• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN OMNIBUS LAW DALAM PEMBENTUKAN UNDANG- UNDANG-UNDANG

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN PENDEKATAN OMNIBUS LAW YANG IDEAL

2. PENDEKATAN OMNIBUS LAW DALAM PEMBENTUKAN UNDANG- UNDANG-UNDANG

bagaimana pemberlakuannya.5 Dalam konteks ini, untuk melahirkan sebuah UU yang baik, maka proses pembentukkannya harus memenuhi aspek-aspek formil, dan subtansinya juga mencerminkan kebutuhan hukum masyarakat yang mampu menyatukan semua kepentingan berbeda dari berbagai pihak dan dalam proses pembentukkannya harusbersifat akomodatif dan aspiratif.6

2. PENDEKATAN OMNIBUS LAW DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG

Penggunaan pendekatan omnibus law dalam pembentukan peraturan perundang-undangan memiliki keunggulan dalam upaya penyederhanaan dari segi jumlah dan dalam pengharmonisasian peraturan perundang-undangan. Namun demikian, pendekatan omnibus law juga memiliki kelemahan seperti rawan terjadinya prakter riders atau penyelundupan pasal dan minim tersedia ruang untuk partisipasi publik. Terelebih pendekatan omnibus law memungkinkan sebuah UU dibentuk dengan subtansi lintas sektor sebagaimana yang terdapat dalam UU Cipta Kerja.

4 Montesquieu, The Spirit of Law, Dasar-Dasar Ilmu Hukum dan Ilmu Politik (diterjemahkan oleh Khoiril Anam dari Montesquieu, The Spirit of Laws, University of California Press, 1977), hlm 361-362

5 Maria Farida, Laporan Kompendium Bidang Hukum Perundang-Undangan, (Jakarta: Depertemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2008), hlm 18, dapat diakses di https://www.bphn.go.id/data/documents/kompendium_perundang2an.pdf

6 Ahmad Supardji dalam Yustinus Paat, “Tiga Syarat UU Dikatakan Baik”, beritasatu.com, https://www.beritasatu.com/nasional/580695/tiga-syarat-uu-dikatakan-baik-dan-ideal

108 Kelemahan dari pendekatan omnibus law ini disadari betul oleh negara-negara yang telah terlebih dahulu menerapkannya dalam pembentukan UU. Amerika Serikat misalnya yangsecara rutin membentuk UU menggunakan pendekatan omnibus law. Salah satu yang menjadi perhatian Amerika Serikat adalah pembentukan UU menggunakan menggunakan pendekatan omnibus law yang materi muatannya listas sektor. Hampir setiak kali UU di Amerika Seikat dibentuk dengan pendekatan yang demikian mendapat banyak kritik dari masyarakat. Oleh sebab itu, penggunaan pendekatan omnibus law untuk membentuk UU yang materi muatannya lintas sektor sudah dibatasi. Saat ini, Amerika Serikat menerapakan pembentukan UU menggunakan pendekatan omnibus law yang sifatnya lintas sektor hanya dalam pembentukan omnibus spanding bill atau dalam istilah Indonesia lebih dikenal dengan UU APBN.

The Omnibus Public Land Management Act of 2009 dan omnibus John D. Dingell Jr. Conservation, Management, and Recreation Act of 2019 adalah contoh

terbaru UU yang dibentuk Amerika Serikat menggunakan pendekatan omnibus law yang subtansinya mengatur sektor spesifik. Dua UU tersebut berisi perlindungan terhadap Sistem Konservasi Lansekap Nasional dan tanah masyarakat yang berada di suatu sistem Taman Nasional.7

Penggunaan pendekatan omnibus law yang hanya diperuntukkan untuk mengatur sektor yang spesifik juga diterapkan di negara-negara peanut sistem civil law seperti Belanda dan Jerman. Di Belanda, Omgivingswet adalah contoh terbaru dari UU yang dibentuk menggunakan pendekatan omnibus law yang subtansinya hanya mengatur isu spesifik, yaitu persoalan lingkungan hidup. Selain hanya mengatur persoalan spesifik, pembentukan omnibus law di Belanda juga memakan waktu yang panjang, yakni hampir 3 tahun. Padahal undang-ndang yang direvisi melalui UU yang juga disebut sebagai Code Lingkugan tersebut hanya merevisi 26 UU.

7 Wikipedia, “John D. Dingell Jr. Conservation, Management, and Recreation Act”, https://en.wikipedia.org/wiki/John_D._Dingell_Jr._Conservation,_Management,_and_Recreation_Act

109 Tidak jauh berbeda dengan Belanda, negara civil law lainnya, yaitu Jerman juga menerapkan hal yang serupa dalam membentuk undnag-undang menggunakan pendekatan omnibus law. Di Jerman, persoalan omnibus law yang materi muatannya harus spesifik bahkan ditegaskan dalam Manual for Drafting Legislation 2008 atau UU yang menagtur tata cara pembentukan peraturan perundang-undangan yang diterbitkan oleh Federal Ministry of Justice.8 Contoh UU Jerman yang disusun menggunakan

pendekatan omnibus law adalah The Federal Recognition Act dan Omnibus Energy Act. Untuk level Asia Tenggara, omnibus law juga diterapkan di Filipina. Model yang ada di negara tersebut juga berbeda dengan undang-undnag yang disusun menggunakan pendekatan omnibus law yang dibentuk di Indonesia, khususnya dalam membentuk UU Cipta Kerja. di Filipina, subtansi yang di atu dalam undang-undnag yang disusun menggunakan pendekatan omnibus law juga hanya diperuntukkan untuk mengatur sektor spesifik. Salah satu contoh UU yang dibentuk menggunakan pendekatan omnibus law di Filipina adalah omnibus investment code of 1987.

Saat ini, Indonesia berencana membentuk sejumlah UU lagi menggunakan pendekatan omnibus law. Hal itu terlihat dari daftar RUU omnibus law yang terdapat dalam Program legislasi nasional (Prolegnas). Pada Prolegnas Prioritas 2020, terdapat 4 RUU omnibus law dalam dari 50 RUU yang direncanakan pada awal tahun. Artinya, setelah membentuk UU Cipta Kerja, masih terdapat beberapa agenda pembentukan UU

omnibus law yang direncanakan pemerintah. Selain RUU Cipta Kerja yang telah

dishakan menjadi UU No.11/2020, juga ada 3 RUU omnibus law lainnya, yaitu RUU tentang Kefarmasian, RUU tentang Ibu Kota Negara, dan RUU tentang Ketentuan dan Fasilitas Perpajakan untuk Penguatan Perekonomian.9 Sementara di Prolegnas Prioritas

8 Stephanie Juwana, et.al, Sistem dan Praktik Omnibus law di Berbagai Negara dan Analisis RUU

Cipta Kerja dari Perspektif Good Legislation Making, Policy Brief 4: Indonesia Ocean Justice Initiative,

hlm 25 https://oceanjusticeinitiative.org/wp-content/uploads/2020/08/Policy-Brief-IV-IOJI-Sistem- dan-Praktik-Omnibus-Law-di-Berbagai-Negara-dan-Analisis-RUU-Cipta-Kerja-dari-Perspektif-Good-Legislation-Making.pdf

9 CNN Indonesia, “4 RUU Omnibus law Dikebut DPR dalam Prolegnas Prioritas 2020” CNN Indonesia, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200122164312-32-467714/4-ruu-omnibus-law-dikebut-dpr-dalam-prolegnas-prioritas-2020

110 2021 terdapat RUU tentang pengembangan dan penguatan sektor keuangan dan RUU Ibukota Negara.

Perosalannya, model yang manakah yang akan diikuti oleh Pmerintah dan DPR dalam membentuk sejumlah UU tersebut. Bila merujuk pada perkembangan penerapan

omnibus law di dunia, maka mengadopsi model materi muatan yang hanya mengatur

sektor spesifik adalah pilihan ideal, namun bila Pemerintah dan DPR tetap ingin melanjutkan model yang diterapkan dalam membentuk UU Cipta Kerja, maka sama saja dengan menjatuhkan pilihan ke model yang penuh dengan masalah dan telah ditinggalkan oleh negara-negara yang terlebihdahulu menerapkan pendekatan omnibus

law dalam membentuk UU.

3. PENDEKATAN OMNIBUS LAW DALAM MEMBENTUK PERATURAN