4. Tugas belajar mengarah pada akuntabilitas (pertanggungjawaban), karena peserta didik dituntut untuk mempertanggung- jawabkan.
Pembelajaran, atau apapun namanya, bukan usaha sepihak. Keberhasilan pembel- ajaran karena kontribusi yang signifikan antara guru sebagai designer pembelajaran dan peserta didik sebagai pihak yang harus mengerjakan, mengalami, berbuat, berproses terhadap apa yang sudah didesain oleh guru. Oleh karena itu, belajar yang bermakna diperoleh peserta didik dengan melakukannya/mengalami. Belajar menjadi lebih lancar jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu. Hasil tugas belajar kemudian dipertanggungjawabkan kepada guru dan juga peserta didik lainnya, bahkan juga kepada orang tua dan masyarakat.
Vella (2009) memberikan beberapa alasan mendasar mengapa taking learning to task efektif sebagai strategi pembelajaran peserta didik dewasa. Di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Tugas belajar ‘menghentikan’ guru dan
peserta didik dari hanya berkata-kata. 2. Ada insurance atau jaminan keterlibatan pe-
serta didik yang tinggi dengan tugas belajar. 3. Tugas belajar memberi ruang yang luas
terhadap munculnya pemikiran kritis. 4. Sebuah tugas belajar menjamin kerja peserta
didik yang komprehensif.
5. Tugas belajar juga memastikan penyelesai- an semua pencapaian sasaran.
6. Produk tugas belajar menawarkan indikator (kompetensi) yang substantif.
7. Evaluasi belajar lebih variatif, tidak hanya hasil namun juga proses.
8. Tugas belajar dapat memanfaatkan formasi kelompok kecil.
9. Tugas belajar memungkinkan dialog intragrup yang konstruktif.
10. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran karena terlibat dalam tugas belajar.
11. Tugas belajar dapat beragam untuk semua jenis peserta didik.
12. Tugas belajar melibatkan semua domain (fungsi kognitif, fungsi afektif, dan fungsi psikomotorik).
13. Tugas belajar menghasilkan dokumentasi akademis yang lengkap.
14. Tugas belajar membuat manajemen waktu lebih efisien.
Sedangkan More (2005) menyatakan bahwa, taking learning to task sebagai sebuah strategi pembelajaran yang tepat untuk peserta didik dewasa, karena alasan berikut.
1. Aktivitas guru semakin berkurang (tidak dominan), namun sebaliknya aktivitas peserta didik semakin besar dan kompleks; hal ini semakin baik.
2. Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa, hal ini juga semakin baik. Waktu yang banyak dipergunakan siswa untuk mengambil tugas belajarnya.
3. Sesuai dengan kesiapan dan kematangan peserta didik dewasa yang terus bertambah.
Model Pembelajaran untuk Tugas Belajar
Moore (2005:257), mendefinisikan model pembelajaran sebagai prosedur atau langkah- langkah sistematis dalam mengorganisasikan/ mengatur pengalaman belajar yang hendak dialami peserta didik untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga sebenarnya model pembelajaran sama artinya dengan pendekatan, strategi, atau metode pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu deskripsi lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus, desain unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku pelajaran, buku kerja, program multimedia dan bantuan belajar melalui program komputer.
Knowles(1986:48), menyebutkan beberapa model pembelajaran orang dewasa dalam rangka tugas belajar, seperti small group discussion, role play and simulation, case study, discovery learning, self directed learning, cooperative learning, collaborative learning, contextual instruction, project based learning, dan problem based learning.
Tabel 1 memberikan gambaran konkrit keterkaitan antara model pembelajaran sebagai implementasi taking learning to task dan tugas
Taking Learning to Task
Tabel 1: Implementasi Taking Learning to Task dan Kaitannya dengan Model Pembelajaran Model
Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik
Tugas Belajar Peserta didik Small Group Discussion - - - Membuat rancangan dan materi diskusi. Menjadi moderator sekaligus mengulas hasil diskusi peserta didik pada setiap akhir sesi. Memilih bahan diskusi. - - - Membentuk kelom- pok (5-10 orang). Memilih bahan diskusi. Mempresentasikan makalah/hasil kerja kelompok dan mendiskusikannya di kelas. - Berdiskusi dan mempresentasi- kan hasil diskusi
Simulation - - Merancang situasi /kegiatan, dapat berupa bermain peran, model komputer, atau berbagai latihan simulasi. Membahas kinerja peserta didik. - - Mempelajari dan menjalankan suatu peran. Mempraktikkan/me- ncoba berbagai model (komputer) yang telah disiapkan.
-
-
-
Memerankan seorang tokoh da- lam sosio drama Sebagai enumerator mengumpulkan data lapangan Mensimulasikan suatu program komputer hasil kreasinya Discovery learning - - Guru memberi rangsangan berupa masalah yang harus dipecahkan
Memeriksa dan memberi ulasan terhadap hasil belajar mandiri peserta didik.
-
-
Mencari, mengum- pulkan, dan menyu- sun, informasi yang ada untuk mendes- kripsikan suatu pengetahuan. Mempresentasikan hasil tugas belajar berupa temuan- temuan beserta analisanya. - - - - - - Membuat hipotesa Menganalisi ma- salah yang terjadi Mengumpulkan data (data collection Mengolah data (data processing Melakukan pem- buktian hipotesa (verification) Menyimpulkan Self-Direct Learning - - Sebagai fasilitator Memberi penjelasan pengertian self direct learning dan apa yang harus dilakukan peserta didik. - - Merencanakan kegiatan belajar, melaksanakan, dan menilai pengalaman belajarnya sendiri. Mempresentasikan hasil tugas belajarnya. - - - Membuat suatu schedule untuk menyelesaikan sebuah proyek /portofolio Melaksanakan kegiatan sesuai schedule Memberi penilai- an apakah kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik dan memberi hasil yang optimal
Model
Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik
Tugas Belajar Peserta Didik Cooperative learning - - Merancang dan memantau proses belajar dan hasil belajar kelompok peserta didik. Menyiapkan suatu masalah/kasus atau bentuk tugas untuk diselesaikan oleh peserta didik secara berkelompok - - Membahas dan menyimpulkan masalah/tugas yang diberikan guru secara berkelompok.
Mempresentasikan hasil tugas belajar.
- - Menganalisis masalah/kasus dari berbagai sudut pandang. Misalnya, bagai- mana mengurangi kemacetan saat mudik lebaran. Bekerja dalam kelompok-kelom- pok kecil menye- lesaikan masalah /kasus yang ada Collaborative
Learning
-
-
Merancang tugas yang bersifat open ended.
Sebagai fasilitator dan motivator.
-
-
Bekerja sama dengan anggota
kelompoknya dalam mengerjakan tugas. Mempresentasikan hasil tugas belajar.
- - Melakukan praktikum di laboratorium secara kelompok Mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS) berdasarkan hasil praktikum Contextual Instruction - - Menjelaskan bahan kajian yang bersifat teori dan mengait- kannya dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari- hari, kehidupan dunia kerja. Misalnya: profesionalitas dalam bekerja, manajemen organisasi, atau mengenai entrepreneurship. Menyusun tugas peserta didik untuk studi ke lapangan. - - - Membahas konsep (teori) berkaitan dengan situasi nyata. Melakukan studi lapangan/terjun di dunia nyata untuk mempelajari kesesuaian teori dengan kondisi riil. Mempresentasikan hasil tugas belajar.
- - - Melakukan studi lapang kesebuah perusahaan terkenal Membandingkan antara teori (misalnya: mana- jemen organisasi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan) dengan kondisi riil perusahaan tersebut Menganalisis apakah ada hubungan yang signifikan antara teori organisasi dengan kinerja perusahaan tersebut
Taking Learning to Task
Model
Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik
Tugas Belajar Peserta Didik Cooperative learning - - Merancang dan memantau proses belajar dan hasil belajar kelompok peserta didik. Menyiapkan suatu masalah/kasus atau bentuk tugas untuk diselesaikan oleh peserta didik secara berkelompok - - Membahas dan menyimpulkan masalah/tugas yang diberikan guru secara berkelompok.
Mempresentasikan hasil tugas belajar.
- - Menganalisis masalah/kasus dari berbagai sudut pandang. Misalnya, bagai- mana mengurangi kemacetan saat mudik lebaran. Bekerja dalam kelompok-kelom- pok kecil menye- lesaikan masalah /kasus yang ada Collaborative
Learning
-
-
Merancang tugas yang bersifat open ended.
Sebagai fasilitator dan motivator.
-
-
Bekerja sama dengan anggota
kelompoknya dalam mengerjakan tugas. Mempresentasikan hasil tugas belajar.
- - Melakukan praktikum di laboratorium secara kelompok Mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS) berdasarkan hasil praktikum Contextual Instruction - - Menjelaskan bahan kajian yang bersifat teori dan mengait- kannya dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari- hari, kehidupan dunia kerja. Misalnya: profesionalitas dalam bekerja, manajemen organisasi, atau mengenai entrepreneurship. Menyusun tugas peserta didik untuk studi ke lapangan. - - - Membahas konsep (teori) berkaitan dengan situasi nyata. Melakukan studi lapangan/terjun di dunia nyata untuk mempelajari kesesuaian teori dengan kondisi riil. Mempresentasikan hasil tugas belajar.
- - - Melakukan studi lapang kesebuah perusahaan terkenal Membandingkan antara teori (misalnya: mana- jemen organisasi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan) dengan kondisi riil perusahaan tersebut Menganalisis apakah ada hubungan yang signifikan antara teori organisasi dengan kinerja perusahaan tersebut
belajar yang harus dilakukan peserta didik dan peran/tugas guru.
Keunggulan Taking Learning to Task
Hasan (1996) menyatakan, munculnya berbagai strategi pembelajaran menunjukkan, tidak ada sa tupun stategi pembelajaran yang paling sesuai untuk segala tujuan pembelajaran, jenis materi, dan proses pembelajaran. Semua strategi pembelajaran yang ada pada dasarnya adalah untuk saling melengkapi. Oleh karena itu, setiap strategi pembelajaran pasti memiliki keunggulan sekaligus memiliki kelemahan, termasuk strategi pembelajaran taking learning to task sebagai strategi pembelajaran bagi peserta didik dewasa. Fanany (2013) menyebutkan beberapa kelebihan implementasi strategitaking learning to task untuk pembelajaran bagi orang dewasa. Kelebihan itu antara lain adalah, (1) derajad partisipasi peserta didik sangat tinggi, karena harus menyelesaikan tugas belajarnya sejak awal hingga akhir pembelajaran; (2) dalam situasi tertentu, kemampuan bekerja sama peserta didik akan meningkat jika mereka harus menyelesaikan tugas belajar dalam sebuah team work; dan (3) mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan bertindak kreatif.
Sedangkan Sutikno (2013) menyatakan, beberapa kelebihan strategi pembelajaran ini bagi peserta didik dewasa ini antara lain adalah, (1) peserta didik memperoleh pengalaman langsung ketika mereka harus menyelesaikan tugas belajarnya di lapangan; (2) peserta didik mempunyai kesempatan untuk mengapli- kasikan pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar di sekolah, di tempat praktek kerja, atau di masyarakat; dan (3) peserta didik dilatih mengikuti suatu proses berurutan setahap demi setahap dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya, terutama berkaitan dengan memecahkan suatu masalah, melakukan eksperimen.
Kelebihan lain menurut penulis adalah, (1) taking learning to task menciptakan sebuah lingkungan pembelajaran yang menempatkan siswa benar-benar sebagai subjek belajar, menghargai originalitas pemikiran peserta didik,
kontribusinya, dan pengalaman selama menye- lesaikan tugas belajarnya; (2) memberi kesem- patan kepada peserta didik menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran; (3) mengem- bangkan kemampuan berpikir kritis, keteram- pilan pemecahan masalah; (4) mengembangkan kemampuan berpikir divergen dalam memecah- kan suatu masalah; (5) menumbuhkan semangat pantang menyerah, daya juang tinggi, dan sikap disiplin untuk menyelesaikan tugas-tugas belajarnya; dan (6) menciptakan manusia- manusia pembelajar.
Kelemahan Taking Learning to Task dan Cara Mengatasi
Kelemahan penerapan taking learning to task, menurut penulis terletak pada hal yang sifatnya teknis dan bukan substantif. Karena, strategi ini fokusnya menekankan pada proses belajar yang harus dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan tugas belajarnya. Kelemahan tersebut di antaranya adalah, (1) membutuhkan waktu relatif banyak dibandingkan dengan pembelajaran yang berorientasi pada pencapain hasil dan sekedar memenuhi target kurikulum; (2) belum semua guru memahami bagaimana memberi tugas-tugas belajar yang memiliki bobot kemaknaan (meaningful), urgensi, dan nilai kegunaan bagi pesert didik; dan (3) tidak semua peserta didik datang ke sekolah berbekal motivasi yang tinggi dan passion untuk belajar, apalagi harus terlibat dalam tugas belajar yang menuntut kesiapan, kemauan, dan mentalitas yang kuat untuk menyelesaikan tugas belajarnya.
Mencermati kelemahan penerapan taking learning to tasktersebut di atas, maka prasyarat mendasar supaya strategi ini berhasil diterapkan adalah:, (1) ada perubahan mind set guru, bahwa menyelesaikan target kurikulum bukanlah indikator mutlak keberhasilan pembelajaran, namun terpenting adalah mengantar peserta didik melewati proses pembelajaran bermakna dan bermanfaat dengan membawa anak ke dalam tugas belajar; (2) menuntut profesionalitas (kompetensi) guru memilih materi esensial dan menentukan tugas belajar yang relevan bagi peserta didik untuk menguasai materi esensial
Taking Learning to Task
tersebut; (3) guru harus mampu melakukan pra kondisi atau pengkondisian kelas agar peserta didik dengan senang hati, penuh motivasi siap menyelesaikan tugas-tugas belajar; dan (4) harus ada paradigma baru dari peserta didik, bahwa keberhasilan belajarnya bukan usaha sepihak dari guru, namun juga karena partisipasi peserta didik.
Simpulan
Kesimpulan
Taking learning to task memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik. Tugas belajar menghasilkan sejumlah kompetensi ketika peserta didik berinteraksi dengan konten dan kegiatan belajar. Tugas belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik. Hal ini jelas memperlihatkan bahwa berbagai tugas belajar, baik dari sisi kuantitas dan kualitas (jumlah, kedalaman) hanya terjadi melalui strategi pembelajaran yang diterapkan di dalam proses pembelajaran.
Taking learning to task memberi kesempat- an peserta didik untuk bekerja secara nyata sebagai wujud poses belajarnya. Oleh karena, itu strategi pembelajaran ini menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar penuh, yang ditunjukkan dengan aktivitas menyelesaikan tugas belajarnya. Dalam perspektif ini, guru tidak lagi dominan; sebaliknya aktivitas peserta didik semakin besar, maka hal ini semakin baik. Dengan demikian, guru memiliki sedikit waktu untuk mengaktifkan siswa, hal ini juga semakin baik. Waktu yang banyak justru dipergunakan peserta didik untuk mengerjakan tugas belajarnya. Taking learning to task sangat sesuai dengan kesiapan dan kematangan peserta didik dewasa yang terus bertambah, khususnya dari sisi kemampuan kognitifnya.
Taking learning to task menghasilkan sejumlah dokumen akademik dan scientific document sebagai bukti bahwa peserta didik telah menguasai sejumlah ilmu dan pengeta- huan tertentu sebagai prasyarat menyelesaikan tugas belajarnya.
Saran
Memperhatikan kelemahan yang ada dari implementasi strategi pembelajaran orang dewasa ini, beberapa saran disampaikan sebagai berikut.
1. Guru tidak perlu khawatir jika target kurikulum tidak tercapai karena fokus kurikulum nasional (KBK, KTSP, Kurikulum 2013) lebih menekankan proses, bukan hasil. Apalagi, hasil Ujian Nasional (UN) fokusnya sebagai instrumen pemetaan kondisi pendidikan daerah dan nasional, dan tidak lagi dijadikan penentu kelulusan. 2. Guru harus memahami dan mampu menentukan berbagai tugas belajar yang dapat membawa peserta didik ke arah higher order thinking. Bukan saatnya lagi berpikir, yang penting memberi tugas belajar, tanpa menyadari ada maknanya, urgensinya, dan manfaatnya atau tidak. 3. Peserta didik harus menyadari, tugas-tugas
belajar, merupakan salah satu bentuk latihan untuk membentuk pribadi yang smart, terampil, berpikir kritis, kreatif, disiplin, dan tidak mudah menyerah.
Daftar Pustaka
Crowl, T. K., Kaminsky, S., & Podell, D. M. (1997). Educational psychology: Windows on teaching. Madison, WI: Brown and Benchmark
Fanany, El. (2013). Guru sejati guru idola. Yogyakarta: Araska
Hurlock, Elizabeth. (2006). Psikolog perkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan). Jakarta: Erlangga
Knowles, Malcom. (1986). The adult leaner a neglected species. London:Gulf Publishing More, Kenneth. (2005). Effective instructional strategies; From theory to practice. London: SAGE Publications
Quirk, M. (2006). Intuition and metacognition in medical education: Keys to developing expertise. New York: Springer Publishing Company, Inc
Sulaeman, Dadang. (1988). Teknologi/metodologi pengajaran. Jakarta: Departemen Keguruan Nasional, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi
Sutikno, Sobry. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Upaya kreatif mewujudkan pembelajaran yang berhasil. Lombok: Holistica
Syamsu M. (1994). Teori belajar orang dewasa. Jakarta: Depdikbud
Vella, Jane. (2009). Taking learningto task: Creative strategies for teaching adults. Boston: Jossey-Bass
http://www.learnersdictionary.com/definition /task
http://id.wikipedia.org/ Kompas, 14 Juli 2016