5.1. Mapping
5.4.1. Pengertian dan Tujuan
5.1.1.1. Pengertian Mapping adalah pemetaan yang menggambarkan potensi perpajakan
yang dapat dikelompokkan berdasarkan wilayah/lokasi , subjek pajak, jenis pajak, sektor/subsektor usaha, sesuai kebutuhan/ keunggulan yang terdapat di wilayah kerja KPP.
5.1.1.2. Tujuan Mapping adalah untuk mendapatkan gambaran umum potensi perpajakan
dan keunggulan fiskal di wilayah kerja masing-masing kantor/unit kerja yang akan
digunakan sebagai petunjuk dan sarana analisis dalam rangka penggalian potensi penerimaan, pelayanan dan pengawasan.
5.4.2. Pengelompokan Mapping
5.1.2.1. Wilayah Lokasi/Usaha
a) Wilayah Administrasi Pemerintahan(Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi).
Kegunaan : Untuk mengetahui luas dan struktur wilayah beserta pembagian wilayah berdasarkan batas wilayah pemerintahan beserta jumlah penduduk, wilayah yang dikenakan PBB, jumlah Wajib Pajak terdaftar dan potensi jumlah calon wajib pajak.
Format : Peta, keterangan dalam peta , tabel/narasi
b) Wilayah Ekonomi
Kegunaan : Untuk mengetahui potensi ekonomi berdasarkan wilayah kegiatan ekonomi seperti Lokasi Industri, Perdagangan, Pemukiman
Mewah, Lokasi Wisata, Lokasi Pertambangan, Lokasi
Perkebunan, Lokasi Pertanian, Lokasi kehutanan, Lokasi Perairan, Lokasi Pelabuhan/Bandara, dan Lokasi Pergudangan yang ada di lokasi kerja unit kantor yang bersangkutan, yang dapat memberi gambaran potensi penerimaan pajak.
5.1.2.2. Subjek Pajak
Kegunaan : Untuk mengetahui gambaran umum dari subjek pajak di wilayah kerjanya, baik yang telah terdaftar maupun yang belum, baik yang berbentuk hukum seperti PT, CV, BUT, maupun yang tidak berbadan hukum. Informasi yang disajikan menyangkut jumlahnya, tingkat kepatuhan, dan ranking berdasarkan peranan penerimaan, tunggakan
pajak, dan lain-lain yang bermanfaat untuk menentukan penanganan
lebih lanjut terhadap kelompok-kelompok WP yang bersangkutan.
Format : Tabel
5.1.2.3. Jenis Pajak
Kegunaan : Untuk mengetahui gambaran umum performance penerimaan per jenis pajak dan pertumbuhannya sehingga dapat memberi petunjuk
langkah-langkah penanganan dan pengamanannya.
Format : Tabel
5.1.2.4. Sektor/Subsektor
Kegunaan : Untuk mengetahui gambaran umum performance fiskal dari
sektor/subsektor di wilayah kerjanya. Informasi yang disajikan dapat berupa tax ratio, kepatuhan, pertumbuhan dan sektor dominan, sehingga dapat memberi petunjuk penggalian potensi fiskal.
1.3.1. Format : Tabel
5.4.3. Analisis Mapping
Kegunaan : Untuk mengetahui potensi perpajakan dan kelompokkelompok yang terkait dengan potensi tersebut, tingkat resiko serta petunjuk penggalian potensi yang akan dilakukan
Format : Tabel atau narasi
Analisis yang dilakukan dapat berupa :
1) Yang berhubungan dengan potensi jumlah WP contohnya : a. Jumlah Penduduk dibandingkan dengan Jumlah WP OP.
b. Jumlah WP Ekspatriat yang terdaftar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja asing /ekspatriat menurut data imigrasi dan dinas tenaga kerja.
2) Yang berhubungan dengan potensi penerimaan pajak contohnya : a. Objek Pajak PPN : DPP PPN dibandingkan dengan PDRB
b. Objek Pajak PPh pasal 22 impor dibandingkan dengan jumlah impor
c. Objek Pajak PPN impor dibandingkan dengan jumlah impor
d. Ratio antara PPh Badan Terutang dan Peredaran Usaha
e. Jumlah realisasi penerimaan per sektor dibandingkan PDRB sektor tersebut
3) Yang berhubungan dengan kepatuhan contohnya : a. Perbandingan WP terdaftar dengan WP Efektif
b. Perbandingan WP Efektif dengan WP Filer / Non Filer / Stop Filer
c. Penerimaan PPh Pasal 21 dibandingkan dengan penerimaan PPh Ps. 29
5.4.4. Tindak Lanjut Mapping
Kegunaan : Untuk memilih kelompok – kelompok yang potensial untuk ditindaklanjuti dengan memperhatikan :
1) Potensi perpajakannya
2) Tingkat kepatuhannya / tax gap
3) Tingkat kesulitan dalam implementasi
4) Deterrent Effect Format : Tabel
5.2. Profilling
5.4.1. Pengertian dan Tujuan
5.2.1.1. Profil Wajib Pajak adalah informasi mengenai Wajib Pajak yang memuat mengenai
identitas dan kegiatan usaha serta riwayat aktivitas perpajakannya secara
berkesinambungan yang dapat diklasifikasikan data permanent, data akumulatif dan data lain
5.2.1.2. Tujuan Profil Wajib Pajak adalah untuk menyajikan informasi yang dapat digunakan
untuk analisis, mengukur tingkat resiko dan kepatuhan Wajib Pajak serta untuk lebih mengenal Wajib Pajak yang terdaftar di unit kerjanya dan dapat memonitor
perkembangan usaha Wajib Pajak yang bersangkutan dan melakukan pengawasan, penggalian potensi, serta pelayanan yang lebih baik.
5.4.2. Pedoman Pembuatan Profil Wajib Pajak
5.2.2.1. Account Representative mendapat data dan informasi Wajib Pajak dari berbagai
sumber baik yang berasal dari internal maupun dari eksternal Direktorat Jenderal Pajak, yang terdiri dari data permanen (identitas Wajib Pajak, struktur organisasi, daftar
usaha, pohon kepemilikan dan lain-lain) dan data akumulatif (data perkembangan
usaha, kewajiban perpajakan, data lawan transaksi dan lain-lain) serta data lainnya
5.2.2.2. Account Representative membuat profil Wajib Pajak berdasarkan data dan informasi
yang diperoleh sesuai dengan pedoman pembuatan profil dari Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak serta menindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5.4.3. Tata Cara Pemutakhiran Profil Wajib Pajak (Lihat Lampiran 53)
5.2.3.1. Account Representative mendapat informasi perubahan dan penambahan data Wajib
Pajak dari berbagai sumber..
5.2.3.2. Account Representative melakukan pemutakhiran data Wajib Pajak berdasarkan
informasi perubahan dan penambahan data Wajib Pajak yang diperoleh dari alat keterangan, formulir pemutakhiran data, dan data resmi yang diperoleh sebagai dasar pemutakhiran data Wajib Pajak, serta menindaklanjuti sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5.2.3.3. Proses selesai
5.3. Benchmarking
5.4.1. Proses Benchmarking Tahap I
5.3.1.1. Mengambil data SPT Tahunan PPH Badan (2001-2005) antara 5-10 WP dengan
ratio terbesar (TTOR, CTTOR, NPM, GPM, ROA, EBIT ) dalam KLU yang sama dan tahun yang sama.
5.3.1.2. Ratio tersebut di rata-rata untuk setiap tahunnya.
5.3.1.3. Diambil ratio terbesar untuk dijadikan benchmark
5.3.1.4. Menghapus data TTOR yang kurang dari CTTOR
5.3.1.5. KLU Kelapa Sawit dihilangkan karena sudah dibuat oleh KPDJP
5.3.1.6. Jika ratio NPM < dari rata-rata suku bunga Bank Indonesia (12%), maka NPM dibuat
menjadi lebih tinggi dari 12 % dengan asumsi bahwa tidak ada perusahaan yang menginginkan keuntungan di bawah suku bunga Bank Indonesia
5.3.1.7. Jika GPM < NPM maka data tersebut dihilangkan, karena GPM seharusnya > dari
NPM
5.3.1.8. Jika GPM < dari rata-rata suku bunga Bank Indonesia, maka GPM menjadi > 12 %
ditambah selisih GPM lama dengan NPM lama
5.3.1.9. Demikian juga untuk EBIT jika rationya < dari rata-rata suku bunga Bank Indonesia
5.4.2. Proses Benchmarking Tahap II
Untuk mengakomodasi KLU yang tidak terbenchmark pada tahap I, maka dilakukan tahap II sebagai berikut :
5.3.2.1. Memasukkan angka benchmark usulan KPP yang belum tercantum pada tahap I
5.3.2.2. Jika ratio NPM < dari rata-rata suku bunga Bank Indonesia (12%), maka NPM dibuat
menjadi lebih tinggi dari 12 %
5.3.2.3. Jika GPM < dari rata-rata suku bunga Bank Indonesia, maka GPM menjadi > 12 %
ditambah selisih GPM lama dengan NPM lama
5.3.2.4. Demikian juga untuk EBIT jika rationya < dari rata-rata suku bunga Bank Indonesia
(12%), maka EBIT dibuat menjadi lebih tinggi dari 12 %.
5.4.3. Proses Benchmarking Tahap III
Untuk mengakomodasi KLU yang tidak terbenchmark pada tahap II, maka dilakukan tahap III sebagai berikut :
5.3.3.1. Membuat benchmark berdasarkan Ikhtisar Profile 50 WP per KPP
5.3.3.2. Data benchmark per ratio diambil rata2 pertahun per KLU, kemudian diambil yg
terbesar diantara tahun 2002 s.d 2006
5.3.3.3. Menambahkan data benchmark berdasarkan Ikhtisar Profile 50 WP per KPP yang
belum masuk ke Tahap II
5.3.3.4. Menambahkan data benchmark dari database Kanwil atas Klu 100 WP Besar KPP
yang belum masuk ke Tahap II
5.3.3.5. Mengulangi proses penyesuaian NPM,GPM,TTOR,CTTOR dan EBIT sesuai tahap
sebelumnya
5.4.4. Proses Benchmarking Tahap IV dan V
Untuk mengakomodasi KLU yang tidak terbenchmark pada tahap III, maka dilakukan tahap IV dan V dengan penjelasan sebagai berikut :
5.3.4.1. Kelompok usaha yang telah selesai dilakukan penghitungan-penghitungan rasio-rasio benchmark untuk tahap IV dan V adalah sebanyak 20 (dua puluh) dan 15 (lima belas) KLU.
5.3.4.2. Rasi-rasio yang dilakukan benchmarking tetap terdiri dari 14 (empat belas) rasio yaitu:
a. Gross Profit Margin (GPM) b. Operating Profit Margin (OPM) c. Pretax Profit Margin (PPM)
d. Corporate Tax to Turn Over Ratio (CTTOR) e. Net Profit Margim (NPM)
g. Rasio PPN Masukan terhadap penjualan h. Rasio biaya gaji terhadap penjualan i. Rasio biaya bunga terhadap penjualan j. Rasio biaya sewa terhadap penjualan
k. Rasio biaya penyusutan terhadap penjualan l. Rasio “input antara” lainnya terhadap penjualan m. Rasio penghasilan luar usaha terhadap penjualan n. Rasio biaya luar usaha terhadap penjualan
3.4.3. Pemanfaatan rasio-rasio total benchmarking tetap mengacu pada Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-96/PJ/2009 tanggal 5 Oktober 2009 tentang Rasio Total Benchmarking dan Petunjuk Pemanfaatannya
5.4. Analysing dan Penggalian Potens
i5.4.1. Evaluasi / Analisis
Account Representative melakukan evaluasi/analisis perpajakan Wajib Pajak yang mencakup Analisa Ratio Laporan Keuangan, CTTOR dan TTOR, Local Sectoral, Rasio Kapasitas
Produksi terhadap Omzet, Rasio Impor terhadap Omzet/Ekspor, Rasio Karyawan terhadap Produksi, Rasio Modal dan Pinjaman, Trend/Perkembangan Kegiatan serta analisis lainnya.
5.4.2. Penggalian Potensi
Account Representative melakukan penggalian potensi pajak meliputi potensi Wajib Pajak itu sendiri, potensi pengurus dan komisaris serta p emilik, potensi dari pihak terkait, potensi dari data silang dan pihak ketiga.
5.5. Penggalian Potensi
5.5.1. Account Representative menindaklanjuti profile Wajib Pajak yang sudah dibuat melalui
pemutakhiran data dan penggalian potensi pajak serta pertukaran data yang meliputi potensi Wajib Pajak itu sendiri, potensi pengurus da n komisaris serta pemilik, potensi dari pihak terkait, potensi dari data silang dan pihak ketiga.
5.5.2. Account Representative menindaklanjuti hasil analisis dan penggalian potensi pajak dengan
melakukan himbauan tertulis yang dilanjutkan dengan konseling jika Wajib Pajak yang bersangkutan tidak merespon atau melaksanakan apa dimintakan dalam surat himbauan tersebut, dan ditindaklanjuti dengan Pemeriksaan.