• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal No26 Thn15 Juni2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jurnal No26 Thn15 Juni2016"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan penelitian ilmiah para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung Jawab Ir. Suwandi Supatra, MT.

Pemimpin Redaksi Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Sekretaris Redaksi Rosmawati Situmorang

Dewan Editor Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A. Dr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.

Dr. Elika Dwi Murwani, M.M. Etiwati, S.Pd., M.M. Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.

Alamat Redaksi :

Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470 Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968

(3)

Jurnal Pendidikan Penabur

Nomor 26/Tahun ke-15/Juni 2016

ISSN: 1412-2588

Daftar Isi, i

Pengantar Redaksi, ii - v

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan Emosional dan Kognitif Anak Usia 4,5 Tahun, Felucia Hendriette E.P., 1-9

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia pada Koran Daerah, Yohanes Paiman, 10-27

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card, Hilda Karli, 28-50

Penggunaan Media Gambar Berseri Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Prosedur,

Sakila, 51-68

Taking Learning to Task, Strategi Pembelajaran Orang Dewasa, Yuli Kwartolo, 69-81

Memaknai Dosa melalui Pendidikan Kristiani, Paulus Eko Kristianto, 82-94

Isu Mutakhir: Kegiatan Bermain: Sarana Mengembangkan Potensi Anak, Mudarwan, 95-102

Resensi buku:Anak, Sang Peniru Andal, Inge Pudjiastuti Adywibowo, 103-107

(4)

ebagai mahluk sosial, manusia menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi satu sama lain. Seseorang menyampaikan pikiran atau perasaannya dengan menggunakan bahasa dalam ragam lisan atau tertulis. Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki kaidah yang mengatur susunan kata dan kalimat sehingga pesan atau gagasan yang ingin disampaikan dapat dipahami oleh orang lain yang menggunakan bahasa yang sama. Setiap bahasa memiliki kaidah sendiri walaupun dalam rumpun bahasa tertentu kemungkinan ada kesamaan satu sama lain misalnya, antara bahasa Indonesia dengan bahasa Malaysia, bahasa Jerman dengan bahasa Belanda.

Dalam ragam bahasa tulisan kaidah bahasa termasuk ejaan yang mencakup pembentukan kata/istilah, penulisan kata, penggunaan huruf besar dan kecil, penggunaan tanda baca, penyusunan kata dalam kalimat, penyusunan kalimat dalam paragraf, dan penyusunan paragraf dalam satu wacana. Sedangkan dalam ragam bahasa lisan, kaidah bahasa termasuk cara mengucapkan huruf dan kata serta intonasi. Penggunaan kaidah bahasa secara benar mempengaruhi efektivitas komunikasi dalam arti semakin baik menggunakan kaidah bahasa, semakin tepat tujuan komunikasi tercapai. Sebaliknya, semakin banyak kesalahan kaidah bahasa dipergunakan, semakin besar kemungkinan terjadi distorsi dalam berkomunikasi sehingga pesan yang disampaikan salah dipahami atau terjadi kesalah pahaman.

Sungguhpun pada dasarnya terdapat kesamaan kaidah dalam bahasa ragam lisan dan tulisan akan tetapi ada perbedaan dalam penggunaan kata dan kalimat. Misalnya, terdapat kata atau frase tertentu dalam bahasa lisan biasa dipergunakan tetapi dalam bahasa tertulis tidak lazim. Dalam bahasa lisan sering juga unsur-unsur kalimat tidak dipakai secara lengkap, tetapi pesan yang disampaikan dipahami dengan baik oleh pihak lain. Bahkan kalau menggunakan susunan kata yang lengkap, komunikasi itu terkesan kaku dan tidak efisien. Misalnya, untuk mengajak teman akrab kita makan siang, kita mengatakan, “ Makan yuk!” Kemudian, teman itu menjawab, “Belum lapar”. Komunikasi terjadi dengan baik, walaupun ajakan dan jawaban itu tidak menggunakan unsur kalimat yang lengkap.

Dalam bahasa tertulis, kaidah bahasa seyogianya dipergunakan secara benar dan konsisten. Oleh karena itu, orang yang menggunakan bahasa tertulis hendaknya memahami kaidah bahasa yang ia gunakan untuk menghindari kesalahpahaman pembaca. Apalagi, berkomunikasi secara tertulis tidak dibantu dengan intonasi atau ekspresi wajah yang dapat memperjelas pesan. Ketaatazasan menggunakan kaidah bahasa dalam tulisan ilmiah sangat diperlukan agar kebenaran yang hendak disampaikan dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pembacanya.

(5)

Di samping sebagai alat komunikasi, bahasa juga merupakan alat berpikir. Manusia mengalami kesulitan berpikir tanpa menggunakan bahasa, matematika dan logika. Proses berpikir menggunakan bahasa dan penguasaan bahasa yang baik membantu kelancaran berpikir yang hasilnya kemudian dikomunikasikan dalam ragam bahasa lisan atau tertulis. Penggunaan bahasa yang kacau mencerminkan penalaran dan pikiran yang kacau juga.

Bahasa juga dapat dijadikan salah satu penciri kepribadiaan seseorang. Kesantunan dapat dilihat dari pilihan dan susunan kata yang dipergunakan. Oleh karena itu, sejak kecil anak dibiasakan mendengar dan menggunakan kata dan ungkapan yang sopan. Mereka dijauhkan dari penggunaan kata atau ungkapan kasar dan tidak pantas agar mereka tidak menirunya. Tidak jarang anak dianggap tidak sopan atau ‘kurang ajar’ karena mengucapkan kata atau ungkapan yang tidak pantas. Sebaliknya, anak dianggap baik dan ‘manis’ dari tutur katanya. Di balik itu semua, orang tua dan lingkungan hendaknya peka terhadap ‘keunggulan’ anak dalam meniru prilaku orang sekitarnya, sebagaimana dikemukakan dalam buku Anak, Peniru yang Andal yang resensinya dimuat dalam Jurnal ini. Kepekaan anak terhadap lingkungannya juga tergambar pada hasil penelitian Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan Emosional dan Kognitif Anak yang memberikan saran antara lain agar orang tua hati-hati dalam mengasuh anaknya, termasuk menggunakan bahasa kepada anak.

Penguasaan bahasa sebagai alat komunikasi dan alat berpikir sangat penting dalam kehidupan sosial dan merupakan salah satu alasan kuat, pelajaran bahasa diberikan di lembaga pendidikan mulai dari pendidikan usia dini sampai pendidikan tinggi. Walaupun demikian, berbagai kesalahan penggunaan kaidah bahasa masih sering ditemukan. Sebagai contoh, dalam makalah mahasiswa S1, S2, dan S3 masih terdapat banyak kesalahan penggunaan kata ‘di’ sebagai kata depan dan kata awalan. Penulisan ‘diatas’, ‘disamping’, dan ‘di tunjuk’, ‘di terima’ masih saja terdapat pada tulisan mahasiswa. Lebih memprihatinkan lagi, di antara mahasiswa yang membuat kesalahan itu adalah berprofesi sebagai guru atau dosen.

(6)

calon pembeli.

Media massa seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi diharapkan dapat dijadikan teladan dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sejumlah media massa sudah menyadari peranannya dalam menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, tetapi hasil penelitian koran daerah yang dimuat dalam Jurnal ini, dengan judul Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Koran Daerah, menunjukkan berbagai kesalahan penggunaan kaidah bahasa Indonesia ditemukan. Tanpa disadari oleh pengelola, media massa mereka menyebarkan kesalahan penggunaan kaidah bahasa kepada masyarakat yang juga tidak mengetahui kesalahan itu dan mungkin menirunya. Dalam keadaan demikian, media massa menjadi penyebar virus kesalahan berbahasa, bukan menjadi pembina penggunaan bahasa yang baik dan benar.

Sejak usia dini anak belajar bahasa mulai dengan mendengar, meniru, dan menggunakannya secara benar. Sebelum memasuki lembaga pendidikan, anak sudah memiliki kemampuan berbahasa walaupun masih sederhana. Lembaga pendidikan mengembangkan kemampuan berbahasa anak dengan memperkaya kosa kata dan menyusun kalimat menggunakan kaidah bahasa yang baku. Berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran dikembangkan untuk memudahkan anak belajar serta meningkatkan kemampuan berbahasanya. Berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam menulis teks prosedur, Jurnal ini memuat pengalaman seorang guru menggunakan bekas pembungkus makanan sebagai sumber belajar. Dalam tulisan berjudul Penggunaan Gambar Berseri Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Prosedur, penulis mendeskripsikan bagaimana media sederhana dapat dijadikan sumber belajar yang relatif murah tetapi efektif meningkatkan kemampuan anak dalam menulis teks prosedur.

Pemerintah dan masyarakat Indonesia sesungguhnya belum puas dengan mutu sumber daya manusia yang dihasilkan melalui jalur pendidikan. Indeks prestasi siswa dan mahasiswa dalam berbagai bidang masih kalah bersaing di tingkat internasional. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran terus menerus ditingkat dengan berbagai cara yang antara lain ialah dengan menyempurnakan kurikulum, meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, melengkapi sarana dan prasarana pendidikan. Di samping itu, manajemen sekolah juga ditingkatkan yang antara lain menggunakan metode Balance Score Card seperti diungkapkan dalam tulisan Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card.

(7)

diutamakan sebagaimana dibahas dalam isu mutakhir dengan judul Anak-Anak dan Kegiatan Bermain.

Kurikulum 2013 yang diterapkan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014 bertujuan meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan dengan memberikan penekanan pada pendidikan karakter. Manusia Indonesia yang dihasilkan melalui pendidikan diharapkan tidak hanya unggul dalam kognitif dan psikomotorik saja, tetapi juga memiliki kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut bangsa Indonesia. Di samping pendidikan karakter dilakukan melalui setiap kegiatan pendidikan di sekolah dan luar sekolah, pendidikan agama di sekolah memegang peranan penting. Salah satu penyebab tercederainya kepribadian adalah dosa yang membuat manusia menderita ketika masih hidup dan sesudah meninggal. Bagaimana memaknai dosa itu secara benar sehingga terhindar darinya, Jurnal ini memuat tulisan dengan judul Memaknai Dosa melalui Pendidikan Kristiani Transformatif.

Jurnal Pendidikan Penabur No 26 Tahun ke 15 ini dilengkapi dengan profil BPK PENABUR Bandar Lampung yang secara umum memperoleh kemajuan yang cukup menggembirakan dan diharapkan terus berkembang di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat. Semangat kristiani diharapkan menguatkan motivasi pendidik dan tenaga kependidikan di BPK PENABUR Bandar Lampung untuk tetap tekun memberikan pelayanan kasih melalui kegiatan pendidikan dan ikut berperan serta dalam mencerdaskan bangsa. Selamat bekerja.

(8)

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan Emosional

dan Kognitif Anak Usia 4,5 Tahun

Felucia Hendriette E.P.

E-mail: felucia.purukan@bpkpenaburjakarta.or.id Bagian Kurikulum dan Evaluasi BPK PENABUR Jakarta

P

Abstrak

enelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pola pengasuhan terhadap perkembangan emosional dan kognitif anak. Menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang difokuskan pada seorang anak usia 4,5 tahun yang berbakat sekaligus mengalami masalah emosional. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2016 di sekolah TKK 6 PENABUR di Jakarta Utara. Data dikumpulkan dengan menggunakan alat ukur wawancara guru dan orangtua, observasi langsung, studi dokumen (buku anekdot, hasil nilai rapot anak dan portofolio). Dianalisis dengan interactive model dan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber data. Hasil penelitian menunjukkan pola asuh dalam keluarga mempengaruhi perkembangan emosional dan perkembangan kognitif anak.

Kata-kata kunci: perkembangan emosional, perkembangan kognitif, pola asuh

Effects of Parenting Style on the Emotional and Cognitive Development of 4.5 Years Old Child Abstract

The purpose of this researh is to identify the role of parenting style on child’s emotional and cognitive development. As a case study, qualitative descriptive method was employed and focuced on a gifted child of 4.5 years old who had emotional problem. Taking place in TKK 6 PENABUR in Jakarta, the research was conducted in Feberuary and March 2016. The data collected by interviewing the teachers and the parents, direct observation, and document study were analyzed with interactive model and validated with triangulation technique. The findings indicate parenting styles in the family influence both emotional development and cognitive development of a child.

(9)

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan

Pendahuluan

Pendidikan sangat penting bagi perkembangan masyarakat. Semakin berpendidikan rakyat dalam suatu masyarakat, semakin beradab dan baik kedisiplinan masyarakatnya. Dalam hal ini, keluarga memiliki tanggung jawab untuk membuat anak mereka menjadi anggota masyarakat yang produktif. Semakin banyak orang tua terlibat dalam proses menyampaikan pendidikan untuk anak mereka, semakin banyak anak mungkin unggul dalam karir akademik mereka dan menjadi anggota yang produktif dan bertanggung jawab dalam masyarakat. Prestasi akademik siswa tidak hanya tergantung pada kualitas sekolah dan guru, tetapi keterlibatan orang tua, dalam hal ini pola pengasuhannya, juga memiliki peran penting dalam prestasi belajar dan pembentukan karakter yang baik bagi anak mereka.

Anak bukanlah orang dewasa da-lam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus diperlakukan

yang terjadi. Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orang tua dan masyarakat pada umumnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya. Di dalam keluarga, orang tua sering memaksakan keinginannya sesuai kehendaknya, di sekolah guru sering memberikan tekanantidak sesuai dengan tahap perkembangan anak, di berbagai media cetak/elektronika tekanan ini lebih tidak terbatas lagi, bahkan cenderung ekstrim (Sriheriyanti, 2010).

Tekanan yang dialami anak masa prasekolah untuk belajar, baik oleh orangtua maupun guru di sekolah, dapat mempengaruhi perkembangan emosionalnya, seperti yang diungkapkan oleh Hurlock (1992: 241) bahwa ketegangan yang terus menerus, jadwal yang

ketat, dan terlalu banyak pengalaman menggelisahkan yang merangsang anak secara berlebihan akan menimbulkan emosionalitas yang meninggi pada anak.

Selain itu Hurlock (1992, 211) juga mengungkapkan, emosi dapat mempengaruhi aktivitas mental, karena kegiatan mental seperti konsentrasi, pengingatan, penalaran, dan lain-lain sangat mudah dipengaruhi oleh emosi yang kuat. Anak menghasilkan prestasi di bawah kemampuan intelektualnya apabila emosinya terganggu. Demikian juga, anak yang memiliki kecerdasan tinggi tetapi tidak diikuti dengan pengendalian emosi yang baik akan menimbulkan gangguan perkembangan kognitif dan mempengaruhi kehidupan pribadi dan sosial anak .

Di sebuah sekolah Taman Kanak-Kanak di daerah Jakarta Utara, di kelas TK A ditemukan seorang anak laki-laki berinisial “G”berusia 4,5 tahun yang lincah dan aktif. Dari penampilannya terlihat ia seorang anak yang perca-ya diri, sehat dan diasuh dengan tentang anak ini, terutama mengenai kemam-puannya menyerap pelajaran dan sikap emosio-nalnya di kelas.

Dari hasil observasi guru selama di kelas dan nilai di rapot semester satu yang diperoleh, “G” yang tergolong anak yang cerdas dan pandai, ia memperoleh 4 tanda bintang untuk aspek kognitif, bahasa, dan psikomotorik (halus dan kasar). Bintang empat menandakan bahwa anak masuk dalam kategori penilaian Berkembang Sangat Baik (BSB). Penilaian BSB sudah didapatnya sejak ia masih di kelas Kelompok Bermain. Mengenai perkembangan kognitifnya, “G” sudah dapat mengucapkan angka (membilang) dan mengenal angka sampai 100. Ia selalu menyelesaikan tugas pelajaran kognitif lebih cepat dari temannya terutama

Tekanan yang dialami anak

masa prasekolah untuk belajar,

baik oleh orangtua maupun

guru di sekolah, dapat

mempengaruhi perkembangan

(10)

untuk konsep bilangan dan sudah dapat mengonsep bilangan lebih dari 15. Juga dapat menyusun puzzle 12 potong dengan cepat. Hal yang menarik terjadi ketika dites gurunya dalam percobaan air dalam gelas dipindahkan kedalam mangkuk, seperti percobaan dalam teori kognitif Piaget. Anak lain mengatakan, jumlah air lebih banyak di gelas bukan di mangkuk, tetapi menurut “G” jumlah air di dalam gelas dan mangkuk adalah sama banyak. Pemikiran ini, apabila dikaitkan dengan usia anak menurut teori Piaget, seharusnya sudah masuk dalam tahap operasional konkret (usia 7 atau 8 tahun). Dari pengamatan di kelas oleh gurunya juga hasil laporan orangtuanya pada saat penerimaan rapor, “G” di rumah juga dengan cepat dapat menyelesaikan permainan puzzle pada tingkat tinggi sehingga dapat dikatego-rikan “G” adalah anak “gifted” (berbakat). Pengamatan lain yang terjadi di kelas apabila guru akan memulai pelajarannya, “G” akan cepat-cepat duduk paling depan dan terlihat menaruh minat yang besar saat guru menjelas-kan sesuatu, terutama saat pelajaran kognitif (matematika dan sain).

Permasalahan, yang ditemukan di dalam kelas berdasarkan observasi langsung dan informasi guru serta juga laporan orangtua di rumah, ialah “G” bermasalah dalam pengendalian emosinya, antara lain, di sekolah: suka berteriak-teriak, tidak menerima teguran dengan alasan pembelaan diri, suka marah pada teman, tidak mau mengalah (suka merebut mainan teman), tidak tertib saat berbaris (selalu merebut barisan teman di depannya), juga tidak taat pada guru (tidak membereskan mainan setelah selesai bermain). Selain itu, emosionalitas “G” membuat ia cepat menjadi bosan sehingga suka mengganggu temannya. Dan juga apabila “G” melihat temannya tidak bisa mengerjakan tugas dengan baik maupun saat temannya tidak mengerti apa yang “G” mau, “G” tidak bisa mengungkapkannya dan mengakibatkan dia menjadi marah-marah. Sedangkan laporan dari orangtua, “G” marah apabila ditegur, sulit mengikuti peraturan di rumah (salah satu contohnya ia selalu bermain air walaupun sudah dilarang).

Latar belakang keluarga “G” menunjukkan, “G” adalah anak pertama dari dua bersaudara, berasal dari keluarga menegah ke atas. Adiknya, perempuan berusia dua tahun lebih muda darinya. Ibu sudah tidak bekerja sejak anak kedua lahir, sehingga pengasuhan anak ada di bawah ibu langsung (tidak ada pengasuh, hanya ada pembantu), sedangkan bapak bekerja. Pada saat “G” belum punya adik, ia diasuh oleh seorang pengasuh untuk melatih kecerdasan-nya, ibu yang selalu melatihnya setelah ia pulang kantor. Sekarang dalam pengasuhan ibunya, ibu membatasi “G” menonton TV, hanya boleh nonton film anak-anak yang edukatif dan membaca buku. Ibu menyerahkan tanggung-jawab dan kemandirian sepenuhnya kepada “G” karena ibu harus mengurus adiknya yang masih kecil. Ibu yang selalu menuntut dan disiplin membuat “G” menjadi anak yang temperaman dan cenderung agresif (ada letupan emosi = temper tantrum), kalau marah suka berteriak-teriak dan memukul sesuatu di dekatnya. Ia juga memiliki kecemburuan terhadap adiknya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut,pola asuh orangtua di rumah dapat mempengaruhi perkembangan emosional dan perkembangan kognitif anak. Menurut Hurlock, ada tiga jenis ekspresi emosi yang umum, yaitu takut, marah dan senang. Jenis emosi tersebut menunjukkan respon tertentu yang memungkinkan terjadinya perubahan pada perilaku anak. Emosi dapat berubah bukan hanya disebabkan adanya perubahan perasaan, tapi juga karena kondisi lingkungan yang dialami anak. Emosi juga dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak, antara lain melalui perubahan mimik wajah dan fisik yang menyertai emosi, mengomunikasikan perasaannya kepada orang lain dan mengenal berbagai jenis perasaan orang lain (Hurlock , 1992, 215).

Penelitian ini merumuskan 2 (dua) masalah berikut.

(11)

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan

2. Apakah pola asuh orangtua dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak?

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran pola asuh terhadap perkembangan emosional dan perkembangan kognitif anak usia 4,5 tahun. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada guru dan orangtua. Guru dapat memper-oleh informasi dan pengetahuan mengenai hambatan emosional dan kognitif anak terutama yang disebabkan karena pola asuh dari orangtua di rumah. Orangtua mendapat pengetahuan tentang pola pengasuhan anak dan menum-buhkan sikap positif pada perkembangan emosional dan kognitif anak.

Melihat luasnya faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosional dan perkembangan kognitif anak, maka pada penelitian ini akan dibatasi pada faktor pola pengasuhan orangtua yang mempengaruhi perkembangan emosional dan perkembangan kognitif anak.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dimana difokuskan pada seorang siswa TK A berumur 4,5 tahun yang berbakat sekaligus mengalami masalah emosional. Metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus merupakan metode yang tepat untuk menangkap realitas dan menjelaskan mengenai permasalahan emosional dan perkembangan kognitif anak usia dini di sekolah. Studi kasus ini akan didasarkan dari data-data yang dikumpulkan oleh peneliti.

Penelitian ini dilakukan di sekolah TKK 6 PENABUR di Jakarta Utara yang merupakan sekolah di dalam satu yayasan tempat peneliti bekerja pada bulan Februari 2016 sampai Maret 2016.

Salah satu komponen penting dan memegang peranan dalam penelitian kualitatif adalah memilih latar-belakang, dalam hal ini diartikan sebagai tempat kejadian atau lingkungan, dimana suatu kejadian atau

kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan penelitian.

Latar penelitian dilakukan di dalam ruang kelas, dimana peneliti mengamati anak “G”. Untuk wawancara dengan orang tua dan observasi guru, diperlukan ruangan yang tenang dan terjaga privasinya agar proses dapat berjalan lancar, wajar dan diperoleh hasil yang maksimal. Karena keterbatasan waktu dan kondisi yang tidak memungkinkan bagi orangtua untuk menerima tamu di rumah, maka interview kepada orangtua, khususnya ibu dilakukan di sekolah pada saat menunggu anak dan menerima hasil rapor term 3 yang dilakukan oleh guru kelas.

Pada penelitian ini fokus ditujukan pada faktor pola asuh yang mempengaruhi emosional anak usia 4,5 tahun. Penelitian ini juga membahas mengenai faktor pengasuhan perkembangan kognitif yang terpantau dari hasil observasi yang dilakukan oleh guru kelas pada lingkup perkembangan kognitif di sekolah. Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif dan observasi nonpartisipatif yang disesuaikan dengan keadaan anak dan situasi kelas pada saat observasi terjadi, wawancara dan studi dokumen (hasil rapot dan portofolio). Kemudian, data diolah dan dianalis mengacu pada pertanyaan penelitian ini. Data yang digunakan untuk menjawabnya adalah hasil wawancara guru, orang tua dan studi dokumentasi melalui analisis sebab akibat.

Teknik analisis data ini menggunakan Model Miles and Huberman, interactive model, yaitu display, reduksi dan verifikasi data. Uji keabsahan data yang diperoleh menggunakan triangulasi data. Triangulasi sumber data menggunakan wawancara dengan orangtua dan guru kelas juga salinan rapot dan portofolio (dokumentasi) (Sugiyono, 2008, 337-344).

(12)

mengumpulkan setiap dokumen berupa hasil observasi guru kelas, rapor, dan foto aktivitas dalam portofolio dan catatan anekdot yang dilakukan guru sesuai dengan standar sekolah.

Hasil dan Pembahasan

Pada awal pertemuan dilakukan wawancara kepada orangtua dan seorang guru kelas “G” yang berinisial A untuk mengetahui kondisi emosional “G” dengan pertanyaan mengenai perilaku emosional anak yang paling menonjol (positif), dijawab oleh orangtua (OT): “G anak yang ceria dan cerdas, ia senang bereksplorasi dengan benda-benda di sekitarnya di rumah”. Yang didukung oleh guru A: “G anak yang aktif dan cerdas, ia seorang anak yang mempunyai keingintahuan yang besar “.

Untuk pertanyaan emosi negatif yang sering muncul, di jawab oleh OT: “G anak yang mandiri tetapi suka berteriak-teriak dan marah apabila ditegur dan suka melawan kalau disuruh berhenti bermain air”. Sedangkan untuk guru A pertanyaan ditambah dengan bagaimana mengendalikan perasaan saat menunggu giliran, guru A menjawab: “G selalu selesai duluan dalam mengerjakan tugas yang diberikan tetapi tidak sabaran dalam menunggu giliran, terutama saat berbaris. Dia selalu nyerobot barisan teman di depannya, suka marah-marah dengan temannya dengan alasan yang tidak jelas”.

Pertanyaan terakhir tentang pengendalian diri/perasaan, di jawab OT: “G tidak sabar, dalam melakukan sesuatu maunya cepat-cepat, suka teriak-teriak kalo keinginannya tidak terpenuhi”. Guru A menjawab: “G masih suka berebut mainan temannya, tidak mau kalah sama temannya terutama dengan teman yang bernama R, selalu bersaing. G selalu diingatkan untuk membereskan mainannya dan suka marah-marah sama teman yang tidak nurut sama G”.

Untuk pertanyaan penelitian yang pertama, bagaimana peran pola asuh terhadap perkembangan emosional anak, telah dilakukan wawancara kepada ibu dan guru kelas. Dari hasil wawancara tersebut diperoleh hasil, pola asuh yang diterapkan kepada” G” adalah pola

asuh otoriter (authoritatian parenting) bersifat membatasi dan menghukum. Hal ini diakui sendiri oleh ibu yang menjawab: “Saya memang terlalu menuntut dan keras sama G untuk bisa melakukan semuanya sendiri dan saya tidak mengijinkan dia nonton TV dan bermain games tanpa pengawasan saya. Saya memberi kebebasan untuk bermain komputer tapi untuk yang edukatif saja, seperti bermain puzzle. G sangat jago bermain games puzzle”. Sedangkan berdasarkan wawancara dengan guru A, yang melaporkan hasil percakapan dengan OT saat penerimaan rapot: “Memang OT, khususnya mami G, mengakui kalau dia sangat disiplin dan keras terhadap G. Dia tidak boleh nonton TV hanya boleh nonton film kartun anak yang edukatif, karena mami G mau mendidik anak-nya menjadi anak yang pintar dan berhasil”.

(13)

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan

dapat memenuhi ambisi orang tua, anak cenderung bersikap bermusuhan, tidak bertanggung jawab dan berprestasi di bawah kemampuan. Didukung pula oleh pendapat Gunarsah bahwa orang tua dalam mengasuh dan mendidik anaknya sangat dipengaruhi oleh keinginan atau ambisi dari orang tua itu sendiri tanpa melihat kemampuan dari si anak. Sikap yang demikianlah yang dikatakan sebagai sikap mengharap yang berlebih dari orangtua terhadap anaknya (Gunarsa, 2011, 145).

Tipe komunikasi salah antara G dan ibunya menyebabkan suasana rumah penuh dengan kata-kata amarah dan teriakan . Tipe ini terjadi pada pola asuh yang otoriter. Orang tua biasanya menuntut anak atau marah-marah jika tidak sesuai yang diharapkan, akibatnya anak takut berbuat salah dan memilih jalan berbohong menurut Rice (dalamVerauli dalam Eka et al, 2008). Dilihat dari dimensi pola asuh orangtua, kondisi ini termasuk dalam dimensi deman dingness menurut Baumrind (Nancy Darling, 1999: 1) yaitu tuntutan orang tua kepada anak untuk menjadikan satu ke seluruh keluarga, melalui tuntutan mereka, pengawasan, upaya disiplin dan kesediaan untuk menghadapi anak yang melanggar. Tuntutan orang tua yang ekstrim cenderung menghambat tingkah laku sosial, kreativitas, inisiatif, dan fleksibilitas dalam pendekatan masalah pendidikan maupun praktis.

Kemungkinan yang dapat terjadi dari emosionalitas yang timbul dari G di rumah adalah karena adanya kecemburuan terhadap adik barunya, dimana ibu lebih banyak mencu-rahkan perhatiannya untuk adiknya, sementara “G” dituntut sebagai seorang kakak yang harus bertanggung jawab dan menjadi panutan. Hal ini membuat “G” merasa tertekan dan juga mencoba mencari perhatian dengan tingkah laku yang aneh atau berubah. Hal ini didukung oleh pendapat Hurlock (1996, 229-230) tentang hubungan dengan para anggota keluarga, yaitu hubungan yang tidak rukun dengan orangtua atau saudara akan lebih banyak menimbulkan kemarahan dan kecemburuan sehingga emosi ini akan cenderung menguasai kehidupan anak di rumah.

Sedangkan emosionalitas yang timbul dari “G” di dalam kelas karena apabila “G” ingin menggungkapkan sesuatu tetapi teman-temannya tidak mengerti atau tidak melakukan apa yang dia minta dan tidak sesuai dengan ekspektasi dia, dia akan marah besar dan memukul meja. Hal ini kemungkinan karena kecerdasan yang tinggi membuat “G” tidak bisa mengungkapkan dengan baik apa yang ia inginkan. Seperti yang dikatakan oleh Ellen Winner (1996, dalam Santrock 2009, 284-285) dalam salah satu kriteria anak berbakat yaitu adanya hasrat untuk menguasai. Anak berbakat selalu terdorong untuk memahami bidang di mana mereka mempunyai kemampuan yang tinggi. Mereka menampilkan minat yang intens dan berlebih serta kemampuan fokus pada bidangnya. Selain itu, seperti yang dikemuka-kan oleh Hurlock (1996, 211) selain di rumah, sekolah maupun pada kelompok bermain emosi anak juga mempengaruhi suasana psikologis yang terjadi, demikian juga sebaliknya. Anak yang temper tantrum menjengkelkan dan mempermalukan orang lain, sehingga meng-ubah suasana psikologis kepada kemarahan dan kebencian.

Untuk jawaban pertanyaan apakah pola asuh orang tua dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak, terlihat dari hasil wawancara dengan guru serta orang tua dan studi dokumentasi (hasil raport semester 2, term 3 dan foto portofolio pelajaran kognitif)

Data hasil studi dokumen terlihat dalam Tabel 1 dan 2.

Tabel 1: Hasil Rapor Semester 2, Term 3

Hasil rapor term 3 Hasil

Perkembangan kognitif Perkembangan Bahasa Perkembangan Psiko-motorik

Definisi: Berkembang

(14)

Tabel 2: Subjek Pelajaran Kognitif

Hasil Raport Term 3 Hasil

Konsep angka:

membilang 1-20, mengenal angka 1-10 dengan manipulatif dan

worksheet

BSB

Mengenal bentuk:

circle, triangle, square, rectangle

BSB

Mengenal warna:

Warna-warna dasar (merah, kuning, biru, hijau)

BSB

Puzzle 12 keping BSB Maze (mencari jalan keluar) BSB Sains (membuat jurnal dan

menceritakan percobaan yang dilakukan)

BSB

Konsep Pengukuran: BSB Banyak bisa dihitung- banyak tidak bisa dihitung (much - many)

Panjang - pendek (long-short)

Tinggi - pendek (tall-small)

BSB

Gambar 1: Konsep Angka

Gambar 2: Konsep Geometri

Dari Table 1, terlihat bahwa G tidak ada masalah dalam bidang akademik di sekolah. Ia dapat mengikuti semua pelajaran dengan baik dengan nilai tertinggi yaitu bintang 4 (BSB) pada pengembangan kognitif, bahasa dan psikomotorik.

Demikian pula Table 2 menunjukkan, khu-sus untuk pengembangan kognitif, G memper-oleh hasil Berkembang Sangat Baik (BSB) untuk semua subjek pelajaran kognitif yang diberikan.

Gambar 1 tentang konsep angka memperlihatkan, “G” mampu menyusun huruf dan meletakkan alat manipulatif sesuai dengan jumlah angka yang ada dalam kartu angka dengan benar (angka 1 - 7), bahkan “G” dapat menyusunnya sampai konsep angka 15. Sedangkan pada Gambar 2 tentang konsep geometri, menunjukkan, “G” mampu menyusun dan meletakkan gambar pola bentuk (lingkaran,

segitiga, persegi panjang, hati, persegi, oval) dan warna (merah, biru, kuning) yang sama dengan tepat dan benar.

(15)

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan

dengan baik. Keadaan ini bisa terjadi karena berdasarkan para peneliti yang menemukan bahwa pada beberapa kelompok etnis, aspek-aspek gaya pengasuhan otoriter diasosiasikan dengan hasil yang lebih positif. Sebagai contoh, orang tua Asia sering mempraktekkan aspek-aspek mendidik secara tradisional yang terkadang dideskripsikan sebagai otoriter. Banyak orang tua Asia menggunakan banyak kendali atas kehidupan anak mereka. Prestasi akademis yang tinggi dari anak-anak Asia mungkin merupakan akibat dari “pelatihan” yang diberikan oleh orang tua mereka (Stevenson & Zusho, 2002 dalam Santrock, 2011, 102). Hal ini terlihat jelas dari pengakuan ibu “G”dalam mendidik anaknya bahwa “G” lebih banyak membaca buku dan menonton film edukatif untuk anak dibandingkan menonton TV.

Didukung pula dari hasil penelitian Erlanger A. Turner, Megan Chandler dan Robert W. Heffer tentang The Influence of Parenting Styles, Achievement Motivation, and Self-Efficacy on Academic Performance in College Students (May/June 2009), yang menguatkan hasil penelitian sebelumnya (misalnya, Strage & Brandt, 1991) yang menyimpulkan bahwa orangtua, yang mempunyai karakteristik seperti mendukung dan kehangatan, memainkan peran penting dalam mempengaruhi kinerja akademik siswa bahkan setelah memasuki perguruan tinggi. Studi sekarang menemukan, pola asuh otoritatif diprediksi signifikan terhadap kinerja akademik, dan tidak ada hubungan yang ditemukan untuk pola asuh permisif dan otoriter. Temuan juga didukung penelitian sebelumnya berdasarkan SDT, yang menyatakan adanya hubungan antara siswa yang termotivasi secara intrinsik dengan kesuksesan akademis.

Terman (Monks-Nkoers, Haditono ,2006: 246-247) menandaskan bahwa kemampuan intelektual yang tinggi hanya bisa menghasil-kan prestasi yang istimewa bila bekerja sama dengan keteguhan, kepercayaan diri serta lingkungan yang positif. Sedangkan Stern mengemukakan bahwa kecerdasan tinggi dapat layu bila anaknya sendiri acuh atau bila lingkungannya tidak bersikap mendorong. Kemauan kuat yang menyatakan dirinya dalam sikap rajin, ulet, sadar akan kewajiban, disiplin

diri, ambisi dan perhatian sosial adalah mutlak untuk realisasi bakat yang baik itu.

Dengan prestasi yang sangat baik dari “G” walaupun pola asuh dalam keluarganya otoriter terutama dari ibunya yang mengawasi dan mengajarinya langsung, tidak membuat “G” merasa rendah diri dalam kemampuan kognitifnya. Ini bisa terjadi karena “G” mempunyai minat yang besar terhadap kognitif dan motivasi intrinsik dalam dirinya sendiri, sehingga hasil “gemblengan” atau kedisiplinan ibunya membuat ia semakin memacu dirinya lebih baik lagi. Terbukti juga dari hasil observasi di kelas bahwa apabila pelajaran akan dimulai, ia akan cepat-cepat duduk paling depan dan mendengarkan penjelasan guru dengan penuh konsentrasi.

Simpulan

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan emosional dan kognitif anak “G” berusia 4,5 tahun, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Pola asuh yang otoriter dengan banyak tuntutan mempengaruhi perkembangan emosi anak. Anak menjadi emosional dan memiliki temperamen yang kurang baik (marah-marah dan berteriak-teriak tanpa ada sebabnya bahkan melawan dan mengganggu orang lain).

2. Pola asuh yang otoriter juga mempengaruhi perkembangan kognitif anak dalam hal ini anak mengalami seperti “pelatihan “ untuk memacu mendapatkan hasil yang lebih baik. Khusus untuk “G” kecerdasannya didapat selain gemblengan dari orang tua ia juga mempunyai motivasi intrinsik (dalam dirinya) dan minat yang besar terhadap pelajaran matematika dan sain.

Saran

(16)

stimulasi lingkungan belajar yang hangat tanpa banyak tuntutan dan kreatif dengan banyak permainan sehingga anak merasa nyaman saat belajar sekaligus dapat menstimulasi perkembangan kognitif anak. 2. Memberikan pengarahan kepada orangtua mengenai pola asuh anak yang baik dalam bentuk seminar orang tua pada hari Pertemuan Orang Tua Murid di awal semester tahun ajaran baru.

3. Penelitian mengenai pola asuh orang tua sangat menarik, dapat dijadikan bahan penelitian lanjutan dan dikembangkan lagi dengan banyak variabel dan diuji dengan metode penelitian kualitatif.

Daftar Pustaka

Eka, Sulistyorini dan Finta I.K, Siti A. Hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan bicara dan bahasa pada anak usia 2 Tahun di Polindes Gempolan Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri, Jurnal Kesehatan, Volume 6 no 1, Mei 2008

Erlanger A. Turner, Megan Chandler dan Robert W. Heffer tentang The Influence of Parenting Styles, Achievement Motivation, and Self-Efficacy on Academic Performance in College Students. Journal of College Student Development, Volume 50, Number 3, May/June 2009, pp. 337-346 (article).

Published by The Johns Hopkins University Press

Gunarsa, Singgih H dan Gunarsa, Yulia S. (2011). Perkembangan anak & remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Hurlock, B. Elizabeth. (1992). Perkembangan anak. Jilid 2, Edisi 6. Penerbit Erlangga. Hurlock, B. Elizabeth. (1996). Psikologi

perkembangan (Edisi Kelima), Jakarta: Penerbit Erlangga

Monks, F.J. – A.M.P. Knoers and Haditono, S.R. (2006). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai-bagiannya. Jogjakarta: Gajah Mada University Press

Nancy Darling. (1999). Parenting style and its correlates. Journal ERIC DIGEST EDO-PS-99-3. Hlm 99

Santrock, John W. (2009). Psikologi pendidikan (Educational psychology). Buku 1. Edisi ke 3. McGraw-Hill. Jakarta: Salemba Humanika

Santrock, John W. (2011). Masa perkembangan anak. Buku 2. Edisi ke 11. McGraw-Hill. Jakarta: Salemba Humanika

Sugiyono. (2008). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta

(17)

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

pada Koran Daerah

Yohanes Paiman E-mail: yopai057@gmail.com SMPK BPK PENABUR Cirebon

Penelitian

B

Abstrak

adan Bahasa dan Balai Bahasa Indonesia serta lembaga-lembaga pendidikan melakukan pembinaan penggunaan bahasa Indonesia yang baku, baik, dan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana koran daerah di Cirebon menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional pada terbitannya. Penelitian yang termasuk deskriptif evaluatif ini dilakukan di SMPK PENABUR Cirebon pada bulan Oktober 2015 lalu berkaitan dengan peringatan Bulan Bahasa. Data dikumpulkan dengan melakukan observasi penggunaan bahasa Indonesia di 6 (enam) Koran yang dipilih secara acak. Data diolah dan ditabulasi menggunakan statistik sederhana. Hasil penelitian menunjukkan pada koran daerah di Cirebon masih terdapat cukup banyak kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam berbagai rubrik dengan berbagai tipe kesalahan. Disarankan pengelola koran daerah di Cirebon meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia anggota redaksi dan editornya sehingga koran juga dapat berfungsi sebagai pembina bahasa Indonesia yang efektif.

Kata-kata kunci: koran daerah, kesalahan berbahasa, rubrik, editor

Mistakes in Using Indonesian Language in Regional Newspaper Abstract

The Language Institution and the House of Indonesian Language as well as education institutions carry out the development of the use of standard, good and correct Indonesian language. This study aims to know how the local newspapers in Cirebon use Indonesian language as national language in their publications. This evaluative descriptive study was carried out in SMPK PENABUR Cirebon in October 2015 coinciding with the commemoration of Language Month. The data was collected by observing the use of Indonesian language in 6 (six) newspapers which were chosen randomly. The data was processed and tabulated using simple statistics. The result of the study shows that there are a number of mistakes in using Indonesian language in the local newspapers in Cirebon, with various mistake types in various rubrics. It is suggested that the local newspaper publishers in Cirebon develop the ability of the editors to use Indonesian language so that the newspapers can also function as a media of developing effective Indonesian language.

(18)

Pendahuluan

Sebagai makhluk hidup (individual maupun sosial), manusia perlu mengembangkan diri agar terus eksis dan perlu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar agar eksistensinya diakui, diterima, dan dihargai banyak pihak. Untuk mewujudkan semua itu, manusia perlu berkomunikasi internal maupun eksternal. Agar keperluan ini terwujud, manusia perlu menguasai bahasa dan menggunakannya secara intensif, positif, komunikatif, dan produktif. Dengan begitu bahasa telah berperan menjadi alat komunikasi, perangkai, bahkan pemersatu warga masyarakat.

Di Indonesia, kebutuhan masyarakat akan bahasa sebagai alat komunikasi telah didukung oleh pemerintah republik ini. Sejak Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, Bahasa Indonesia (semula bahasa Melayu) menjadi bahasa pemersatu bangsa. Statusnya berangsur-angsur diperkuat seiring dengan kemajuan dan perkembangan bangsa kita. Sejak kemerdekaan Republik Indonesia dan berlakunya Undang-Undang Dasar Tahun 1945, statusnya resmi menjadi bahasa negara (UUD 1945 Bab XV pasal 36; 2006: 9). Di sini bahasa Indonesia berperan sebagai bahasa resmi negara dan sebagai bahasa nasional, sekaligus menjadi alat komunikasi nasional.

Bahasa, termasuk bahasa Indonesia, sebagai alat komunikasi sosial haruslah memiliki dan memenuhi kriteria universalitas bagi pemakainya. Dengan demikian, bahasa itu menjadi bersifat komunikatif dan kontekstual. Untuk mewujudkan bahasa yang demikian, maka pemerintah telah dan terus intensif melakukan berbagai pembinaan.

Pembinaan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, bahasa nasional, dan sebagai bahasa komunikasi nasional lisan maupun tulis diperkuat dengan terbitnya buku rujukan pendukung seperti, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Buku Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus Akronim

Bahasa Indonesia, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, dan Pedoman Pengindonesiaan Nama dan Kata Asing, disamping sejumlah buku panduan berbahasa Indonesia yang baik dan benar yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa maupun Balai Bahasa di tanah air ( Kosasih, 2008 : 27 ).

Komunikasi bahasa tulis perlu mengguna-kan kaidah berbahasa yang baik dan benar agar sajian pesan dan informasi dapat berjalan efektif, tajam, dan komunikatif. Untuk itu, publikasi tertulis perlu memenuhi kaidah bahasa Indonesia dalam komunikasi tertulis. Kaidah itu meliputi tepat diksi, tepat bentuk kata, tepat tata kalimat, memenuhi efektivitas-efisiensi berbahasa, tepat logika, tepat etika, tepat ejaan dan tata tulis, bebas dari pengaruh bahasa daerah dan bahasa asing, padu paragraf dan wacana.

Sadikin (2014: 63-65) menambahkan, bahwa efektivitas dan efisiensi kalimat/pernyataan ditengarai oleh adanya unsur kesepadanan, kecermatan diski, kehematan, kelogisan, kesatuan dan kepaduan, keparalelan dan kesejajaran, ketegasan pengungkapan gagasan sang penulis.

Media masa, termasuk koran daerah, berperan secara kontinyu memasyarakatkan informasi pembangunan dan hasilnya kepada warga dan masyarakatnya. Untuk itu redaktur koran daerah wajib menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar sebagai media komunikasi sosial pada koran yang diterbit-kannya. Sebagai mitra masyarakat, mereka juga berperan memasyarakatkan penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan benar. Mereka perlu menjadi pioner dan teladan pemberlakuan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

(19)

Undang-Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

Undang maupun Peraturan Pemerintah. Ini ditandai oleh banyaknya kesalahan praktik berbahasa masyarakat; baik dalam praktik berbahasa lisan maupun tulis. Kesalahan praktik berbahasa tulis dapat kita cermati dan temukan pada media masa seperti koran terutama koran daerah.

Kesalahan berbahasa Indonesia koran daerah perlu diteliti, diidentifikasi, dianalisis, disusun rekomendasinya untuk disampaikan ke seluruh redaktur koran daerah agar mereka memahami eksistensinya, mengubah dan membenahi kiprahnya, dan menjadi teladan bagi masyarakat dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan kiprah dan lintas kerja seperti itu, kita telah turut mendorong peran koran daerah dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta telah turut andil dalam membina bahasa Indonesia sebagai media komunikasi sosial.

Dalam kaitan memperingati bulan Bahasa dan mencermati praktik berbahasa masyarakat, penulis mengajak siswa mengobservasi koran daerah yang terbit di kota Cirebon pada tanggal 22-24 Oktober 2015, yang diperkirakan masih melakukan kesalahan operasi/praktik berbaha-sa; baik disadari maupun tidak disadari. Dari koran daerah yang terbit tiga hari tersebut, siswa dan penulis mencermati tiga rubrik berita (rubrik olah raga, ekonomi, dan lingkungan/iptek) pada setiap edisi korannya. Temuan itu penulis rumuskan dalam rumusan masalah berikut.

Rumusan Masalah

Dalam praktik berbahasa Indonesia warga masyarakat, khususnya kru koran daerah Cirebon, masih melakukan kesalahan berbahasa Indonesia yang cukup signifikan dan bervariasi. Kesalahan tersebut berkaitan dengan masalah tata tulis ejaan serapan kata asing maupun daerah, tata tulis ejaan (pemakaian huruf, bentuk huruf, tanda baca), bentuk kata, maupun efektivitas dan efisiensi berbahasa Indonesia.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian adalah (1) mengetahui bagaimana koran daerah Cirebon menerapkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam terbitannya, (2) mengetahui

bagaimana koran daerah Cirebon melakukan kesalahan berbahasa Indonesia dalam publikasinya, dan (3) variasi bentuk dan jenis kesalahan yang terjadi dan seberapa intens kesalahan itu dilakukan.

Selain itu, dalam kaitan penyelenggaraan lomba karya tulis ilmiah, penelitian ini ditujukan untuk melatih siswa memiliki ketelitian dan kecepatan dalam membaca koran, memiliki ketajaman dalam menemukan keganjilan/ kesalahan berbahasa koran, memiliki pula ketajaman merevisi/mengedit kesalahan berbahasa. Mereka juga diharapkan terampil menemukan jenis kesalahan berbahasa koran, memiliki ketajaman dan kekritisan dalam mengamati bahasa koran, memiliki kemampuan membandingkan kondisi berbahasa antara koran satu dan lainnya, memiliki kemampuan yang memadai, lancar, logis, tuntas dalam mengemukakan pendapat dan gagasan melalui karya tulis ilmiah, memiliki kecepatan membaca memindai/scanning, dan, memiliki kemampuan menyusun laporan dan artikel yang bermanfaat. Penulis sendiri, melalui kegiatan itu, berniat melatih siswa secara intensif dalam keterampilan dan kompetensi membaca dan menulis. Penulis dapat mendeteksi seberapa jauh kompetensi dan kualitas siswa dalam membaca dan menulis; sekaligus menjadikan membaca sebagai awal dan modal untuk menulis, merancang program yang lebih tajam dan kritis untuk meningkatkan kualitas membaca dan menulis siswa. Lebih lanjut membandingkan tingkat, jumlah, variasi kesalahan berbahasa aneka koran daerah yang diteliti dan melatih siswa melakukan revisi kesalahan berbahasa yang ditemukan dalam pembacaan koran.

(20)

secara baik. Bagi guru/peneliti, dirinya dapat mendeteksi kemampuan meneliti siswa serta dapat membinanya lebih intensif.

Kajian Pustaka

Pada bagian ini penulis perlu menguraikan beberapa konsep berkaitan dengan pelaksanaan lomba menulis karya tulis ilmiah dalam peringatan bulan bahasa di negeri ini, secara khusus yang dilaksanakan di SMPK PENABUR Cirebon pada bulan Oktober 2015. Konsep termaksud berkaitan dengan masalah bulan bahasa, ragam bahasa koran, kegiatan menyunting redaksi bahasa koran, membaca, dan koran daerah.

Bulan Bahasa : makna, kegiatan, dan tujuannya

Di Indonesia, bulan bahasa jatuh pada bulan Oktober. Ini untuk mengenang lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yang selanjutnya dijadikan sebagai hari besar nasional (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa/BP2B 2011: 6). Sumpah yang mengikrarkan “Pemuda Indonesia mengaku bertanah air satu, Tanah Air Indonesia; mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia; menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”

Selanjutnya, bulan Oktober dijadikan bulan khusus peringatan, pemberdayaan, refleksi sekitar kemajuan, status, kiprah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara maupun sebagai bahasa nasional, dan sebagai alat komunikasi nasional. Bulan Oktober ditahbiskan menjadi Bulan Bahasa bagi bangsa Indonesia.

Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berperan menjadi: bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar di bidang pendidikan, bahasa komunikasi tingkat nasional, media pengem-bangan kebudayaan nasional, media transaksi dan dokumentasi niaga, dan sebagai sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengeta-huan, teknologi, seni, dan sebagai bahasa media massa. Sedangkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berperan menjadi: simbol jati diri bangsa/identitas nasional, lambang kebanggaan nasional, sarana/alat pemersatu berbagai suku bangsa, dan sebagai alat/sarana

komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah di Nusantara (BP2B 2011: 13).

Selama bulan itu, digalakkan aneka kegiatan pembinaan, evaluasi, prospek pertumbuhan dan status bahasa Indonesia, melalui seminar, simposium, workshop, dan diskusi panel. Diadakan pula berbagai kegiatan pendukung, pemeriah Bulan Bahasa itu. Juga digalakkan aneka kegiatan untuk meningkatkan kompetensi menulis warga masyarakat, termasuk siswa, dengan kegiatan lomba menulis (puisi, artikel, karya tulis ilmiah, naskah drama, naskah pidato, naskah cerpen, dan sebagainya). Kegiatan lainnya adalah aneka lomba entertain, seperti: lomba lawak, lomba pidato lucu, lomba stand up comedy, dan sebagainya.

Tujuan semua itu adalah, untuk membina dan mendinamiskan bahasa Indonesia, untuk memberikan warna pada perkembangan dan status bahasa Indonesia, untuk mengakrabi bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi nasional, serta untuk meningkatkan kualitas peran dan fungsi bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa negara maupun sebagai bahasa nasional. Di samping kualitas bahasanya, juga untuk meningkatkan kualitas manusia pemiliknya/penggunanya, melalui berperan dalam aneka kegiatan pemberdayaan bahasa.

Ragam Bahasa Koran/Jurnalistik : hemat kata/ ekonomis, komunikatif

Kita mengenal empat ragam bahasa; yaitu ragam bahasa ilmiah, sastra/literer, pergaulan, dan jurnalistik/pers. Masing-masing memiliki cirikhas dan karakternya. Ragam bahasa jurnalistik/persuratkabaran antara lain memiliki ciri seperti hemat kata, menyingkat kata kerja pada judul berita, dan mengutip bahasa asing, mengutip bahasa daerah (Assegaff, 1985: 69-70). Dari dan dalam kondisi ciri seperti itu, tampilan bahasa jurnalistik masih mampu menyajikan makna secara komunikatif.

(21)

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

media cetak dan elektronik. Untuk itu, bahasa jurnalistik bercirikan ekonomis dan banyak menggunakan kalimat aktif. Di luar kedua pemahaman, Suhaemi dan Ruli Nasrullah (2009) dalam Bahasa Jurnalistik, menyatakan bahwa bahasa jurnalistik/koran bercirikan: sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal, meng-hindari kata tutur, mengmeng-hindari kata atau istilah asing, diksi tepat, mengutamakan kalimat aktif, dan menghindari istilah teknis.

Menyunting : Arti, tujuan, jenis, bentuk, tipe kesalahan berbahasa, buku panduan menyunting

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 977) mencatat, menyunting adalah menyiapkan naskah siap cetak atau siap untuk diterbitkan dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur); mengedit naskah. Langkah menyunting adalah membaca naskah, menemu-kan kesalahan, memperbaiki kesalahan (dengan mengubah, menambah, atau mengganti sesuatu yang dianggap ganjil) sehingga naskah menjadi sempurna, siap cetak, dan siap edar.

Sementara itu, Kosasih (2008: 27) menjelas-kan, menyunting merupakan kegiatan memeriksa tulisan sebelum dicetak/diperba-nyak agar diperoleh naskah tulisan yang sempurna dan terbebas dari kekeliruan, baik masalah isi maupun bahasa tulisan itu. Sunting-an isi berkaitSunting-an dengSunting-an masalah kebenarSunting-an dSunting-an kesesuaian bahasan topik dalam tulisan itu. Suntingan kebahasaan berkaitan dengan masa-lah ejaan, pilihan kata, penyusunan kalimat, pengembangan paragraf maupun wacana

Nurhadi (2007: 63-69) mencatat, sasaran menyunting diarahkan kepada masalah/aspek penggunaan ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat efektif, kepaduan paragraf, kebulatan wacana pada teks. Ini untuk mendukung agar baik isi maupun bahasa teks itu tersaji secara padu, bulat, dan utuh, sehingga tidak menimbul-kan salah tafsir makna teks tersebut. Selanjutnya, penyuntingan naskah itu hendak mewujudkan beberapa tujuan berikut. Untuk mengondisikan terbangunnya tafsiran makna yang tepat dan efektif; untuk membangun naskah yang tepat

jeda, tepat klausa, tepat makna; untuk membang-un naskah yang siap cetak dan siap edar/terbit. Di luar itu, Assegaff (1985: 70-71) mencatat, bahwa tujuan menyunting dalam dunia jurnalistik adalah mencegah terjadinya aneka kesalahan (ejaan, struktur kalimat, kesalahan fakta sajian, dan kesalahan struktur berita), menjaga masuknya hal yang tidak dikehendaki (masuknya unsur pendapat/opini, pengulangan yang membosankan dan mubazir, menjaga jangan sampai ada fakta tertinggal, menjaga masuknya iklan terselubung sebagai berita, menjaga adanya kalimat yang dapat mencemarkan nama baik, menjaga masuknya berita basi, menjaga masuknya berita bohong/ palsu). Esensi tujuan menyunting adalah menyuguhkan berita yang baik, benar, menarik, dan memperkaya pembaca/publik.

Maryati (2008: 73-75) menjelaskan, bahwa menyunting atau mengedit adalah kegiatan meneliti yang diikuti menyeleksi jika ada bagian yang perlu dihilangkan atau ditambahkan. Seorang penyunting naskah perlu memiliki keahlian, ketelitian, dan pengetahuan luas agar mampu melaksanakan tugas penyuntingan naskah dengan baik dan benar. Hal yang perlu disunting meliputi: ejaan (pemakaian huruf dan tanda baca), keefektifan kalimat (struktur kalimat, mudah dipahami maknanya dan tidak menimbulkan salah tafsir), pilihan kata (sinonim kata, diksi, kesesuaian makna kata dengan konteks).

(22)

keefek-tifan kalimat, kepaduan paragraf, dan kebulatan wacana).

Dalam melakukan penyuntingan naskah koran atas rubrik olah raga, ekonomi, maupun lingkungan/iptek, kita perlu memahami jenis, tipe, dan bentuk kesalahan berbahasa yang umum terjadi pada koran, sehingga kinerja penulis dapat berjalan efektif, efisien, benar, dan cepat.

Oktafifah W. (2015) menyatakan, sasaran penyuntingan diarahkan pada penulisan judul, tata tulis, ejaan, tanda baca, tata tulis istilah dan kata/istilah asing/daerah, diksi, bentuk kata, kepaduan paragraf dan wacana, efektivitas kalimat, serta kebenaran konsep. Berdasarkan sasaran itu, kita dapat mendeteksi tipe-tipe kesalahan/ketidakpatuhan koran dalam produk bahasanya, seperti pada tabel 1.

Pada penelitian ini, penulis memfokuskan sasaran penelitian pada aspek tata tulis kata/

Tabel 1: Tipe Kesalahan Berbahasa

No Tipe Kesalahan Keterangan: yang disoroti adalah

1. Ejaan, tata tulis, tanda baca

Ketepatan penggunaan huruf, bentuk huruf, jenis huruf, angka, pungtuasi, penyukuan

2. Tata tulis kata/ istilah serapan

Ketepatan penulisan unsur serapan kata asing dan daerah. Kata/istilah asing/daerah dicetak miring/kursif.

3. Bentuk kata Kelengkapan dan ketepatan bentuk, afiksasi

4. Diksi/pilihan kata Ketepatan pilihan kata dalam konteks frasa, klausa, kalimat, serta makna

5. Kepaduan kalimat/ paragraf

Ketepatan ide dan kalimat pembungkusnya, efektivitas, logika kalimat/paragraf

6. Logika Liniearitas pemikiran, kelogisan pernyataan 7. Kelengkapan unsur

kalimat

Terpenuhinya unsur pokok kalimat (subjek, predikat, objek, dan keterangan, serta susunannya/polanya)

8. Efektivitas

pernyataan/kalimat

Kehematan, kebernasan ungkapan dan pembungkusnya

9. Konstruksi kalimat Ketepatan susunan kalimat dan isinya

10. Penjamakan Ketepatan penggunaan kata/bentuk ulang, konjungsi pendukung, kata bantu bilangan

11. Pemakaian preposi-si, konjungsi

Ketepatan penggunaan kata depan, kata hubung, dan logika

12. Tata urut kata Ketepatan urutan kata dan ide yang hendak dibentuk.

istilah serapan bahasa asing/daerah, tata tulis/ tanda baca/ejaan, bentuk kata, efektivitas peng-gunaan kata, kalimat, konjungsi, dan logika.

(23)

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

frekuensinya), lalu kita tabelkan dalam paparan hasil penelitian, sebagai bahan kajian/analisis selanjutnya.

Agar kita mampu melakukan penyuntingan dan pengeditan naskah secara baik dan benar, maka Pemerintah melalui Pusat Bahasa dan Lembaga Bahasa telah menerbitkan buku rujukan/referensi untuk dipedomani dalam berekspresi dan memproduksi gagasan melalui tulisan. Buku referensi itu meliputi: Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Akronim Bahasa Indonesia, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, dan Pedoman Pengindonesiaan Nama dan Kata Asing, tambahan lagi, buku-buku panduan berbahasa Indonesia yang baik dan benar yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa maupun Balai Bahasa di tanah air.

Koran Daerah Kota Cirebon

Koran daerah yang terbit di kota Cirebon meliputi enam koran: yaitu koran Mitra Dialog, Pikiran Rakyat, Radar Cirebon, Kabar Cirebon, Fajar Cirebon, dan Rakyat Cirebon. Urutan jenis ini disusun berdasarkan awal dan kronologi terbitnya di kota Cirebon. Dalam penelitian ini, penulis mencermati empat koran terakhir yang terbit pada tanggal 22-24 Oktober 2015. Alasan pemilihan jangka waktu terbit itu praktis saja; yaitu tanggal 22-24 Oktober 2015 memilih, mencermati subjek penelitian dan mencatat data yang diperlukan dan ditemukan; tanggal 25-28 Oktober 2015 menyusun karya tulis; tanggal 29 Oktober 2015 siswa mengumpulkan karya tulis; dan tanggal 30 Oktober 2015 karya tulis lomba dinilai Dewan Juri Sekolah.Tanggal 31 Oktober 2015 Dewan Juri Sekolah melaporkan hasil lomba kepada Kepala Sekolah dan Panitia Bulan Bahasa Sekolah.Tanggal 2 November 2015 sekolah mengumumkan hasil lomba kepada siswa dalam Acara Upacara Bendera Hari Senin. Di samping alasan praktis, bangsa Indonesia mengakui memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara dan bahasa nasional, serta menjadikan bulan Oktober sebagai bulan bahasa nasional. Harapannya, semua pihak pada bulan Oktober ini

memperha-tikan bagaimana dirinya harus berbahasa Indonesia secara baik, benar, dan patuh pada aturan berbahasa dalam aneka konteks. Untuk itu, semestinyalah produk berbahasa pada bulan ini mendapatkan perhatian dari warga pemakai-nya. Harapan ini akan diteliti kebenaran dan kepatuhannya pada periode tersebut.

Temuan siswa dan penulis dalam membaca dan mencermati ketertiban berbahasa koran daerah edisi tiga hari itu, sejalan dengan prinsip menyunting di atas, dipaparkan dalam ulasan berikut.

Metode Penelitian dan Langkah Penulisan

Metode penelitian adalah observasi dan mengkaji penggunaan Bahasa Indonesia pada koran daerah.Metode dan langkah penulisan

seperti berikut: sasaran koran adalah koran daerah yang terbit di kota Cirebon pada tanggal 22-24 Oktober 2015. Jumlah koran yang diteliti adalah empat koran daerah yang meliputi Koran Radar Cirebon, Kabar Cirebon, Rakyat Cirebon, dan Fajar Cirebon. Kelas 7 meneliti Koran Radar Cirebon dan Kabar Cirebon. Kelas 8 meneliti Koran Rakyat Cirebon dan Fajar Cirebon. Dan Kelas 9 meneliti koran nasional; yaitu Koran Kompas dan Sindo. Sistem pemilihan koran Daerah yang diteliti adalah acak dan berdasarkan kronologi terbitnya.

Rubrik koran yang dipilih dan diteliti ada-lah rubrik oada-lah raga, ekonomi, dan lingkungan/ iptek. Fokus tindak kesalahan berbahasa koran yang dicermati meliputi: tata tulis serapan dari bahasa asing/daerah, penggunaan tanda baca, huruf, tata tulis, bentuk kata, dan efektivitas penggunaan bahasa.

Data kesalahan berbahasa Indonesia koran daerah itu dikumpulkan dengan format dan peta alur kegiatan penelitian tindak berbahasa seperti Tabel 2.

(24)

Indonesia koran tersebut dalam format data, siswa mengkliping rubrik yang diteliti, menyusun laporan dan menganalisis temuannya kemudian mengumpulkan karya tulisnya.

Selama proses mengerjakan karya tulis, siswa terus berkonsultasi kepada penulis. Dan penulis pun memantau progres penulisan setiap kelompok. Guru menerima konsultasi tim penu-lis utusan kelas. Sejauh ini telah dilayani 7 kali jadwal konsultasi dan digunakan oleh tim penu-lis kelas; bahkan ada tim penupenu-lis berkonsultasi lebih dari pada jadwal yang disediakan

Kondisi berbahasa yang menjadi pembahas-an dalam tulispembahas-an ini difokuskpembahas-an pada korpembahas-an

Tabel 2: Peta Alur Kegiatan dan Kriteria Penelitian

No. Fokus 2 Edisi hari Kamis-Jumat, 22-24

Oktober 2015 penulis kelas 7 dan 8.

(25)

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

Guru merekapitulasi sendiri tingkat kesalahan berbahasa koran daerah dari aspek jenis koran, hari terbit, rubrik, fokus kesalahan berbahasa yang ada, dan frekuensinya, lalu melakukan finalisasi data temuan dari rekapitulasi sebelumnya. Data yang terkumpul diolah dengan sistem statistik/tabel dan skala prosentase untuk mengetahui intensitas tingkat kesalahan berbahasa Indonesia yang terjadi, dan rangking status koran daerah itu.

Di luar itu, penulis juga (1) melakukan studi kepustakaan, melalui membaca beberapa buku dan webs untuk menyusun kajian pustaka; (2) melakukan studi komparasi, untuk memban-dingkan kondisi praktik berbahasa koran satu dan lainnya; (3) melakukan observasi, untuk meneliti praktik berbahasa masyarakat pada beberapa jenis koran, rubrik, maupun judul berita koran melalui data temuan siswa, berikut mencek kebenaran kinerja siswa; (4) menyimpul-kan data, fakta yang ditemumenyimpul-kan secara deduktif maupun induktif; dan (5) menyusun kajian temuan, perbandingan data secara analitis dan sintesis.

Terakhir, guru menganalisis data dan menyimpulkan seperti dilaporkan pada tulisan ini.

Paparan Data Hasil Penelitian

Hasil Karya Siswa

Pelaksanaan lomba karya tulis ilmiah bulan bahasa SMPK PENABUR Cirebon tahun 2015 dapat dilaporkan sebagai berikut.

1. Tema: Analisis dan Perbandingan Kesalahan Berbahasa Koran Daerah/ Nasional Edisi 22-24 Oktober 2015 Ditinjau Secara Deskriptif-Analitis dari Aspek Kepatuhan Berbahasa yang Baik dan Ben a r

2. Waktu: tanggal 19 Oktober – 2 November 2015

3. Technical Meeting: Senin, 19 Oktober 2015.

Tabel 3: Daftar Tim Peserta Lomba KTI

No Mengirim Naskah KTI

Tidak Mengirim Naskah KTI

1. Kelas 7A

2. Kelas 7B

3. Kelas 7C 4. Kelas 7D

5. Kelas 7E

6. Kelas 8A 7. Kelas 8B

8. Kelas 8C

9. Kelas 8D 10. Kelas 9A 11. Kelas 9B 12. Kelas 9C 13. Kelas 9D

14. Kelas 9E

15. Kelas 9F

Tot. 10 Tim/Kelas 5 Tim/Kelas

4. Bimbingan/Koordinasi: 19/10, 21/10, 23/ 10, 25/10, 27/10, 28/10, dan 29/10-2015 (7 kali pembimbingan).

5. Peserta: 15 tim (dengan 3 anggota) utusan dari 15 kelas.

(26)

Tabel 4: Kondisi Kesalahan Berbahasa Koran Daerah Kota Cirebon per Hari

No

Jenis Koran, Terbitan 22 Oktober 2015

Jenis Kesalahan

Jenis Kesalahan

Total Kesalahan

OR Eko

Lingk-/Iptek

1 Radar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 4 1 0 5 2.Tata tulis tanda baca 1 1 3 5

3.Bentuk kata 1 5 3 9

4.Efektivitas berbahasa 0 0 5 5

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 6 7 11 24

2.

Kabar Cirebon

1.Tata tulis serapan kata asing 7 9 2 18 2.Tata tulis tanda baca 2 1 2 5

3.Bentuk kata 0 2 2 4

4.Efektivitas berbahasa 0 3 0 3

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 7 15 14 36

3. Rakyat Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 1 0 1 2 2.Tata tulis tanda baca 4 12 11 27

3.Bentuk kata 1 1 1 3

4.Efektivitas berbahasa 1 2 2 5

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 7 15 14 36

4. Fajar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 5 0 0 5 2.Tata tulis tanda baca 3 1 14 18

3.Bentuk kata 1 1 2 4

4.Efektivitas berbahasa 0 0 4 4

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 9 2 20 31

A. Hasil Penelitian Guru

(27)

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

No.

Jenis Koran, Terbitan 23 Oktober 2015

Jenis Kesalahan

Rubrik / Frekuensi

Total Ke-salahan

OR Eko

Lingk-/Iptek

1. Radar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 9 15 2 26 2.Tata tulis tanda baca 0 0 0 0

3.Bentuk kata 7 0 2 9

4.Efektivitas berbahasa 1 1 0 2

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 17 16 4 37

2. Kabar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 20 2 11 33 2.Tata tulis tanda baca 0 2 0 2

3.Bentuk kata 0 4 1 5

4.Efektivitas berbahasa 0 0 0 0

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 20 8 12 40

3.

Rakyat Cirebon

1.Tata tulis serapan kata asing 5 0 1 6 2.Tata tulis tanda baca 10 14 17 41

3.Bentuk kata 2 2 1 5

4.Efektivitas berbahasa 0 2 1 3

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 17 18 20 55

4. Fajar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 27 3 0 30 2.Tata tulis tanda baca 4 15 2 21

3.Bentuk kata 1 1 0 2

4.Efektivitas berbahasa 1 0 0 1

(28)

No.

Jenis Koran, Terbitan 24 Oktober 2015

Jenis Kesalahan

Rubrik / Frekuensi

Total Ke-salahan

OR Eko

Lingk-/Iptek

1 Radar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 5 1 1 7 2.Tata tulis tanda baca 2 1 0 3

3.Bentuk kata 0 1 3 4

4.Efektivitas berbahasa 0 0 0 0

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 7 3 4 14

2 Kabar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 9 3 5 17

2.Tata tulis tanda baca 2 1 5 8

3.Bentuk kata 4 2 1 7

4.Efektivitas berbahasa 0 0 2 2

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 15 6 13 34

3 Rakyat Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 2 22 8 32 2.Tata tulis tanda baca 14 1 1 16

3.Bentuk kata 2 2 2 6

4.Efektivitas berbahasa 2 1 0 3

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 20 26 11 57

4 Fajar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 1 1 34 36 2.Tata tulis tanda baca 0 6 1 7

3.Bentuk kata 1 1 2 4

4.Efektivitas berbahasa 4 0 0 4

(29)

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

Berdasarkan data Tabel 4, berikut ini disajikan rekapitulasi jenis kesalahan penggunaan Bahasa Indonesia berdasarkan rubrik pada setiap koran sebagaimana terlihat pada Tabel 5

Tabel 5: Rekapitulasi Data Kesalahan Berbahasa Koran Daerah Kota Cirebon

No.

Jenis Koran, Terbitan 22-24 Oktober 2015

Jenis Kesalahan

Rubrik / Frekuensi

Total Ke-salahan

OR Eko

Lingk-/Iptek

1 Radar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 18 17 3 38 2.Tata tulis tanda baca 3 2 3 8 3.Bentuk kata 9 6 8 23 4.Efektivitas berbahasa 1 1 5 7

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 31 26 19 76

2 Kabar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 36 13 7 56

2.Tata tulis tanda baca 4 4 18 26 3.Bentuk kata 4 6 3 13 4.Efektivitas berbahasa 0 7 3 10

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 44 30 31 105

3 Rakyat Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 8 22 10 40 2.Tata tulis tanda baca 18 27 29 74 3.Bentuk kata 5 5 4 14 4.Efektivitas berbahasa 3 5 3 11

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 34 59 46 139

4 Fajar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 33 4 34 71 2.Tata tulis tanda baca 7 22 17 46 3.Bentuk kata 3 3 4 10 4.Efektivitas berbahasa 5 0 4 9

(30)

Sedangkan jumlah kesalahan berbahasa berdasarkan jenis rubrik terlihat pada Tabel 6.

Identifikasi jenis kesalahan berbahasa Indonesia pada setiap koran menghasilkan data seperti tertera pada Tabel 7.

Pembahasan Data Hasil Penelitian

Mengacu pada data pada Tabel 4, 5, 6, dan 7 dapat ditafsirkan sebagai berikut.

1. Berdasarkan data kondisi pada Tabel 4, kesalahan berbahasa Koran daerah dapat dimaknai sebagai berikut.

a. Koran edisi tanggal 22 Oktober 2015

Berdasarkan jumlah kesalahan terbanyak, urutan koran yang membuat kesalahan berbahasa Indonesia berdasarkan tanggal terbit adalah seperti tertera pada Tabel 8.

Tabel 7: Rekapitulasi Data Kesalahan Berbahasa Berdasarkan Tipe Kesalahan

No

Jenis Koran, Terbitan 22-24

Oktober 2015

Jenis Kesalahan Jumlah

Aneka Kesalahan Tata Tulis

Serapan

Tata Tulis Ejaan

Bentuk Kata

Efektivitas Berbahasa

1. Radar Cirebon 38 8 23 7 76

2. Kabar Cirebon 56 26 13 10 105

3. Rakyat Cirebon 40 74 14 11 139

4. Fajar Cirebon 71 46 10 9 136

Total Kesalahan 205 154 60 37 456

Tabel 6: Kondisi Kesalahan Berbahasa Koran Daerah per Rubrik

No

Jenis Koran, Terbitan 22-24

Oktober 2015

Jenis Kesalahan Total

Kesalahan

OR Eko Lingk/Iptek

1. Radar Cirebon 31 26 19 76 2. Kabar Cirebon 44 30 31 105 3. Rakyat Cirebon 34 59 46 139 4. Fajar Cirebon 48 29 59 136

Jumlah Kesalahan

(31)

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

Tabel 9: Daftar Urutan Koran Berkesalahan Berbahasa Tinggi, Tanggal 23-10-2015

No Nama Koran Jumlah Kesalahan

Kesalahan Rubrik Terbanyak

Jenis Kesalahan Terbanyak

1. Radar Cirebon 55 Lingkungan/20 Tanda baca/41 2. Kabar Cirebon 54 Olah Raga/33 Tata Tulis Serapan/30 3. Rakyat Cirebon 40 Olah Raga/20 Tata Tulis Serapan/33 4. Fajar Cirebon 37 Olah Raga/17 Tata Tulis Serapan/26

Tabel 8: Daftar Urutan Koran Berkesalahan Berbahasa Tinggi Terbitan, Tanggal 22-10-2015

No Nama Koran Jumlah Kesalahan

Kesalahan Rubrik Terbanyak

Jenis Kesalahan Terbanyak

1. Radar Cirebon 36 Ekonomi/15 Tanda Baca/27 2. Kabar Cirebon 31 Lingkungan/20 Tanda baca/18 3. Rakyat Cirebon 30 Ekonomi/15 Tata Tulis Serapan/18 4. Fajar Cirebon 24 Lingkungan/11 Bentuk kata/9

Tabel 10: Daftar Urutan Koran Berkesalahan Berbahasa Tinggi, Tanggal 24-10-2015

No Nama Koran Jumlah Kesalahan

Kesalahan Rubrik Terbanyak

Jenis Kesalahan Terbanyak

1. Radar Cirebon 57 Ekonomi/26 Tata Tulis Serapan/32 2. Kabar Cirebon 51 Lingkungan/37 Tata Tulis Serapan/36 3. Rakyat Cirebon 34 Olah Raga/15 Tata Tulis Serapan/17 4. Fajar Cirebon 14 Olah Raga/17 Tata Tulis Serapan/7

b. Koran edisi tanggal 23 Oktober 2015

Berdasarkan jumlah kesalahan terbanyak, koran edisi tanggal 23 Oktober 2015 dapat diurutkan pada tabel 9.

c. Koran edisi tanggal 24 Oktober 2015

Gambar

Tabel 1: Hasil Rapor Semester 2, Term 3 Hasil rapor term 3 Hasil
Gambar 1: Konsep Angka
Tabel 1: Tipe Kesalahan Berbahasa
Tabel 2: Peta Alur Kegiatan dan Kriteria Penelitian No. Fokus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melalui pembelajaran Discovery Learning, pendekatan Saintifik, dan tayangan video, serta LKPD peserta didik secara mandiri, rasa ingin tahu, jujur dan bertanggung jawab

Digunakan sebagai energi pengganti. SALINAN sesuai dengan aslinya Sekretaris Direktorat Jenderal u.b.. berdasarkan Surat Perintah Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai

Kegiataan kepramukaan dilaksanakan melalui gugus depan gerakan pramuka yang berpangkalan di sekolah dan merupakan upaya pembinaan melalui proses kegiatan belajar.

Muncul soal berikutnya, quiz berhenti ketika waktu habis atau sudah selesai mengerjakan soalnya. Halaman hasil User mengklik tombol mulai lagi User akan kembali ke menu

Dengan kondisi siswa yang berjumlah cukup banyak untuk satu ruang kelasnya, diperlukan metode dan pendekatan belajar yang baik agar siswa dapat memahami pelajaran yang

Hasil penelitian menunjukkan ada perubahan yang signifikan pada tekanan darah sistole sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi pada kelompok perlakuan dengan

o Mampu menyelesaikan tugas kelompok sesuai dengan capaian pembelajaran dari sub pokok atau materi bahasan yang ditugaskan; o masing-masing anggota kelompok memiliki peran

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah hadis yang dikaji oleh peneliti terkait dengan al-guluw dalam al-kutub al-tis’ah adalah delapan hadis, dari segi kualitas sanad