dan keterampilan dilakukan berdasarkan form rekapitulasi

penilaian yang diberikan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Studi

dokumen menunjukkan bahwa form tersebut merupakan file jenis Microsoft Excel

dan memuat satu kolom nilai untuk setiap jenis penilaian pada aspek sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Form tersebut telah memuat rumus nilai akhir

siswa untuk semua aspek penilaian. Setelah semua nilai diakumulasi, nilai

tersebut diserahkan kepada wali kelas. Wali kelas akan menyampaikan nilai

tersebut kepada kepala sekolah (Wan/D4/GB/09-05-2015/T21).

Berdasarkan paparan di atas, dapat dijelaskan bahwa guru model

melakukan penilaian aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan metode

penilaian yang sesuai dengan tuntutan Standar Proses Kurikulum 2013. Aspek

penilaian antar siswa. Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes lisan

dan tes tulis berupa kuis, tugas, PR, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan

ulangan akhir semester. Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui penilaian

kinerja praktikum, penilaian proyek, dan penilaian portofolio. Rekapitulasi nilai

akhir semester untuk aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dilakukan

dengan menggunakan form rekapitulasi penilaian dalam bentuk Microsoft Exel

yang telah memuat rumus pembobotan nilai sesuai dengan Standar Proses

Kurikulum 2013.

4.1.3.5 Problematika Guru dalam Penerapan Standar Proses Kurikulum

Dalam dokumen Contoh Penelitian Kualitatif dalam Pendi (Halaman 139-151)