HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Tindak Guru B
3) Observasi Ketiga Pembelajaran di Kelas Guru B
4.1.3.4 Tindak Guru dalam Evaluasi Pembelajaran Fisika Berbasis Standar Proses Kurikulum 2013 Proses Kurikulum 2013
Tindak guru dalam evaluasi pembelajaran berbasis Standar Proses
Kurikulum 2013 dipaparkan berdasarkan transkrip observasi, serta transkrip
wawancara guru dan siswa.
A. Tindak Guru A
Guru A melakukan penilaian pembelajaran pada aspek sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Aspek sikap dinilai melalui penilaian observasi, penilaian
jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar siswa sesuai dengan tuntutan Standar
Proses Kurikulum 2013. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti selama
tiga kali, Guru A ditemukan tidak melakukan penilaian observasi pada saat
pembelajaran. Berdasarkan hasil konfirmasi, dapat dijelaskan bahwa Guru A
memang tidak melakukan penilaian observasi secara langsung dengan
menggunakan instrumen tertulis. Penilaian observasi dilakukan dengan memfoto
perilaku siswa melalui smart phone. Foto-foto yang telah diambil selanjutnya
direkap oleh Guru A di rumah. Hal tersebut dilakukan agar penilaian observasi
tidak mengganggu proses pembelajaran. Selain itu, metode tersebut juga dinilai
dapat meminimalisir peluang terlewatkannya perilaku unik siswa akibat guru
fokus melakukan penilaian observasi pada saat pembelajaran (Wan/D2/GA/05-06-2015/T12).
Guru A mengaku mengalami kendala dalam melakukan penilaian jurnal.
Hal tersebut dikarenakan jumlah siswa yang banyak dan alokasi waktu yang
terbatas, sehingga Guru A tidak dapat membuat catatan perilaku untuk semua
adalah penilaian jurnal dapat dilakukan secara bertahap pada setiap pertemuan.
Namun demikian, Guru A menilai metode tersebut tidak akurat karena guru
berpotensi melewatkan perilaku siswa yang unik (Wan/D2/GA/05-06-2015/T13). Penilaian diri dan penilaian antar siswa dilakukan sekali dalam satu semester.
Guru A mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa tidak objektif dalam
melakukan penilaian diri dan penilaian antar siswa. Hal tersebut dikarenakan
siswa memiliki kepentingan untuk memperoleh nilai sikap yang tinggi. Menurut
Guru A, penilaian sikap dan penilaian antar siswa sebaiknya tidak digunakan
sebagai bagian nilai akhir aspek sikap. Hasil penilaian tersebut sebaiknya hanya
digunakan oleh guru sebagai bahan evaluasi ketercapaian indikator pembelajaran.
Dengan demikian, siswa akan melakukan penilaian secara objektif dan guru juga
dapat memperoleh gambaran kondisi siswa yang sebenarnya (Wan/D2/GA/05-06-2015/T14).
Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tulis dan tes lisan. Tes
tulis dilakukan dengan memberikan kuis, tugas, PR, ulangan harian, ulangan
tengah semester, dan ulangan akhir semester. Semua jenis penilaian tersebut
dilakukan untuk memenuhi tuntutan jenis nilai pada kolom akumulasi nilai akhir
semester yang diberikan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Kuis
diberikan secara terencana di akhir pertemuan. Namun demikian, Guru A
mengaku tidak selalu memberikan kuis di akhir setiap pertemuan. Guru A
mengaku selalu menyampaikan kepada siswa jadwal pelaksanaan kuis. Kuis
secara mendadak kadang dilakukan jika sebagian siswa ditemukan tidak fokus
dalam mengikuti pembelajaran (Wan/D2/GA/05-06-2015/T10). Ulangan harian dilakukan di akhir setiap bab. Soal ulangan harian selalu dibuat dalam bentuk
esay. Soal objektif tidak digunakan karena Guru A tidak dapat memeriksa sampai
di mana letak kesalahan siswa dalam menjawab soal. Guru A juga menilai bahwa
siswa cenderung tebak-tebakan dengan menggunakan rumus tepis dalam
menyelesaikan soal objektif (Wan/D1/GA/18-04-2015/T21).
Guru A mengaku jarang melakukan tes lisan. Tes lisan hanya dilakukan
sekali dalam satu semester. Tes lisan dilakukan secara bertahap dalam beberapa
kali pertemuan. Hal ini dikarenakan alokasi waktu pembelajaran yang tersedia
tidak cukup untuk memberikan tes lisan bagi 36 orang siswa sekaligus. Selain itu,
Guru A juga mengaku mengalami kedala dalam membuat soal dan rubrik
penilaian tes lisan karena soal yang dibuat harus mencakup semua materi yang
telah diajarkan. Guru A juga harus membuat soal yang berbeda sebanyak jumlah
siswa untuk menghindari peluang siswa membocorkan atau memperoleh soal
yang sama (Wan/D1/GA/18-04-2015/T22).
Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui penilaian kinerja
praktikum, penilaian proyek, dan penilaian portofolio. Pada semester kedua ini,
Guru A hanya melakukan penilaian praktikum sebanyak satu kali, yaitu praktikum
titik berat pada materi kesetimbangan benda tegar. Guru A ditemukan tidak
melakukan praktikum Melde, padahal studi terhadap dokumen silabus
menunjukkan bahwa praktikum tersebut merupakan pengalaman belajar minimal
yang harus diberikan kepada siswa. Guru A mengkonfirmasi bahwa praktikum
Melde tidak dilakukan karena alokasi waktu yang tidak mencukupi. Guru A
mengaku harus menyelesaikan target ketercapaian materi sebelum ulangan akhir
disebabkan karena permintaan siswa untuk mengganti agenda praktikum dengan
latihan soal persiapan ulangan akhir semester (Wan/D2/GA/05-06-2015/T15). Siswa Guru A mengungkapkan bahwa pada semester dua, Guru A telah
memberikan tugas proyek sebanyak dua kali, yaitu proyek membuat eskavator
pada materi fluida dinamis dan proyek membuat maket pada materi pemanasan
global (Wan/D1/SGA/04-05-2015/T13). Teknis pelaksanaan tugas proyek tersebut adalah sebagai berikut. Sebelum melaksanakan tugas proyek, siswa
terlebih dahulu membuat proposal rancangan produk, dalam hal ini adalah
rancangan eskavator. Rancangan produk yang dibuat tidak boleh sama antar
kelompok. Setelah proposal selesai dibimbingkan, selanjutnya siswa membuat
eskavator sesuai dengan rancangan pada proposal. Siswa diberikan rentangan
waktu tertentu untuk menyelesaikan eskavator tersebut. Eskavator yang telah
dibuat kemudian dikonteskan pada saat pembelajaran. Kontes yang dimaksud
adalah perlombaan menangkap kertas dengan menggunakan eskavator. Terakhir,
siswa ditugaskan membuat laporan (Wan/D1/GA/18-04-2015/T23). Guru A mengungkapkan bahwa selain sebagai penilaian proyek, tugas membuat eskavator
juga sekaligus dijadikan sebagai penilaian portofolio. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Guru A berikut. “Biasanya saya jadiin satu untuk proyek dan portofolio, karena kan proyek itu pasti ada proses bimbingan, ada perbaikan disain. Tak kumpulin ni laporan mereka satu-satu, baru nanti saya jadiin portofolio. Jadi, proyeknya saya nilai produknya sama presentasinya, kumpulan disain, latar belakang pengembangan, dan semuanya itu, sampai laporan akhir, itu portofolio. Karena kalau dilaksanakan khusus nggak bisa, waktu nggak cukup.” Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dijelaskan bahwa nilai proyek
diambil dari hasil penilaian produk dan presentasi, sedangkan penilaian portofolio
diambil dari hasil penilaian proposal dan laporan. Hal tersebut dilakukan oleh
Guru A karena keterbatasan alokasi waktu (Wan/D1/GA/18-04-2015/T24). Remedial dilakukan dengan memberikan siswa tugas take-home. Tugas tersebut
diberikan pada saat menjelang ulangan akhir semester. (Wan/D1/SGA/04-05-2015/T114).
B. Tindak Guru B
Guru B ditemukan telah melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan
tuntutan Standar Proses Kurikulum 2013. Penilaian aspek sikap dilakukan melalui
penilaian observasi, penilaian jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar siswa.
Proses penilaian observasi yang dilakukan B adalah sebagai berikut. Pertama,
Guru B menyiapkan daftar nama siswa dengan kolom-kolom tanggal. Daftar
tersebut selalu dibawa setiap pembelajaran. Siswa yang aktif menjawab akan
diberikan point plus. Satu point plus dapat menambah nilai sikap sebesar 0,1.
Pada akhir semester, point plus tersebut direkap dan dijumlahkan dengan nilai
murni yang diperoleh siswa (Wan/D4/GB/09-05-2015/T4). Namun demikian, selama observasi di kelas Guru B, peneliti menemukan Guru B melakukan metode
tersebut hanya satu kali, yaitu pada materi pokok karakteristik gelombang.
Penilaian jurnal dilakukan dengan mencatat perilaku unik siswa pada tanggal
tertentu. Perilaku unik yang dimaksud adalah sikap yang terbaik dan terburuk dari
keseluruhan siswa. Catatan yang termuat dalam penilaian jurnal digunakan
sebagai pertimbangan dalam memberikan nilai akhir aspek sikap siswa. Guru B
mengaku perlu waktu yang relatif lama dalam melakukan penilaian jurnal,
dengan pernyataan Guru B berikut. “Kalau jurnal itu ditulis dia. Hari ini, tanggal berapa, si A nyontek. Tapi itu, kadang buatnya agak lama, sih. Jadi, mending pakek observasi, biar cepet, pakek tanda aja.”(Wan/D4/GB/09-05-2015/T5).
Penilaian diri dan penilaian antar siswa dilakukan sekali setiap semester.
Guru B menugaskan siswa untuk mem-fotocopy instrumen penilaian dan
melakukan penilaian secara mandiri di rumah. Hal ini dikarenakan jumlah
intrumen penilaian diri dan penilaian antar siswa tersebut mencapai sepuluh
halaman, sehingga memerlukan biaya yang banyak jika Guru B mencetak
instrumen tersebut untuk semua siswa (Wan/D4/GB/09-05-2015/T6). Walaupun demikian, Siswa Guru B mengaku objektif dalam melakukan penilaian diri dan
penilaian antar peserta siswa. Hal ini dikarenakan Guru B memberikan himbauan
bahwa siswa tidak boleh memberitahu nilai yang diberikan kepada temannya
(Wan/D1/SGB/23-04-2015/T11).
Studi terhadap sampel instrumen penilaian diri yang dibuat oleh Guru B
menunjukkan bahwa dalam instrumen tersebut, siswa dituntut untuk melakukan
penilaian terhadap sikap spiritual, sikap jujur, sikap tanggung jawab, sikap
disiplin, sikap gotong royong, sikap toleransi, sikap percaya diri, dan sikap santun.
Sedangkan studi terhadap sampel instrumen penilaian antar siswa menunjukkan
bahwa indikator yang dinilai hanya sikap jujur dan displin. Guru B tidak meminta
siswa menilai pemahamannya terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan.
Guru B mengungkapkan bahwa instrumen penilaian diri dan penilaian antar siswa
yang dibuatnya telah disesuaikan dengan contoh instrumen yang diberikan oleh
Nilai akhir semester untuk aspek sikap merupakan akumulasi nilai religius
dan nilai sikap. Nilai tersebut ditentukan berdasarkan sistem modus. Terdapat satu
nilai yang diperlukan untuk setiap jenis penilaian sikap. Nilai maksimal adalah 4
dan nilai minimal adalah 1. Guru B mencontohkan, jika dari 4 kali penilaian
observasi seorang siswa memperoleh nilai 4,2,1,4, maka nilai akhir semester
siswa tersebut untuk jenis penilaian observasi adalah 4. Dengan demikian, siswa
tersebut akan memperoleh nilai akhir yang sama dengan siswa yang nilainya
4,4,4,4 (Wan/D4/GB/09-05-2015/T8).
Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tulis dan tes lisan. Tes
tulis dilakukan melalui kuis, tugas, PR, ulangan harian, ulangan tengah semester,
dan ulangan akhir semester (Wan/D1/GB/25-04-2015/T24). Semua jenis penilaian tersebut dilakukan untuk memenuhi tuntutan jenis nilai pada kolom
akumulasi nilai akhir semester yang diberikan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum. Kuis diberikan secara mendadak dan situasional. Jika alokasi waktu
pembelajaran tidak memenuhi, maka kuis diberikan di awal atau di akhir
pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Jenis soal dan teknis penilaian kuis
sama dengan ulangan harian. Perbedaannya adalah jumlah soal kuis lebih sedikit,
yaitu satu sampai dengan dua soal. Guru B mengaku tidak sempat memberikan
kuis untuk materi pembelajaran menjelang akhir semester karena Guru B harus
mengejar ketercapaian materi pembelajaran sebelum ulangan akhir semester
dilaksanakan (Wan/D1/GB/25-04-2015/T16; Wan/D4/GB/09-05-2015/T9). Guru B mengungkapkan bahwa dalam Standar Proses Kurikulum 2013,
nilai tugas digabung dengan nilai PR. Siswa Guru B menyatakan tugas diberikan
sekolah. Tugas yang diberikan harus diselesaikan di sekolah dan dikumpul diakhir
jam pembelajaran. Siswa Guru B mengaku dapat mengerjakan tugas tersebut
karena soal tugas yang diberikan tidak banyak dan diambil dari buku LKS Kreatif
(Wan/D1/SGB/23-04-2015/T12). Berbeda dengan pernyataan siswa, Guru B mengaku memberikan banyak soal pada tugas yang diberikan di sekolah. Hal
tersebut dilakukan untuk memperkecil peluang siswa dalam bekerjasama. Guru B
mengaku memeriksa secara detail jawaban tugas siswa tersebut (Wan/D4/GB/09-05-2015/T10). Namun demikian, selama tiga kali melakukan observasi di kelas Guru B, peneliti tidak menemukan Guru B memberikan PR ataupun tugas kepada
siswa. Menurut Guru B, PR sering diberikan menjelang ulangan harian dengan
tujuan memotivasi siswa untuk latihan soal. Teknis penilaian PR yang dilakukan
B tidak mendetail berdasarkan pedoman penilaian. Guru B meyakini bahwa siswa
pasti bekerjasama dalam mengerjakan PR, sehingga jawaban semua siswa akan
relatif sama. Berdasarkan keyakinan tersebut, teknis penilaian PR yang dilakukan
adalah sebagai berikut. Pertama, Guru B membadingkan jawaban siswa dengan
kategori pintar, sedang, dan kurang. Selanjutnya, jika ditemukan sebagian besar
jawaban siswa sama, maka Guru B hanya akan menilai ketepatan waktu siswa
dalam mengumpul PR tersebut. Siswa yang mengumpulkan PR tepat waktu
otomatis akan diberikan nilai B (Wan/D4/GB/09-05-2015/T11).
Ulangan harian dilaksanakan secara sistematis dan terencana di akhir
materi pokok pembelajaran. Namun, berdasarkan catatan lapangan yang dibuat
oleh peneliti, ditemukan Guru B tidak memberikan ulangan harian setelah
menyelesaiakan materi pemanasan global. Guru B langsung melanjutkan ke
bahwa ulangan harian akan dilakukan sekalian setelah semua materi diselesaikan.
Hal tersebut dikarenakan Guru B harus menuntaskan tuntutan materi
pembelajaran sebelum ulangan akhir semester (Wan/D4/GB/09-05-2015/T13). Siswa Guru B menjelaskan bahwa terdapat dua jenis bentuk soal ulangan yang
diberikan oleh Guru B, yaitu soal esay dan soal objektif diperluas. Kedua jenis
soal ulangan tersebut sesuai dengan materi yang diberikan pada saat pembelajaran
(Wan/D1/SGB/23-04-2015/T13). Guru B menyatakan bahwa soal yang diberikan terkadang sama persis dengan soal latihan pada saat pembelajaran. Tujuannya
adalah untuk mengetahui apakah siswa mengingat solusi dari soal latihan tersebut.
Selain itu, ada juga soal yang jenisnya sama namun angkanya berbeda, serta soal
yang jenisnya sangat berbeda dengan soal latihan (Wan/D4/GB/09-05-2015/T22). Guru B menilai dan menyampaikan hasil ulangan harian siswa dengan dua cara.
Pertama, Guru B memeriksa dan menilai sendiri jawaban ulangan siswa sesuai
dengan rubrik penilaian yang telah dibuat, kemudian hasil ulangan tersebut
dibagikan kepada siswa. Kedua, Guru B mengajak siswa untuk menilai hasil
ulangan harian tersebut, sehingga siswa secara langsung dapat mengetahui nilai
ulangan yang diperoleh (Wan/D4/GB/09-05-2015/T14).
Ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester dilaksanakan sesuai
dengan jadwal yang ditentukan oleh sekolah. Pada saat ulangan semester,
pengaturan tempat duduk siswa diselang-seling antara kelas X dan kelas XI untuk
memperkecil peluang siswa bekerjasama. Jenis soal yang diberikan adalah
objektif. Soal tersebut dibuat secara berkelompok oleh guru yang mengajar
ditingkatan kelas yang sama (Wan/D3/GB/30-04-2015/T20). Tes lisan dilakukan dengan teknis sebagai berikut. Guru B meletakkan empat buah meja di depan
kelas, kemudian dipanggil empat orang siswa sesuai dengan hasil undian.
Masing-masing dari siswa tersebut ditugaskan menjawab satu buah soal yang juga
merupakan hasil undian. Soal tersebut harus diselesaikan secara langsung di atas
meja sesuai dengan alokasi waktu yang telah disampaikan. Sistem tes lisan yang
lain adalah sebagai berikut. Guru B membagi papan tulis menjadi empat bagian.
Empat orang siswa dipanggil secara acak dan diberikan soal untuk langsung
diselesaikan di papan. Guru B mengaku tidak memeriksa proses siswa dalam
menyelesaikan soal. Kebenaran jawaban siswa hanya dilihat berdasarkan jawaban
akhir yang diperoleh. Sistem tersebut dilakukan karena Guru B meyakini siswa
tidak mungkin mencontek atau bekerjasama pada saat ujian lisan. Selain itu, hal
ini juga dikarenakan alokasi waktu yang tersedia tidak mencukupi. Jika siswa
salah dalam menjawab soal tes lisan tersebut, maka siswa akan mendapatkan nilai
nol. Terhadap siswa tersebut, Guru B memberikan tugas dan memberikan nilai
satu hanya dengan mengumpul tugasnya saja (Wan/D4/GB/09-05-2015/T15). Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui penilaian kinerja
praktikum, penilaian proyek, dan penilaian portofolio (Wan/D4/GB/09-05-2015/T16). Berdasarkan transkrip observasi tiga di kelas Guru B, penilaian kinerja praktikum dilakukan dengan menilai pemahaman siswa terhadap fungsi
alat dan bahan praktikum serta prosedur dan tujuan praktikum yang dilakukan.
Guru B juga mengaku menilai kerjasama kelompok pada saat melakukan
praktikum (Wan/D4/GB/09-05-2015/T17). Penilaian proyek pada semester kedua telah dilakukan sebanyak dua kali. Proyek pertama dilakukan pada materi pokok
fluida dinamis. Siswa ditugaskan membuat eskavator dari bahan suntikan bekas.
membuat makalah dan powerpoint tentang fenomena pemanasan global. Guru B
menjelaskan bahwa yang menjadi pertimbangan dalam memberikan tugas proyek
adalah karakteristik materi pembelajaran. Guru B tidak dapat memberikan tugas
proyek pada semua materi pembelajaran. Untuk materi pembelajaran yang abstrak
seperti teori kinetik gas, Guru B mengaku tidak memberikan tugas proyek. Dalam
mengerjakan tugas proyek, siswa diberikan interval waktu selama dua minggu.
Makalah dan powerpoint yang telah dibuat, selanjutnya dipresentasikan oleh
beberapa kelompok. Kelompok yang lain bertugas sebagai penilai. Setelah
presentasi, siswa mengumpulkan softcopy makalah dan powerpoint. Guru B juga
menugaskan siswa untuk mengunggah softcopy tersebut ke internet
(Wan/D4/GB/09-05-2015/T18).
Penilaian portofolio dilakukan dengan memberikan tugas penyusunan
makalah aplikasi hukum Bernoulli, tugas berjangka, dan menugaskan siswa
menjawab soal-soal pada buku LKS Kreatif (Wan/D4/GB/09-05-2015/T19). Siswa Guru B membenarkan bahwa LKS Kreatif yang telah dijawab dikumpulkan
di akhir semester (Wan/D1/SGB/23-04-2015/T14). Rekapitulasi nilai akhir semester untuk setiap jenis penilaian aspek keterampilan dilakukan berdasarkan
sitem nilai tertinggi. Guru B memberikan contoh jika dalam satu semester guru
mengadakan praktikum sebanyak empat kali, maka berdasarkan sistem penilaian
tersebut, siswa dengan nilai praktikum 0,0,0,4 akan memperoleh nilai akhir yang
sama dengan siswa yang nilainya 4,4,4,4 (Wan/D1/GB/25-04-2015/T17).
Siswa Guru B mengungkapkan bahwa nilai KKM mata pelajaran fisika
adalah 80. Jika terdapat siswa yang tidak memenuhi nilai tersebut, maka Guru B
pembelajaran fisika, yaitu hari Jumat pada saat kegiatan bebas. Siswa Guru B
mengungkapkan bahwa soal tes remedi yang diberikan berbeda dengan soal
ulangan harian. Namun demikian, Guru B mengaku memberikan soal yang sama
jika tidak sempat membuat soal yang baru. Guru B mengungkapkan bahwa siswa
yang mengikuti remedi pasti akan mendapatkan nilai KKM, yaitu 80. Guru B
mengaku memberikan pengayaan bagi siswa yang nilainya telah memenuhi KKM.
Pengayaan dilakukan dengan memberikan soal yang tingkat kesulitannya lebih
tinggi (Wan/D4/GB/09-05-2015/T20). Namun demikian, Siswa Guru B mengungkapkan bahwa Guru B tidak pernah memberikan pengayaan. Guru B
langsung melanjutkan materi jika semua nilai siswa telah memenuhi KKM
(Wan/D1/SGB/23-04-2015/T15).
Guru B menjelaskan bahwa rekapitulasi nilai semester siswa untuk aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan dilakukan berdasarkan form rekapitulasi
penilaian yang diberikan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Studi
dokumen menunjukkan bahwa form tersebut merupakan file jenis Microsoft Excel
dan memuat satu kolom nilai untuk setiap jenis penilaian pada aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Form tersebut telah memuat rumus nilai akhir
siswa untuk semua aspek penilaian. Setelah semua nilai diakumulasi, nilai
tersebut diserahkan kepada wali kelas. Wali kelas akan menyampaikan nilai
tersebut kepada kepala sekolah (Wan/D4/GB/09-05-2015/T21).
Berdasarkan paparan di atas, dapat dijelaskan bahwa guru model
melakukan penilaian aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan metode
penilaian yang sesuai dengan tuntutan Standar Proses Kurikulum 2013. Aspek
penilaian antar siswa. Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes lisan
dan tes tulis berupa kuis, tugas, PR, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan
ulangan akhir semester. Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui penilaian
kinerja praktikum, penilaian proyek, dan penilaian portofolio. Rekapitulasi nilai
akhir semester untuk aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dilakukan
dengan menggunakan form rekapitulasi penilaian dalam bentuk Microsoft Exel
yang telah memuat rumus pembobotan nilai sesuai dengan Standar Proses
Kurikulum 2013.
4.1.3.5 Problematika Guru dalam Penerapan Standar Proses Kurikulum