HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Tindak Guru B
1) Observasi Pertama Pembelajaran di Kelas Guru A
Observasi pertama dilakukan pada 8 April 2015. Guru A melakukan
pembelajaran dengan materi pokok tekanan pada gas ideal. Kegiatan pendahuluan
dilakukan dengan menyampaikan salam pembuka, melakukan absensi,
penyampaian garis besar materi pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan,
serta memeriksa pemahaman siswa tentang asumsi-asumsi dalam gas ideal. Guru
A tidak menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran. Siswa Guru A
mengungkapkan bahwa Guru A memang tidak pernah menyampaikan hal tersebut
pada saat pembelajaran (Wan/D1/SGA/04-05-2015/T2). Hasil verifikasi menunjukkan bahwa Guru A sering melupakan kegiatan tersebut. Guru A menilai
penyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran tidak diperlukan karena guru
bahwa penyampaian indikator dan tujuan pembelajaran dapat menyebabkan siswa
tidak tertarik dengan materi pembelajaran lain di luar indikator. Hal ini
dikarenakan siswa telah terfokus pada indikator dan tujuan pembelajaran yang
harus dicapai, sehingga siswa menggap hal lain di luar indikator tersebut tidak
penting untuk dipelajari. Guru A juga menilai bahwa kegiatan tersebut terkesan
membosankan dan tidak efektif, sehingga hanya akan membuang waktu. Menurut
Guru A, penyampaian indikator dan tujuan pembelajaran tanpa penyampaian garis
besar materi pembelajaran, justru akan menyebabkan siswa tidak memahami
materi yang akan dipelajari (Wan/D2/GA/05-06-2015/T6). Guru A juga ditemukan tidak mengabsen kehadiran setiap siswa secara spesifik per individu.
Kegiatan absensi dilakukan dengan menanyakan siswa yang tidak hadir. Guru A
menyampaikan bahwa kegiatan pembelajaran akan dilakukan dengan metode
diskusi kelompok. Guru A juga menyampaikan materi yang akan dipelajari dalam
diskusi tersebut. Pada akhir kegiatan pendahuluan, Guru A memeriksa
pemahaman siswa tentang asumsi-asumsi yang digunakan dalam mempelajari
materi gas ideal. Siswa menyampaikan asumsi-asumsi tersebut dan Guru A
menuliskannya di papan tulis. Asumsi tersebut dijadikan acuan oleh Guru A dalam
menjelaskan materi pembelajaran selanjutnya.
Siswa Guru A menyatakan bahwa pada kegiatan pendahuluan, Guru A
sering menunjuk siswa secara langsung dan memberikan pertanyaan terkait materi
pembelajran sebelumnya dan materi yang akan dipelajari. Hal tersebut dilakukan
untuk memeriksa apakah siswa sudah belajar atau belum, karena pada pertemuan
sebelumnya, Guru A telah memberikan PR beruapa tugas baca. Namun demikian,
Guru A memberikan respon yang berbeda antara siswa yang bisa dengan siswa
yang tidak bisa menjawab soal ketika ditunjuk. Siswa yang bisa menjawab soal
akan diberikan pujian, sedangkan siswa yang tidak bisa menjawab akan diberikan
teguran karena tidak belajar (Wan/D1/SGA/04-05-2015/T3).
Kegiatan inti diawali dengan menugaskan siswa untuk duduk berdasarkan
kelompok yang telah disusun pada pertemuan sebelumnya. Anggota kelompok
ditentukan langsung oleh Guru A agar siswa yang pintar dapat terdistribusi secara
merata ke semua kelompok (Wan/D1/SGA/04-05-2015/T4). Setelah siswa duduk dalam kelompok, Guru A membagikan LKS. Selanjutnya, Guru A menyampaikan
teknis kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Siswa diberikan waktu 20
menit untuk mengerjakan soal-soal yang termuat pada LKS. Guru A meminta
siswa untuk bekerjasama dalam menyelesaikan soal tersebut dengan cara merobek
soal-soal pada LKS dan membagikannya kepada seluruh anggota kelompok.
Siswa aktif mengumpulkan informasi dari beberapa buku dan internet. Terdapat
tiga jenis buku yang digunakan, yaitu buku paket yang diberikan oleh sekolah,
serta buku LKS Kreatif dan buku Sagofindo yang dibeli siswa di luar sekolah.
Buku paket dan buku Sagofindo digunakan siswa untuk belajar materi dan contoh
penyelesaian soal, sedangkan LKS Kreatif digunakan sebagai sumber PR, tugas,
dan latihan soal (Wan/D1/SGA/04-05-2015/T1). Siswa Guru A mengungkapkan bahwa materi pembelajaran yang diberikan oleh Guru A sesuai dengan buku
sumber belajar yang mereka miliki. Selain menggunakan sumber buku, Siswa
Guru A juga mencari informasi dari internet. Hal ini dilakukan jika Guru A
diperlukan terbatas keberadaannya pada sumber buku (Wan/D1/SGA/04-05-2015/T5).
Pada saat siswa berdiskusi, Guru A aktif berkeliling menuntun siswa
mengerjakan soal-soal yang termuat pada LKS. Ketika menuntun siswa
menyelesaikan permasalahan pada LKS, Guru A tidak langsung memberikan
jawaban permasalahan tersebut, namun tuntunan tersebut dilakukan dengan
memberikan clue berupa contoh konkrit fenomena fisis dalam kehidupan
keseharian siswa. Tuntunan tersebut juga dilakukan dengan memberikan
pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siswa
Guru A bahwa Guru A sering memberikan pertanyaan menantang pada saat
pembelajaran (Wan/D1/SGA/04-05-2015/T6). Guru A ditemukan sering menghubungkan konsep-konsep fisis pada pembelajaran sebelumnya dengan
materi yang sedang dipelajari. Penekanan konsep-konsep fisis tersebut dilakukan
dengan bahasa tubuh dan mimik wajah yang ekspresif. Guru A terlihat sering
tersenyun dan terkadang menyampaikan pernyataan humor, sehingga siswa
tertawa. Siswa Guru A mengungkapkan bahwa Guru A memang sering tersenyum
dan membuat siswa tertawa agar siswa tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran
(Wan/D1/SGA/04-05-2015/T7).
Setelah kegiatan diskusi berakhir, Guru A bersama siswa membahas semua
permasalahan yang termuat dalam LKS. Guru A meminta perwakilan
masing-masing kelompok untuk menyampaikan jawaban dari soal yang sedang dibahas.
Guru A mencatat semua jawaban tersebut di papan tulis dan melakukan
perbandingan. Guru A menanyakan kepada semua siswa apakah jawaban
jika mengatakan jawaban tersebut benar atau salah. Terakhir, Guru A menjelaskan
jawaban yang benar dan menyimpulkannya dalam bentuk rumus.
Guru A menyampaikan materi pembelajaran secara sistematis dari mudah
ke sulit dan dari konkrit ke abstrak. Penurunan rumus gas ideal dilakukan
berdasarkan jawaban siswa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan
suatu gas. Guru A sering memberikan contoh konkrit untuk menjelaskan konsep
fisis yang abstrak. Sebagai contoh, dalam menjelaskan hubungan suhu, jarak antar
partikel, dan tekanan gas, Guru A memberikan analogi perbandingan gerakan
sekelompok siswa yang berada dalam ruangan kelas pada suhu kamar dan
ruangan kelas yang bersuhu tinggi. Guru A juga menjelaskan makna fisis dari
rumus yang diturunkan. Pada saat siswa bertanya, Guru A tidak langsung
menjawab pertanyaan tersebut, namun Guru A melemparkan pertanyaan tersebut
kepada siswa lain. Jika tidak ada siswa yang dapat menyelesaikan permasalahan
tersebut, maka Guru A yang akan menjelaskan. Guru A juga sering meminta siswa
menuliskan jawaban kelompoknya di papan tulis dan menjelaskannya di depan
kelas. Guru A selalu mengajak siswa lain memberikan penghargaan berupa tepuk
tangan bagi siswa yang telah menjelaskan jawaban kelompoknya di depan kelas.
Pada kegiatan penutup, Guru A ditemukan tidak membuat kesimpulan.
Kesimpulan dibuat secara periodik di akhir pembahasan setiap konsep dan
penurunan rumus pada kegiatan inti. Menurut Guru A, jika kesimpulan dibuat
sekaligus di akhir pembelajaran, maka terdapat peluang siswa melupakan konsep
pembelajaran yang telah dibahas di awal pembelajaran. Siswa cenderung lebih
mengingat materi pembelajaran yang dibahas paling akhir. Guru A menilai proses
menciptakan ingatan jangka pendek siswa. Terdapat dua metode penyimpulan
materi yang diterapkan oleh Guru A, yaitu metode konfrontasi dan metode
intervensi. Metode konfrontasi dilakukan melalui adu argumen antar kelompok
yang dimoderatori langsung oleh Guru A. Metode ini dilakukan jika pada saat
diskusi kelompok, siswa mengajukan solusi penyelesaian soal berbeda. Metode
intervensi dilakukan jika siswa tidak memahami konsep yang diajarkan. Guru A
menyimpulkan suatu konsep tanpa melibatkan argumen siswa (Wan/D2/GA/05-06-2015/T7). Guru A ditemukan tidak menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Guru A juga tidak memberikan tugas dan PR. Di akhir
kegiatan penutup, Guru A bersama siswa hanya menyampaikan salam penutup.