• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2) Tujuan Komunikasi Antarpribadi

2.4 Kerangka Pemikiran

Penyakit HIV/AIDS yang diderita ODHA jelas berdampak pada proses komunikasi yang dapat menyebabkan mereka akan membatasi kemampuan dalam berinteraksi dan beraktivitas di masyarakat akibat adanya stigma dan diskriminasi dari lingkungan sosial. ODHA memiliki komunikasi yang mereka terapkan ketika berkomunikasi dengan orang lain. Hambatan juga pasti terjadi ketika berkomunikasi dengan lingkungan sosial karena tidak semua orang mengetahui dengan jelas penyakit yang diderita ODHA. Komunikasi yang diterapkan ODHA dalam berinteraksi dan mengatasi hambatan dalam menghadapi stigma dan

diskriminasi akan dilihat dan dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada sehingga proses komunikasi yang dilakukan ODHA kepada lingkungan sosialnya akan menghasilkan model komunikasi antarpribadi ODHA dalam menghadapi stigma dan lingkungan sosial. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah:

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran (Sumber: Olahan Peneliti, 2018) Komunikasi Antar

pribadi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)

Lingkungan Sosial 1. Stigma 2. Diskriminasi

1. Konsep Diri

2. Pengungkapan Diri 3. Interaksi Simbolik 4. Tindakan Beralasan 5. Disonansi Kognitif

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang cenderung menggunakan analisis dan jauh lebih subjektif. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dan berkaitan dengan aspek kualitas, nilai, dan makna suatu fakta yang diungkapkan melalui bentuk kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.

Kriyantono (2014:56) menyatakan penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan kasus dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan samplingnya sangat terbatas. Penelitian kualitatif lebih menekan pada persoalanan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data.

Metode yang dipilih adalah metode studi kasus dengan harapan dapat menjelaskan temuan-temuan di lapangan secara lebih mendalam dan intensif baik tentang latar belakang keadaan maupun interaksi suatu sosial, individu, kelompok, lembaga, dan masyarakat. Dikutip dari Arikunto (2010:185) bahwa metode studi kasus sebagai salah satu jenis pendekatan deskriptif dimana penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit.

Kelebihan studi kasus dari studi lainnya yaitu mampu mengungkap hal-hal yang spesifik dan mendetail serta mampu mengungkap makna dalam kondisi

diperoleh sifatnya subjektif. Dengan kata lain generalisasi informasi sangat terbatas penggunaanya. Studi kasus bukan untuk menguji hipotesis, namun sebaliknya studi kasus dapat menghasilkan hipotesis yang dapat diuji melalui penelitian lebih lanjut (Gunawan, 2015:139).

3.2 Aspek Penelitian

Penelitian ini akan meneliti tentang model komunikasi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Peneliti akan meneliti bagaimana model komunikasi dalam konteks komunikasi antarpribadi yang diterapkan ODHA dalam menghadapi stigma dan diskriminasi dengan lingkungan sosialnya. Maka penentuan aspek penelitian ini juga berdasarkan pada kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Aspek-aspek tersebut antara lain:

1. Aspek komunikasi antarpribadi ODHA dalam menghadapi stigma dan diskriminasi di lingkungan sosialnya.

2. Aspek mengenai hambatan apa saja yang dialami ODHA ketika berkomunikasi di lingkungan sosialnya.

3. Aspek mengenai model komunikasi antarpribadi ODHA

3.3 Subjek Penelitian

Sebelum mendapatkan subjek penelitian, peneliti dibantu oleh key informan yaitu Ibu Ruslin dari instalasi Litbang yang mengarahkan peneliti ke bagian Pusyansus hingga peneliti dapat menentukan subjek penelitian. Dalam penelitian ini, penentuan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling yaitu memilih informan yang dianggap paling tahu tentang apa yang diteliti dan dapat memberikan informasi yang

diharapkan sesuai dengan kriteria tertentu. Kumar (dalam Sukmadinata, 2005:101) menyatakan sampel purposive adalah sampel yang dipilih karena memang menjadi sumber dan kaya akan informasi tentang permasalahan yang diteliti. Dengan teknik ini, peneliti dapat menentukan beberapa karakteristik subjek yang dapat memberikan infomasi terbaik guna mencapai tujuan penelitian.

Berdasarkan definisi di atas, maka yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dengan informan tambahan yaitu teman, keluarga, konselor, perawat, dan masyarakat yang mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dan bersedia meluangkan waktunya saat proses wawancara terhadap objek penelitian yaitu model komunikasi antarpribadi ODHA. Adapun untuk lebih memudahkan peneliti dalam mencari karakteristik subjek penelitian yang tepat, maka peneliti mengklasifikasikan karakteristik dan ciri-ciri subjek penelitian sebagai berikut:

1. ODHA telah dinyatakan HIV positif oleh dokter di RSUP H. Adam Malik

.

2. ODHA warga negara Indonesia dengan usia 25 – 49 tahun.

3. ODHA telah terinfeksi HIV/AIDS minimal selama 1 tahun

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan agar mencapai tujuan dari penelitian. Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu:

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama dan tangan pertama dilapangan (Kriyantono, 2014:43). Adapun data untuk mendapatkan data primer, yaitu:

(1) Wawancara mendalam

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan yang relatif lama (Bungin, 2015:111).

Dalam wawancara hanya akan mencantumkan isu-isu yang harus diteliti tanpa menentukan urutan pertanyaan. Proses wawancara ini berkembang menyesuaikan dengan perkembangan pertanyaan secara spontan dalam interaksi yang terjadi antara peneliti dengan informan.

(2) Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan secara langsung di lapangan oleh peneliti. Dengan demikian peneliti dapat mendokumentasikan kegiatan informan sebagai data pendukung dalam penelitian. Kriyantono (2014:64) menambahkan bahwa metode observasi adalah metode dimana peneliti mengamati langsung objek yang diteliti. Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan secara non-partisipan, yaitu peneliti tidak ikut serta menjadi ODHA. Peneliti hanya menemani dan mengobservasi kegiatan yang dilakukan ODHA, mengobservasi melalui media

sosial, dan mengamati verbal dan nonverbal ODHA selama melakukan wawancara.

2. Data sekunder

Data sekunder didapat dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui:

(1) Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur. Data yang diperoleh melalui tinjauan pustaka dengan mempelajari buku-buku, jurnal, dan sebagainya yang dianggap relevan dengan fokus masalah yang mendukung penelitian.

(2) Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode dokumentasi ini merupakan teknik pengumpulan data yang berasal bukan dari manusia (Afifuddin & Saebani, 2012:141). Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan dokumen berupa laporan pertanggungjawaban, program kerja, surat keputusan, dan sebagainya yang dapat dijadikan pendukung dalam penelitian.

3.5 Keabsahan Data

Setiap hal yang ditemukan dalam penelitian harus dicek keabsahannya agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat dibuktikan keabsahannya. Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan

teknik triangulasi. Menurut Moleong (2007:330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

Dengan kata lain, melalui triangulasi peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkan dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu peneliti melakukan triangulasi dengan berbagai sumber data serta memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan dapat dilakukan.

Beberapa macam triangulasi data menurut Denzin (dalam Moleong, 2007:330) yaitu dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi ini membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda dalam metode kualitatif.

2. Triangulasi Metode

Triangulasi ini menguji kredibilitas data yang digunakan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi Penyidik

Triangulasi ini dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Contohnya membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis dengan analisis lainnya.

4. Triangulasi Teori

Triangulasi ini berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaan dengan satu atau lebih teori tetapi hal itu dapat dilakukan, dalam hal ini dinamakan penjelasan banding.

Proses triangulasi dilakukan terus menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan menganalisis data sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu di konfirmasi kepada informan.

Peneliti dalam hal ini melakukan triangulasi data kepada informan tambahan yaitu teman, keluarga, konselor, perawat, dan masyarakat sekitar Rumah Sakit Adam Malik. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi sumber, yakni peneliti mencoba mengeksplorasi dan memeriksa kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dengan cara:

1. Mengeksplorasi data hasil wawancara dengan hasil pengamatan 2. Mengeksplorasi apa yang dikatakan ODHA dengan apa yang

dikatakan informan tambahan.

3. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data adalah suatu usaha untuk mengkaji dan mengolah data yang telah dikumpulkan sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bermanfaat untuk melengkapi tujuan dari penelitian. Analisis data kualitatif dimulai dari data yang

dikumpulkan di lapangan baik melaui wawancara ataupun observasi. Data tersebut kemudian dianalisis lebih mendalam.

Menurut Miles dan Huberman (dalam Usman dan Akbar, 2009:85) analisis data dapat dijelaskan melalui tiga alur kegiatan yaitu:

1. Reduksi Data

Mereduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan atau transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Pada langkah reduksi data ini dipilih data yang relevan dengan penelitian. Data yang tidak relevan dapat dibuang dan jika diperlukan peneliti dapat menambahkan data baru sehingga data yang terkumpul dapat diverifikasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah mendeskripsikan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian juga dapat berbentuk matriks, bagan, grafik, dan jaringan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang mudah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah langkah akhir dalam analisis data kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan verifikasi, baik segi makna maupun kebenaran. Kesimpulan disepakati oleh subjek tempat penelitian itu dilaksanakan. Peneliti harus menyadari dalam mencari makna bukan penafsiran menurut pandangan peneliti.

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

4.1 Proses Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Pusat Layanan Khusus (Pusyansus) Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini membahas tentang model komunikasi antarpribadi antara Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dengan lingkungan sosialnya dalam menghadapi stigma dan diskriminasi. Sebelumnya peneliti telah mempresentasikan proposal penelitian pada seminar kolokium tanggal 23 April 2018. Selanjutnya peneliti melakukan revisi pada beberapa bagian proposal yang perlu diperbaiki atas saran maupun masukan dari komisi penguji dan komisi pembanding, lalu menyusun agenda berikutnya untuk melakukan penelitian di lapangan.

Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei s.d Juli 2018 yang diawali dengan melengkapi persyaratan administrasi penelitian berupa surat izin penelitian yang diterbitkan oleh Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Magister Ilmu Komunikasi disertai surat etik penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, untuk selanjutnya disampaikan kepada instansi tempat penelitian, yaitu Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ke bagian Tata Usaha (TU). Pada tanggal 21 Mei 2018 bagian Pendidikan dan Penelitian (Diklit) mengeluarkan surat balasan yang selanjutnya peneliti akan diarahkan ke bagian Instalasi Penelitian dan

kembali untuk diserahkan ke bagian Pusyansus. Disini peneliti juga diberi id card untuk menandakan bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Selanjutnya peneliti datang ke bagian Pusyansus untuk menyerahkan surat tersebut. Disana peneliti bertemu dengan dr. Tambar Kembaren, Sp.PD-KPTI selaku Kepala Pusyansus dan mendapat izin untuk melakukan penelitian.

Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengumpulan beberapa literatur yang berkaitan dengan topik penelitian yang diambil dari buku, jurnal, dan berita online. Hasil keseluruhan penelitian diperoleh melalui teknik wawancara secara mendalam dan observasi kepada informan yang ditemui di lapangan.

Pengumpulan data dimulai dari observasi awal, pra penelitian sampai kepada wawancara langsung pada saat di lapangan yang selanjutnya dianalisis dan disajikan.

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis secara lisan yang didasari oleh perilaku yang diamati. Pendekatannya mengarah pada latar belakang individu yang diamati peneliti sehingga deskriptif yang tertulis pada penelitian ini adalah kesungguhan data yang berlatar belakang dari proses kehidupan informan yaitu Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) ketika bersosialisasi dengan lingkungan sosialnya.

Sebelum melakukan wawancara, peneliti diharuskan membuat prosedur penjelasan yang disertai informed consent (persetujuan mengikuti penelitian) dari RSUP. H. Adam Malik yang nantinya untuk menjelaskan kepada informan maksud dan tujuan peneliti mengadakan penelitian dengan diikuti adanya persetujuan dan kesediaan informan untuk terlibat dalam penelitian. Pada saat

wawancara berlangsung, peneliti menggunakan alat pencatat berupa catatan lapangan dan alat perekam yang bisa memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data untuk mencegah adanya data yang terlewat dari peneliti.

Tahap analisis yang dilakukan peneliti adalah membuat daftar pertanyaan untuk proses wawancara, pengumpulan data dan analisis data yang dilakukan sendiri oleh peneliti untuk dapat mengetahui kedalaman informasi yang diberikan oleh informan.

4.2 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.2.1 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP. H. Adam Malik).

1) Profil

RSUP. H. Adam malik terletak di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Sumatera Utara. RSUP. H. Adam Malik berdiri tanggal 21 Juli 1993 dan merupakan jenis rumah sakit Pendidikan dengan kelas rumah sakit umum kelas A. RSUP H. Adam Malik juga merupakan rumah sakit rujukan yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau. Memegang teguh keyakinan berdasarkan “Kesejahteraan Terwujud Dengan Memberikan Pelayanan Bermutu”. Untuk memudahkan akses dan informasi pada pelayanan, RSUP H. Adam Malik juga membuka pelayanan secara online yang dapat di akses di www.rsham.co.id.

(1) 2010: SK Kemenkes RI No. YM.01.10/III/3696/10 tanggal 20 Juli 2010 RSUPH. Adam Malik kembali terakreditasi untuk 16 Pelayanan Periode Juli 2010 s/d Juli 2013.

(2) 2014: SK Menkes RI No. HK.02.02/MENKES/390/2014 tanggal 17 Oktober 2014 Tentang Pendoman Penetapan Rumah Sakit Rujukan Nasional.

(3) 2015: Keputusan Menkes RI No. HK.02.03/I/0913/2015 tanggal 27 Maret 2015 Tentang Izin Operasional RSUP H. Adam Malik Medan sebagai Rumah Sakit Umum Kelas A.

(4) 2015: SK Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) No. KARS-SERT/138/IX/2015 RSUP H. Adam Malik telah Memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit dan dinyatakan Lulus Tingkat Paripurna.

3) Visi dan Misi

Visi RSUP H Adam Malik Medan adalah Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Pusat Rujukan Nasional yang Terbaik dan Bermutu di Indonesia pada Tahun 2019. Visi tersebut diwujudkan melalui Misi RSUP H Adam Malik Medan yaitu:

(1) Melaksanakan Pelayanan Pendidikan, Penelitian, dan Pelatihan dibidang Kesehatan yang Paripurna, Bermutu dan Terjangkau.

(2) Melaksanakan Pengembangan Kompetensi SDM secara Berkesinambungan.

(3) Mengampu RS Jejaring dan RS di Wilayah Sumatera.

4) Motto

Motto RSUP H. Adam malik yaitu Mengutamakan Keselamatan Pasien dengan Pelayanan PATEN :

Pelayanan Cepat Akurat

Terjangkau Efisien Nyaman 5) Nilai-Nilai

(1) Pasien merupakan anggota masyarakat yang memerlukaan pelayanan kesehatan maka pelayanan medis harus diberikan dengan cara benar dan tanpa membedakan golongan, agama, suku, dan kemampuan sesuai dengan azas keadilan sosial.

(2) Memegang teguh dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika profesi dan norma-norma religius.

(3) Seluruh keputusan dan tindakan akan diambil sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku melalui suatu musyawarah serta dapat dipertanggungjawabkan.

(4) Pelayanan yang diberikan secara utuh, terpadu dan paripurna.

4.2.2 Pusat Pelayanan Khusus (Pusyansus)

Setiap fasilitas pelayanan kesehatan pada dasarnya dilarang menolak pengobatan dan perawatan ODHA. Dalam hal ini fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak mampu memberikan pengobatan dan perawatan, wajib merujuk ODHA ke fasilitas pelayanan kesehatan lain atau ke rumah sakit rujukan ARV (Anti

Retroviral). Rumah Sakit Adam Malik memiliki fasilitas berupa pelayanan khusus untuk ODHA yang dinamakan Pusyansus.

Pusyansus adalah Pusat Pelayanan Khusus di RSUP H. Adam Malik untuk orang yang terinfeksi HIV dan AIDS. Tugas dan fungsi Pusyansus adalah untuk melakukan konseling dan tes HIV. Ada tiga komponen inti dalam program Pusyansus yaitu Pencegahan, Perawatan, dan Pengobatan.

Pelayanan dalam Pusyansus diantaranya adalah KTS/VCT (Konseling dan Tes HIV/AIDS Sukarela/Voluntary Counselling and Testing), PDP/CST (Perawatan, Dukungan & Pengobatan/Care, Support & Treatment), Laboratorium, PPIA/PMTCT (Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak/Prevention of Mother To Child Transmission), dan Pelayanan Gizi. Dalam pelayanannya Pusyansus didukung dan bekerjasama dengan beberapa LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) pendamping. Khusus pelayanan perawatan dan pengobatan yang memerlukan tindak lanjut maka akan dirujuk ke bagian poli sesuai penyakit yang di derita ODHA tersebut.

4.3 Temuan Penelitian

Temuan penelitian berupa data-data dari lapangan yang diperoleh dari penelitian kualitatif. Hal ini diperlukan sebagai hasil pertimbangan antara hasil temuan penelitian di lapangan dengan teori yang terkait dengan pembahasan penelitian. Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang telah diperoleh dari beberapa informan yang telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu berguna untuk menjelaskan dan memastikan kebenaran temuan penelitian. Analisis data ini telah

dilakukan sejak awal dan bersamaan dengan proses pengumpulan data di lapangan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapat beberapa temuan yang dapat menggambarkan model komunikasi antarpribadi ODHA dalam menghadapi stigma dan diskriminasi yang terlihat dari hasil wawancara dan observasi. Hasil temuan data penelitian yang akan dipaparkan merupakan hasil reduksi data, dimana data yang ditampilkan adalah data yang dianggap peneliti dapat menjawab fokus masalah dan tujuan penelitian ini sebagaimana disebutkan dalam BAB I. Untuk memudahkan dalam memahami hasil temuan maka peneliti akan memaparkan sesuaikan dengan aspek kajian pada BAB III dari masing-masing informan.

Peneliti tidak dapat menjabarkan secara detail mengenai identitas dari setiap informan karena setiap informan meminta segala sesuatu yang berkaitan dengan kepribadian mereka disamarkan dan diinisialkan sehingga peneliti tetap menjaga kerahasiaan informasi tersebut. Masalah etika penelitian juga menjadi perhatian utama peneliti untuk tidak mencantumkan nama lengkap dari informan penelitian.

Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang menjadi informan peneliti ditentukan berdasarkan karakteristik yang telah peneliti jabarkan pada BAB III sebelumnya tentang subjek penelitian. Sesuai dengan karakteristik yang telah peneliti tentukan, maka jumlah ODHA yang memungkinkan dijadikan informan utama penelitian adalah sejumlah empat orang. Selanjutnya keempat informan telah peneliti dalami informasinya secara berulang sampai mencapai data jenuh untuk dijadikan data penelitian. Pada bagian ini peneliti akan memaparkan hasil

wawancara dari masing-masing informan yang telah peneliti amati dan wawancarai yang merupakan temuan-temuan di lapangan yang selanjutnya akan dianalisis pada pembahasan selanjutnya.

4.3.1 Pemaparan Hasil Wawancara Informan

Tabel 4.1

Sumber: Wawancara Mei - Juni 2018

Berikut ini adalah temuan penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan observasi dengan para informan:

1) Informan 1: SBH

Ibu SBH adalah informan pertama yang peneliti wawancarai. Peneliti bertemu dan berkenalan dengan SBH ketika sedang mengambil obat ARV di Pusyansus pada bulan Mei 2018. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud serta tujuan mengadakan penelitian. Senyum manis dan sambutan hangat

langsung peneliti terima ketika itu. Perempuan Kelahiran 1977 ini memiliki ciri-ciri rambut pendek sebahu dan berkulit putih terawat. Badannya yang sehat sama sekali tidak terlihat bahwa ia terinfeksi virus HIV/AIDS. Pada saat itu SBH juga langsung bersedia diwawancara tetapi meminta wawancara dilakukan pada siang hari. Pada pukul 12.42 WIB peneliti bertemu kembali dengan SBH di salah satu rumah makan di depan RSUP. H. Adam Malik. Pada saat itu SBH meminta maaf bertemu di rumah makan mengingat peneliti sedang berpuasa. Disana SBH bersama 2 orang teman yang juga merupakan ODHA. Sama sekali tidak ada rasa canggung yang ia tunjukkan kepada peneliti. SBH merupakan orang yang ramah dan terbuka, ia dengan senang hati menjawab setiap pertanyaan yang peneliti ajukan. Hal ini juga peneliti amati ketika ia memesan minuman dengan kata-kata candaan kepada petugas rumah makan. Tidak ada sedikit pun ketakutan yang ia tunjukkan bahwa ia adalah ODHA. Peneliti memulai sesi wawancara dengan menanyakan bagaimana awalnya SBH terinfeksi HIV/AIDS, SBH pun menjawab:

“Awal terinfeksi pastinya saya tidak tahu, tetapi yang saya tahu dari suami saya. Saat itu suami saya sering sakit-sakitan, sudah berobat kemana-mana tidak pernah sembuh, terus mencret, dan batuk. Saya tidak apa-apa, saya tidak sakit. Awal mula saya ketahuan sakit ketika suami saya berobat ke sebuah rumah sakit di Lubuk Pakam. Saat berobat dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya tidak diberitahukan kepada saya. Tetapi pihak rumah sakit di Lubuk Pakam menyarankan suami saya untuk dibawa ke Rumah Sakit Adam Malik. Berbekal surat rujukan dari rumah sakit di Lubuk Pakam, kami berobat ke Adam Malik tepatnya pada tahun 2007. Pada saat pemeriksaan di Adam Malik disampaikan

“Awal terinfeksi pastinya saya tidak tahu, tetapi yang saya tahu dari suami saya. Saat itu suami saya sering sakit-sakitan, sudah berobat kemana-mana tidak pernah sembuh, terus mencret, dan batuk. Saya tidak apa-apa, saya tidak sakit. Awal mula saya ketahuan sakit ketika suami saya berobat ke sebuah rumah sakit di Lubuk Pakam. Saat berobat dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya tidak diberitahukan kepada saya. Tetapi pihak rumah sakit di Lubuk Pakam menyarankan suami saya untuk dibawa ke Rumah Sakit Adam Malik. Berbekal surat rujukan dari rumah sakit di Lubuk Pakam, kami berobat ke Adam Malik tepatnya pada tahun 2007. Pada saat pemeriksaan di Adam Malik disampaikan