HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Pemahaman Guru B
Guru B telah menerapkan Standar Proses Kurikulum 2013 selama dua
tahun, yaitu sejak Tahun Pelajaran 2013/2014. Guru B memperoleh pengetahuan
tentang Standar Proses Kurikulum 2013 dari workshop kurikulum sekolah yang
rutin dilaksanakan setiap awal tahun ajaran baru. Guru B tidak pernah mengikuti
workshop kurikulum pusat. Workshop pusat hanya diikuti oleh beberapa guru
sebagai perwakilan sekolah. Setelah mengikuti workshop pusat, guru tersebut
diberikan tugas untuk menyampaikan pengetahuan yang diperolehnya kepada
guru-guru lain pada workshop sekolah (Wan/D1/GB/25-04-2015/T1). Guru B mengaku bahwa workshop yang diadakan oleh pihak sekolah membantunya
memahami teknis penyusunan administrasi pembelajaran berbasis Standar Proses
Kurikulum 2013. Guru B juga mengaku memperoleh pengetahuan tentang Standar
Proses Kurikulum 2013 dari teks panduan yang diberikan oleh Wakil Kepala
Sekolah Bidang Kurikulum. Teks panduan yang dimaksud yaitu Permendikbud
Nomor 81A Tahun 2013, silabus, dan contoh RPP dari guru yang sudah mengikuti
workshop kurikulum pusat. Guru B mengungkapkan bahwa contoh RPP tersebut
adalah RPP mata pelajaran matematika. Namun demikian, Guru B mengaku
mampu mengadaptasi contoh RPP tersebut karena mata pelajaran matematika
relatif sama dengan mata pelajaran fisika (Wan/D1/GB/25-04-2015/T3).
Guru B memahami perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh guru sebelum pembelajaran berlangsung. Menurut Guru B, yang
harus disiapkan guru dalam kegiatan perencanaan adalah LKS, RPP, dan media
pembelajaran. LKS perlu disiapkan karena LKS yang termuat dalam buku guru
pembelajaran yang direncanakan oleh Guru B (Wan/D1/GB/25-04-2015/T4). Menurut Guru B, RPP dibuat dengan tujuan untuk merancang kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan di kelas. Namun demikian, Guru B
menyatakan bahwa pembelajaran tidak harus dilaksanakan sama persis seperti
RPP. Skenario kegiatan pembelajaran dapat dikembangkan dan disesuaikan
dengan kondisi kelas Yang terpenting menurut Guru B adalah ketercapaian
indikator dan materi pembelajaran yang direncanakan (Wan/D1/GB/25-04-2015/T5).
Guru B menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara standar perencanaan
pembelajaran Kurikulum 2013 dengan Kurikulum 2006. Perbedaan yang
dimaksud terletak pada pemaparan kegiatan pembelajaran dalam RPP. Dalam
Kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran dipaparkan sesuai dengan aspek-aspek
pendekatan saintifik, sedangkan dalam Kurikulum 2006, kegiatan pembelajaran
dipaparkan berdasarkan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Namun
demikian, Guru B menilai bahwa pada dasarnya kedua hal tersebut sama dan
berhubungan. Perbedaannya adalah dalam Kurikulum 2013, kegiatan
pembelajaran pendekatan saintifik dipaparkan secara lebih terperinci dalam RPP,
sedangkan pada Kurikulum 2006 tidak terperinci (Wan/D1/GB/25-04-2015/T6). Pemahaman Guru B terhadap pelaksanaan pembelajaran dideskripsikan
berdasarkan pemahamannya tentang teknis membuka pembelajaran, teknis
melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, dan teknis menutup pembelajaran yang
sesuai dengan Standar Proses Kurikulum 2013. Menurut Guru B, yang harus
dilakukan ketika membuka pembelajaran adalah menyapa siswa, melakukan
B memahami bahwa kegiatan absensi menunjukkan bahwa guru memberikan
perhatian terhadap siswa. Namun demikian, Guru B menilai bahwa guru tidak
harus menanyakan kehadiran siswa satu per satu pada setiap pertemuan. Absensi
terperenci hanya perlu dilakukan jika guru belum hafal semua nama siswa. Jika
guru sudah mengenal semua siswa, maka kegiatan absensi dapat dilakukan hanya
dengan menanyakan siswa yang tidak hadir dan alasan ketidakhadirannya.
Menurut Guru B, KI, KD, dan indikator pembelajaran tidak perlu disampaikan
oleh guru karena waktu yang terbatas dan kegiatan tersebut terkesan
membosankan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan memberikan silabus secara
langsung kepada siswa. Dengan demikian, siswa dapat mengetahui dan
mempersiapkan materi pembelajaran yang akan diberikan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Guru B berikut.“Kemudian, idealnya kan menyampaikan KI-KD dan indikatornya. Untuk saya, itu tidak saya lakukan karena kepepet waktu pertama, kemudian yang kedua terkesan membosankan, jadi yang seperti itu, saya kasih aja mereka silabusnya.” (Wan/D1/GB/25-04-2015/T7)
Guru B memahami bahwa kegiatan inti pembelajaran berbasis Standar
Proses Kurikulum 2013 merupakan penerapan dari aspek-aspek pendekatan
saintifik. Guru B menjelaskan bahwa pendekatan saintifik terdiri dari aspek 5M,
yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan. Guru B menilai kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan
saintifik tidak mutlak harus dilakukan dengan praktikum, namun dapat dilakukan
melalui pengamatan fenomena fisis dalam kehidupan keseharian siswa. Penerapan
pendekatan saintifik juga harus disesuaikan dengan karakteristik materi
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik adalah siswa dapat mengeksplorasi
diri secara mendalam melalui sintesis materi yang dikumpulkannya dari berbagai
sumber. Kelemahannya adalah waktu pembelajaran yang diperlukan relatif lama,
sedangkan alokasi waktu yang ada terbatas. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Guru B berikut. “Kalau keunggulannya, siswa lebih banyak mengeksplorasi diri, tidak hanya menerima dari gurunya atau tidak langsung menerima yang mereka dapat dari internet, tapi dianalisis dulu. Kelemahnya, paling memerlukan waktu yang cukup panjang, sedangkan kita di sekolah kan waktunya terbatas.” (Wan/D1/GB/25-04-2015/T9)
Guru B menilai bahwa pada dasarnya, aspek-aspek pendekatan saintifik
memiliki kesamaan dengan kegiatan pembelajaran eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi dalam Kurikulum 2006. Kegiatan mengamati dan menanya dalam
pendekatan saintifik sama dengan kegiatan eksplorasi, kegiatan mengasosiasi
sama dengan kegiatan elaborasi, dan kegiatan mengkomunikasikan sama dengan
kegiatan konfirmasi. Perbedaannya adalah dalam Kurikulum 2013, kegiatan
pembelajaran pendekatan saintifik dipaparkan secara lebih terperinci, sedangkan
dalam Kurikulum 2006 tidak terperinci (Wan/D1/GB/25-04-2015/T10). Guru B meyakini bahwa kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan saintifik yang
didukung oleh tiga model pembelajaran rekomendasi pusat mungkin menjadi
kendala bagi guru-guru mata pelajaran IPS. Namun, model pembelajaran tersebut
bukan merupakan hal yang baru bagi guru-guru mata pelajaran MIPA. Guru B
mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran 5M telah sering dilakukannya
sehingga siswa juga telah terbiasa dengan pembelajaran berbasis Standar Proses
Kurikulum 2013 (Wan/D1/GB/25-04-2015/T11).
Sama seperti Guru A, Guru B juga menilai bahwa perbedaan yang paling
signifikan antara Standar Proses Kurikulum 2013 dengan Kurikulum 2006 terletak
pada penilaian hasil pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam Kurikulum 2013,
penilaian hasil pembelajaran lebih spesifik dibandingakan penilaian hasil belajar
pada Kurikulum 2006. Guru B mengungkapkan bahwa penilaian aspek
pengetahuan dan keterampilan yang dituntut dalam Kurikulum 2013 tidak jauh
berbeda dengan Kurikulum 2006. Menurut Guru B, yang jauh berbeda adalah
penilaian aspek sikap. Dalam Kurikulum 2006, penilaian sikap dilakukan secara
umum oleh guru, sedangkan dalam Kurikulum 2013, terdapat berbagai jenis
penilaian sikap yang harus dilakukan (Wan/D1/GB/25-04-2015/T12). Guru B memahami bahwa penilaian aspek sikap dalam Standar Proses Kurikulum 2013
merupakan upaya pengukuran ketercapaian indikator dari KI-1 dan KI-2. Menurut
Guru B, pengukuran ketercapaian aspek sikap dilakukan melalui penilaian
observasi, penilaian jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar siswa. Guru B
menjelaskan bahwa dari keempat jenis penilaian sikap tersebut, penilaian jurnal
merupakan penilaian yang paling efektif. Penilaian jurnal dilakukan dengan
mencatat siswa dengan sikap yang terbaik dan terburuk. Siswa dengan sikap yang
normal tidak perlu dicatat dan diberikan nilai yang sama secara merata. Hal ini
dilakukan karena jumlah siswa banyak, sehingga akan memerlukan waktu lama
untuk menilai semua siswa. Menurut Guru B, penilaian diri dan penilaian antar
Guru B memahami bahwa penilaian aspek pengetahuan dalam Kurikulum
2013 merupakan upaya pengukuran ketercapaian indikator dari KI-3. Penilaian
aspek pengetahuan dapat dilakukan melalui ulangan harian, kuis, ulangan tengah
semester, dan ulangan akhir semester. Guru B mengungkapkan bahwa bobot untuk
setiap jenis penilaian tersebut sudah ditentukan oleh pusat, sehingga guru hanya
perlu menginput nilai-nilai yang diperlukan. Guru B memahami penilaian aspek
keterampilan dalam Standar Proses Kurikulum 2013 sebagai upaya pengukuran
ketercapaian indikator dari KI-4. Guru B mengungkapkan bahwa penilaian aspek
keterampilan dapat dilakukan melalui penilaian kinerja praktikum, penilaian
kinerja diskusi, penilaian proyek, dan penilaian portofolio. Menurut Guru B,
karakteristik materi merupakan salah satu pertimbangan dalam memilih metode
penilaian aspek keterampilan (Wan/D1/GB/25-04-2015/T13).
Guru B memahami proses remedial sebagai upaya perbaikan nilai siswa
yang tidak memenuhi KKM. Proses remedial dilakukan sampai siswa memahami
materi yang belum dipahaminya, yang terlihat dari nilai ujian ulang yang
diikutinya. Sedangkan pengayaan, menurut Guru B dapat dilakukan dengan
memberikan soal dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi (Wan/D1/GB/25-04-2015/T114).
Berdasarkan paparan di atas, dapat dijelaskan bahwa guru model
memperoleh pengetahuan tentang Standar Proses Kurikulum 2013 dari workshop,
teks Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, soft copy silabus, contoh RPP hasil
pelatihan, dan form penilaian yang diberikan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum. Guru model memahami bahwa perencanaan pembelajaran berbasis
menilai bahwa perencanaan pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 tidak jauh
berbeda dengan perencanaan pembelajaran Kurikulum 2006. Pelaksanaan
pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 dipahami sebagai pengembangan aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa melalui penerapan pendekatan
saintifik yang didukung oleh tiga model pembelajaran rekomendasi pusat, yaitu
discovery learning, problem based learning, dan project based learning. Guru
model menilai bahwa pembelajaran berbasis pendekatan saintifik bukan
merupakan hal yang baru karena pada Kurikulum 2006, guru model telah sering
menerapkan model pembelajaran kooperatif yang juga memuat kegiatan
pembelajaran 5M. Evaluasi pembelajaran dipahami sebagai pengukuran
ketercapain pengembangan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa
melalui berbagai metode penilaian. Guru model menilai bahwa evaluasi
pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 lebih kompleks dan terperinci. Selain itu,
metode penilaian hasil pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum 2013 juga
sudah ditentukan oleh pusat. Terakhir, guru model memahami bahwa tindak lanjut
penilaian hasil pembelajaran adalah remedial dan pengayaan. Remedial diberikan
untuk siswa yang nilainya belum memenuhi KKM, sedangkan pengayaan
diberikan untuk siswa yang nilainya telah memenuhi KKM.
4.1.3.2 Tindak Guru dalam Perencanaan Pembelajaran Fisika Berbasis Standar Proses Kurikulum 2013
Tindak perencanaan pembelajaran guru dipaparkan berdasarkan transkrip
wawancara dengan guru dan pengawas akademik, serta hasil studi dokumen RPP
guru. Guru A mengungkapkan bahwa rencana kegiatan pembelajaran secara
diskusi tersebut, guru mendiskusikan materi pembelajaran, rancangan praktikum,
dan tugas proyek yang akan diberikan selama satu semester ( Wan/D1/GA/18-04-2015/T19).