• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemahaman Guru B

Dalam dokumen Contoh Penelitian Kualitatif dalam Pendi (Halaman 93-100)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pemahaman Guru B

Guru B telah menerapkan Standar Proses Kurikulum 2013 selama dua

tahun, yaitu sejak Tahun Pelajaran 2013/2014. Guru B memperoleh pengetahuan

tentang Standar Proses Kurikulum 2013 dari workshop kurikulum sekolah yang

rutin dilaksanakan setiap awal tahun ajaran baru. Guru B tidak pernah mengikuti

workshop kurikulum pusat. Workshop pusat hanya diikuti oleh beberapa guru

sebagai perwakilan sekolah. Setelah mengikuti workshop pusat, guru tersebut

diberikan tugas untuk menyampaikan pengetahuan yang diperolehnya kepada

guru-guru lain pada workshop sekolah (Wan/D1/GB/25-04-2015/T1). Guru B mengaku bahwa workshop yang diadakan oleh pihak sekolah membantunya

memahami teknis penyusunan administrasi pembelajaran berbasis Standar Proses

Kurikulum 2013. Guru B juga mengaku memperoleh pengetahuan tentang Standar

Proses Kurikulum 2013 dari teks panduan yang diberikan oleh Wakil Kepala

Sekolah Bidang Kurikulum. Teks panduan yang dimaksud yaitu Permendikbud

Nomor 81A Tahun 2013, silabus, dan contoh RPP dari guru yang sudah mengikuti

workshop kurikulum pusat. Guru B mengungkapkan bahwa contoh RPP tersebut

adalah RPP mata pelajaran matematika. Namun demikian, Guru B mengaku

mampu mengadaptasi contoh RPP tersebut karena mata pelajaran matematika

relatif sama dengan mata pelajaran fisika (Wan/D1/GB/25-04-2015/T3).

Guru B memahami perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan yang

dilakukan oleh guru sebelum pembelajaran berlangsung. Menurut Guru B, yang

harus disiapkan guru dalam kegiatan perencanaan adalah LKS, RPP, dan media

pembelajaran. LKS perlu disiapkan karena LKS yang termuat dalam buku guru

pembelajaran yang direncanakan oleh Guru B (Wan/D1/GB/25-04-2015/T4). Menurut Guru B, RPP dibuat dengan tujuan untuk merancang kegiatan

pembelajaran yang akan dilakukan di kelas. Namun demikian, Guru B

menyatakan bahwa pembelajaran tidak harus dilaksanakan sama persis seperti

RPP. Skenario kegiatan pembelajaran dapat dikembangkan dan disesuaikan

dengan kondisi kelas Yang terpenting menurut Guru B adalah ketercapaian

indikator dan materi pembelajaran yang direncanakan (Wan/D1/GB/25-04-2015/T5).

Guru B menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara standar perencanaan

pembelajaran Kurikulum 2013 dengan Kurikulum 2006. Perbedaan yang

dimaksud terletak pada pemaparan kegiatan pembelajaran dalam RPP. Dalam

Kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran dipaparkan sesuai dengan aspek-aspek

pendekatan saintifik, sedangkan dalam Kurikulum 2006, kegiatan pembelajaran

dipaparkan berdasarkan kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Namun

demikian, Guru B menilai bahwa pada dasarnya kedua hal tersebut sama dan

berhubungan. Perbedaannya adalah dalam Kurikulum 2013, kegiatan

pembelajaran pendekatan saintifik dipaparkan secara lebih terperinci dalam RPP,

sedangkan pada Kurikulum 2006 tidak terperinci (Wan/D1/GB/25-04-2015/T6). Pemahaman Guru B terhadap pelaksanaan pembelajaran dideskripsikan

berdasarkan pemahamannya tentang teknis membuka pembelajaran, teknis

melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, dan teknis menutup pembelajaran yang

sesuai dengan Standar Proses Kurikulum 2013. Menurut Guru B, yang harus

dilakukan ketika membuka pembelajaran adalah menyapa siswa, melakukan

B memahami bahwa kegiatan absensi menunjukkan bahwa guru memberikan

perhatian terhadap siswa. Namun demikian, Guru B menilai bahwa guru tidak

harus menanyakan kehadiran siswa satu per satu pada setiap pertemuan. Absensi

terperenci hanya perlu dilakukan jika guru belum hafal semua nama siswa. Jika

guru sudah mengenal semua siswa, maka kegiatan absensi dapat dilakukan hanya

dengan menanyakan siswa yang tidak hadir dan alasan ketidakhadirannya.

Menurut Guru B, KI, KD, dan indikator pembelajaran tidak perlu disampaikan

oleh guru karena waktu yang terbatas dan kegiatan tersebut terkesan

membosankan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan memberikan silabus secara

langsung kepada siswa. Dengan demikian, siswa dapat mengetahui dan

mempersiapkan materi pembelajaran yang akan diberikan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Guru B berikut.“Kemudian, idealnya kan menyampaikan KI-KD dan indikatornya. Untuk saya, itu tidak saya lakukan karena kepepet waktu pertama, kemudian yang kedua terkesan membosankan, jadi yang seperti itu, saya kasih aja mereka silabusnya.” (Wan/D1/GB/25-04-2015/T7)

Guru B memahami bahwa kegiatan inti pembelajaran berbasis Standar

Proses Kurikulum 2013 merupakan penerapan dari aspek-aspek pendekatan

saintifik. Guru B menjelaskan bahwa pendekatan saintifik terdiri dari aspek 5M,

yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan

mengkomunikasikan. Guru B menilai kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan

saintifik tidak mutlak harus dilakukan dengan praktikum, namun dapat dilakukan

melalui pengamatan fenomena fisis dalam kehidupan keseharian siswa. Penerapan

pendekatan saintifik juga harus disesuaikan dengan karakteristik materi

pembelajaran berbasis pendekatan saintifik adalah siswa dapat mengeksplorasi

diri secara mendalam melalui sintesis materi yang dikumpulkannya dari berbagai

sumber. Kelemahannya adalah waktu pembelajaran yang diperlukan relatif lama,

sedangkan alokasi waktu yang ada terbatas. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Guru B berikut. “Kalau keunggulannya, siswa lebih banyak mengeksplorasi diri, tidak hanya menerima dari gurunya atau tidak langsung menerima yang mereka dapat dari internet, tapi dianalisis dulu. Kelemahnya, paling memerlukan waktu yang cukup panjang, sedangkan kita di sekolah kan waktunya terbatas.” (Wan/D1/GB/25-04-2015/T9)

Guru B menilai bahwa pada dasarnya, aspek-aspek pendekatan saintifik

memiliki kesamaan dengan kegiatan pembelajaran eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi dalam Kurikulum 2006. Kegiatan mengamati dan menanya dalam

pendekatan saintifik sama dengan kegiatan eksplorasi, kegiatan mengasosiasi

sama dengan kegiatan elaborasi, dan kegiatan mengkomunikasikan sama dengan

kegiatan konfirmasi. Perbedaannya adalah dalam Kurikulum 2013, kegiatan

pembelajaran pendekatan saintifik dipaparkan secara lebih terperinci, sedangkan

dalam Kurikulum 2006 tidak terperinci (Wan/D1/GB/25-04-2015/T10). Guru B meyakini bahwa kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan saintifik yang

didukung oleh tiga model pembelajaran rekomendasi pusat mungkin menjadi

kendala bagi guru-guru mata pelajaran IPS. Namun, model pembelajaran tersebut

bukan merupakan hal yang baru bagi guru-guru mata pelajaran MIPA. Guru B

mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran 5M telah sering dilakukannya

sehingga siswa juga telah terbiasa dengan pembelajaran berbasis Standar Proses

Kurikulum 2013 (Wan/D1/GB/25-04-2015/T11).

Sama seperti Guru A, Guru B juga menilai bahwa perbedaan yang paling

signifikan antara Standar Proses Kurikulum 2013 dengan Kurikulum 2006 terletak

pada penilaian hasil pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam Kurikulum 2013,

penilaian hasil pembelajaran lebih spesifik dibandingakan penilaian hasil belajar

pada Kurikulum 2006. Guru B mengungkapkan bahwa penilaian aspek

pengetahuan dan keterampilan yang dituntut dalam Kurikulum 2013 tidak jauh

berbeda dengan Kurikulum 2006. Menurut Guru B, yang jauh berbeda adalah

penilaian aspek sikap. Dalam Kurikulum 2006, penilaian sikap dilakukan secara

umum oleh guru, sedangkan dalam Kurikulum 2013, terdapat berbagai jenis

penilaian sikap yang harus dilakukan (Wan/D1/GB/25-04-2015/T12). Guru B memahami bahwa penilaian aspek sikap dalam Standar Proses Kurikulum 2013

merupakan upaya pengukuran ketercapaian indikator dari KI-1 dan KI-2. Menurut

Guru B, pengukuran ketercapaian aspek sikap dilakukan melalui penilaian

observasi, penilaian jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar siswa. Guru B

menjelaskan bahwa dari keempat jenis penilaian sikap tersebut, penilaian jurnal

merupakan penilaian yang paling efektif. Penilaian jurnal dilakukan dengan

mencatat siswa dengan sikap yang terbaik dan terburuk. Siswa dengan sikap yang

normal tidak perlu dicatat dan diberikan nilai yang sama secara merata. Hal ini

dilakukan karena jumlah siswa banyak, sehingga akan memerlukan waktu lama

untuk menilai semua siswa. Menurut Guru B, penilaian diri dan penilaian antar

Guru B memahami bahwa penilaian aspek pengetahuan dalam Kurikulum

2013 merupakan upaya pengukuran ketercapaian indikator dari KI-3. Penilaian

aspek pengetahuan dapat dilakukan melalui ulangan harian, kuis, ulangan tengah

semester, dan ulangan akhir semester. Guru B mengungkapkan bahwa bobot untuk

setiap jenis penilaian tersebut sudah ditentukan oleh pusat, sehingga guru hanya

perlu menginput nilai-nilai yang diperlukan. Guru B memahami penilaian aspek

keterampilan dalam Standar Proses Kurikulum 2013 sebagai upaya pengukuran

ketercapaian indikator dari KI-4. Guru B mengungkapkan bahwa penilaian aspek

keterampilan dapat dilakukan melalui penilaian kinerja praktikum, penilaian

kinerja diskusi, penilaian proyek, dan penilaian portofolio. Menurut Guru B,

karakteristik materi merupakan salah satu pertimbangan dalam memilih metode

penilaian aspek keterampilan (Wan/D1/GB/25-04-2015/T13).

Guru B memahami proses remedial sebagai upaya perbaikan nilai siswa

yang tidak memenuhi KKM. Proses remedial dilakukan sampai siswa memahami

materi yang belum dipahaminya, yang terlihat dari nilai ujian ulang yang

diikutinya. Sedangkan pengayaan, menurut Guru B dapat dilakukan dengan

memberikan soal dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi (Wan/D1/GB/25-04-2015/T114).

Berdasarkan paparan di atas, dapat dijelaskan bahwa guru model

memperoleh pengetahuan tentang Standar Proses Kurikulum 2013 dari workshop,

teks Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, soft copy silabus, contoh RPP hasil

pelatihan, dan form penilaian yang diberikan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang

Kurikulum. Guru model memahami bahwa perencanaan pembelajaran berbasis

menilai bahwa perencanaan pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 tidak jauh

berbeda dengan perencanaan pembelajaran Kurikulum 2006. Pelaksanaan

pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 dipahami sebagai pengembangan aspek

sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa melalui penerapan pendekatan

saintifik yang didukung oleh tiga model pembelajaran rekomendasi pusat, yaitu

discovery learning, problem based learning, dan project based learning. Guru

model menilai bahwa pembelajaran berbasis pendekatan saintifik bukan

merupakan hal yang baru karena pada Kurikulum 2006, guru model telah sering

menerapkan model pembelajaran kooperatif yang juga memuat kegiatan

pembelajaran 5M. Evaluasi pembelajaran dipahami sebagai pengukuran

ketercapain pengembangan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa

melalui berbagai metode penilaian. Guru model menilai bahwa evaluasi

pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 lebih kompleks dan terperinci. Selain itu,

metode penilaian hasil pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum 2013 juga

sudah ditentukan oleh pusat. Terakhir, guru model memahami bahwa tindak lanjut

penilaian hasil pembelajaran adalah remedial dan pengayaan. Remedial diberikan

untuk siswa yang nilainya belum memenuhi KKM, sedangkan pengayaan

diberikan untuk siswa yang nilainya telah memenuhi KKM.

4.1.3.2 Tindak Guru dalam Perencanaan Pembelajaran Fisika Berbasis Standar Proses Kurikulum 2013

Tindak perencanaan pembelajaran guru dipaparkan berdasarkan transkrip

wawancara dengan guru dan pengawas akademik, serta hasil studi dokumen RPP

guru. Guru A mengungkapkan bahwa rencana kegiatan pembelajaran secara

diskusi tersebut, guru mendiskusikan materi pembelajaran, rancangan praktikum,

dan tugas proyek yang akan diberikan selama satu semester ( Wan/D1/GA/18-04-2015/T19).

Dalam dokumen Contoh Penelitian Kualitatif dalam Pendi (Halaman 93-100)