BATAS WILAYAH AGROESTAT
5.7 Organisasi Pengelolaan Kawasan
Konsep kawasan pertanian, seperti halnya dengan kawasan lainnya, membutuhkan unit kerja atau lembaga yang bekerja khusus untuk pengelolaan kawasan. Unit Kerja atau Lembaga yang digunakan untuk pengelolaan sebaiknya diambilkan dari Unit Kerja atau Lembaga yang sudah ada (USAID, 2006). Fungsi, peran dan tugas utama dari Pengelola mencakup dua hal, yaitu pengelolaan kawasan secara fisik dan koordinasi (sinergi) serta pelayanan kepada para pelaku (stakeholders) yang terlibat dalam kegiatan kawasan, termasuk (terutama) masyarakat yang ada di dalam dan di sekitar kawasan. Pengelolaannya menggunakan pendekatan tradisional namun sekaligus juga membutuhkan pemikiran yang inovatif untuk menghasilkan nilai tambah. Lowe (2001) mendeskripsikan sifat dasar kelembagaan dari Pengelola adalah: independen (tidak memihak), otonom dan mampu menggabungkan pola pemikiran dari para pelaku, Pemerintah dan Swasta (public private partnership) secara proporsional. Pengelola juga bertugas untuk mengatur dan mengawasi, namun sekaligus mendorong dan memfasilitasi kerjasama dari para pelaku dalam kawasan.
Studi yang dilakukan oleh The African Rural Development Study (ARDS) tentang perlunya melakukan perubahan kelembagaan dan prosedur untuk meningkatkan efektivitas dari program pengembangan wilayah perdesaan. Hal itu penting karena dalam kenyataannya, seringkali program menghadapi kendala karena tidak tersedianya lembaga Pengelola dan sumberdaya manusia yang trampil dan mampu-kelola (Lele, 1975). Pengelola suatu kawasan saat ini dituntut untuk lebih berperan pada fungsi pelayanan (service) dan pendampingan (assistance) (Ho dan Hsieh, 2006).
Kemampuan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan kawasan pengembangan wilayah pertanian seringkali tidak memadai, karena tidak memiliki sumberdaya manusia dengan kemampuan untuk:
1) mempengaruhi kebijakan dan koordinasi dari fungsi-fungsi yang diatur oleh Pemerintah Pusat.
2) berpola pikir komersial dan kewirausahaan untuk menjalankan fungsi-fungsi niaga yang biasanya ditangani oleh pihak Swasta.
Organisasi pengelolaan kawasan merupakan hal yang sangat penting dalam kawasan pertanian Agroestat. Organisasi ini bersifat baku namun dalam penerapannya harus dilekatkan pada dan disesuaikan dengan organisasi Pemerintah Daerah (lihat Lampiran 2). Pengelola berkewajiban untuk menjaga operasionalisasi dari keseluruhan pengelolaan, sehingga mampu mencapai keterpaduan dalam kesetaraan. Bentuk dasar (pattern)organisasi Manajemen Pengelola dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Organisasi Pengelola dengan struktur profesional yang dilengkapi dengan unsur pengawasan, serta majelis pertimbangan.
2) Pengelola merupakan kepanjangan tangan dari Pemerintah Daerah, tetapi bersifat independen, otonom, dan profesional. Hal ini dilandaskan pada pertimbangan- pertimbangan sebagai berikut :
a. Pengelola merupakan bagian, melibatkan dan ditangani oleh para pejabat struktural dari Pemerintah Daerah di bidang yang bersangkutan (ex-officio), sehingga tidak akan timbul dualisme kebijakan serta sifat konsultasi bisa ditingkatkan menjadi koordinasi kebijakan.
b. Pengelola terdiri dari para stakeholders Agroestat, termasuk pelaku-pelaku dari Usahatani, Agroindustri, dan Agroniaga hortikultura/bawang merah, serta melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan bisnis di kabupaten Brebes.
c. Pengelola dilengkapi tenaga profesional yang berpengalaman di bidang pengelolaan kawasan sebagai Pelaksana Harian atau Direktur Eksekutif.
3) Pengelola dibekali dengan ketentuan dan peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah (Perda) dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Tabel 22
Profil Badan Pengelola Agroestat dibanding Kawasan Komersial
Aspek Kawasan Komersial Agroestat
Legalitas Direksi Perusahaan Pemerintah Daerah otonom
Masa tugas Sesuai penugasan Maksimum 5 tahun
Personalia Sesuai penilaian profesional Profesional sebagai pelaksana
Pejabat Pemerintah Daerah (ex officio)
Tokoh masyarakat dan bisnis setempat
Sifat pekerjaan Pengaturan dan pelayanan
terhadap para pelaku
Penyediaan fasilitas, pelayanan dan pengawasan terhadap mekanisme pasar
Pengelola mencakup lembaga-lembaga yang saling melengkapi, yaitu: 1) Fungsi-fungsi Pengelola Agroestat, terdiri dari:
a. Dewan Pengawas (DPs), diketuai oleh Bupati Kepala Daerah Kabupaten. b. Dewan Pengurus Harian (DPH), diketuai oleh Wakil Bupati atau Kepala Bapeda
Kabupaten dengan anggota dari dinas-dinas terkait (maksimum 10 orang). c. Pelaksana Harian dijabat oleh tenaga profesional yang memiliki pengalaman di
bidang pengelolaan kawasan atau sejenis.
d. Majelis Pertimbangan (MP), beranggotakan tokoh masyarakat, tokoh bisnis dan tokoh industri berfungsi memberikan jalan musyawarah terhadap semua masalah perselisihan antar pelaku dalam kawasan Agroestat.
2) Perangkat kebijakan dan peraturan daerah untuk menunjang tata laksana Agroestat, terdiri dari:
a. Jaringan Infrastruktur, menyangkut tentang:
Kebijakan keruangan dan tata guna lahan di masing-masing kecamatan. Kebijakan pembangunan jaringan jalan penghubung.
Kebijakan pembangunan jaringan irigasi dan sarana pompa/kincir air. b. Perdagangan, menyangkut tentang:
Kebijakan (Perda) tentang Ketentuan Umum Agroniaga komoditi. Kebijakan (Perda) tentang wajib daftar tengkulak (tengkulak). Kebijakan (Perda) tentang perpajakan dalam agroniaga komoditi.
c. Tata Kelola, tentang pembentukan unit kerja atau lembaga Pengelola Agroestat. Dalam kenyataan, distorsi perdagangan tidak hanya terjadi di tingkat pasar, tapi juga di tingkat kelembagaan, termasuk kebijakan yang membingkainya. Dengan mengacu pada organisasi Pemerintah Daerah Otonom Kabupaten di atas maka bentuk Pengelola Agroestat dapat digambarkan seprti tamp[ak pada Gambar 20.
Mengingat Pemerintah Daerah belum mempunyai pengalaman dan kemampuan kewirausahaan dalam pengelolaan Agroestat, maka proyek pengembangan terintegrasi ini harus dikelola bersama-sama dengan tokoh-tokoh masyarakat, bisnis dan perusahaan-perusahaan agroindustri setempat. Bersamaan dengan itu, kemampuan Pemerintah Daerah, terutama sumberdaya manusianya harus ditingkatkan untuk dapat menangani lingkup yang lebih besar dalam pengembangan regional.
Dewan Pengurus Harian (DPH) Wakil Bupati sebagai Ketua Majelis Pertimbangan (MP) Tokoh-tokoh
Masyarakat yang disegani dan berwawasan luas
Sektor Perindustrian :
Industri Pengolahan Komoditi Hortikultura
Sektor Perdagangan :
Perdagangan, pergudangan dan distribusi
Sektor Pertanian :
Pemuliaan Benih
Budidaya Komoditi Hortikultura
Asosiasi Pengusaha / Industri Agro
Pemerintah Kabupaten
selaku
Dewan Pengawas (DPs)
Badan Pengelola Kawasan
Koperasi Pertanian (Koptan) Pusat Koperasi
Pertanian
Kelompok Tani
Petani Petani Petani Petani
Gambar 20. Organisasi Pengelola Kawasan.
Dalam konsep ini, pengelolaan Agroestat akan banyak bertautan dengan beberapa dinas teknis yang merupakan bagian dari Pemerintah Kabupaten, yaitu Dinas Pekerjaan Umum (pelaksana pembangunan jaringan irigasi), Dinas Pertanian, Kehutanan dan Konservasi Tanah (pelaksana pembinaan pertanian) dan Dinas Penanaman Modal, Industri dan Perdagangan (pembina industri serta regulasi perdagangan, tetapi juga berperan dalam menarik investor industri pertanian).