• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ORANG TUA SEBAGAI PENDIDIK IMAN ANAK DALAM

C. PENDIDIKAN IMAN ANAK SEBAGAI TUGAS UTAMA

1. Pengertian Dan Tujuan Pendidikan Iman Anak

Dalam keluarga Katolik, orang menemukan kekayaan iman Katolik sebagai sikap hidup yang memberikan landasan bagi perjuangan hidup pribadi maupun hubungannya dengan sesama. Dalam keluarga Katolik, orang belajar pelbagai macam hal yang menopang kehidupannya. Keluargalah yang mewariskan pelbagai macam ciri yang ditemui dalam pribadi seseorang sebagai seorang beriman. Dalam hal ini, pendidikan iman dalam keluarga, khususnya pendidikan iman anak, perlu diperhatikan. Pada bagian ini diuraikan mengenai pengertian pendidikan iman anak dan tujuan dari pendidikan iman anak.

a. Pengertian Pendidikan Iman Anak

Dalam keluarga Katolik, orang tua harus diakui sebagai pendidik iman yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka (AA art. 11) karena orang tualah yang pertama kali bertanggung jawab membekali anak-anaknya pengetahuan ajaran iman. Sebagai pewarta iman pertama (LG art. 11), orang tua diharapkan mampu mengantarkan anak-anaknya kepada kehidupan Gereja, karena cara hidup di

dalam keluarga dapat membentuk sikap mental, yang menjadi prasyarat dan penopang bagi iman yang hidup.

Dalam usaha mendidik iman anak, orang tua perlu mengetahui bagaimana cara-cara mendidik iman yang baik dan terarah, sehingga anak terbantu dalam mengembangkan imannya menuju kedewasaan dan kematangan. Cara orang tua dalam mendidik iman anak sangat menentukan perkembangan iman anak. Karena itu, pendidikan iman anak merupakan satu hal yang perlu dipikirkan secara serius dan tidak boleh diabaikan. Kalau anak dididik dengan baik dan benar, mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin masa depan yang bermoral, yang mempunyai cara hidup yang berkenan kepada Tuhan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan memiliki arti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan (Depdiknas, 2005:263). Usaha tersebut menyangkut berbagai bidang, karena kepribadian setiap anak mempunyai berbagai dimensi, yakni : dimensi fisik, dimensi mental, dimensi moral, dimensi sosial, dan dimensi spiritual. Sedangkan, yang dimaksudkan dengan iman adalah hormat dan kasih manusia terhadap Allah (KAS, 2007). Hormat dan kasih manusia terhadap Allah itu biasanya berkembang bersamaan dengan perkembangan seluruh kepribadiannya. Bila seseorang semakin dewasa secara menyeluruh, maka biasanya ia juga semakin dewasa dalam iman.Dari dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan pengertian pendidikan iman anak adalah proses dan usaha-usaha orang-orang dewasa untuk membantu anak-anak agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah, Pencipta dan Penyelamat,

sehingga anak-anak dapat mencapai kedewasaan penuh dan bertanggung jawab dalam mewujudkan imannya secara konkret dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan Pendidikan Iman Anak

Pendidikan iman Katolik adalah pendidikan yang bersumber dari iman Katolik sebagaimana diajarkan oleh Alkitab, penyataan Allah secara tertulis. Pendidikan iman Katolik bertolak dari keyakinan bahwa Allah ada, Dia menyatakan diri, Dia Esa dalam kemajemukan (Allah Tritunggal – Bapa, Anak, dan Roh Kudus). Allah menyatakan diri-Nya melalui berbagai cara, antara lain: melalui penciptaan dan pemeliharaan alam semesta, melalui orang-orang yang dipanggil-Nya untuk berbicara (para imam, nabi, raja, orang berhikmat), melalui tulisan-tulisan para nabi dan para rasul (firman tertulis), dan melalui Firman yang menjadi manusia di dalam Yesus Kristus.

Pendidikan iman Katolik mempunyai pemahaman bahwa Allah adalah sumber pengetahuan, kebenaran sejati. Kebenaran Allah dinyatakan dalam firman tertulis dan Firman yang menjadi manusia (Yesus). Manusia dapat mengenal kebenaran tersebut dengan potensi yang diberikan Allah termasuk melalui iman sebagai pemberian Allah, melalui nalar, perasaan, intuisi, kehendak serta melalui perilakunya. Pertobatan kepada Yesus, pengalaman kelahiran baru serta hidup dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus juga membawa pengetahuan tentang kebenaran illahi (Ef 4:22-24). Pendidikan Katolik tidak saja membimbing anak mengetahui berbagai kebenaran ilmiah dan falsafahi serta mempelajari berbagai keterampilan hidup, tetapi juga mengenal kebenaran Allah di dalam dan melalui

Yesus Kristus. Mengenal Allah berarti memiliki relasi (diperdamaikan) dengan Allah oleh Yesus Kristus. Alkitab sangat sentral dalam rangka menuntun kita mengenal Allah. Begitu pula halnya dengan pendidikan iman anak. Pendidikan iman anak dapat membawa anak-anak kepada kebenaran sejati dan mampu mengenal Allah melalui pribadi Yesus Kristus dan firman-Nya. Oleh karena itu, pendidikan iman dalam keluarga bertujuan untuk membantu anak agar semakin berkembang dan bertumbuh menjadi seorang pribadi yang lebih dewasa dan bertanggung jawab, serta mampu mewujudkan iman tersebut dalam pengalaman konkret sehari-hari melalui kedekatan mereka secara pribadi akan Yesus yang telah mereka hidupi dalam keluarga (Ef 4:13).

Upaya untuk membantu anak agar semakin mengenal Allah tidak cukup hanya melalui penjelasan (pengajaran), tetapi juga melalui keteladanan hidup orang tua. Orang tua sendiri harus mempraktekkan imannya, berusaha untuk hidup kudus, dan terus menerapkan ajaran iman dalam kehidupan keluarga di rumah. Orang tua Katolik bertanggung jawab tidak hanya dengan membesarkan anak-anak secara fisik, tetapi bertanggung jawab juga dengan mendidik anak-anak untuk beriman Katolik. Orang tua harus menyediakan waktu bagi anak-anak untuk membentuk mereka menjadi pribadi-pribadi yang mengenal dan mengasihi Allah. Hak dan kewajiban orang tua untuk mendidik iman anak-anak tidak dapat digantikan ataupun dialihkan kepada orang lain (GE art. 3). Karena tugas mendidik iman anak-anak tidak dapat digantikan ataupun dialihkan kepada orang lain, maka orang tua disebut sebagai pendidik iman yang utama bagi anak-anak mereka. Sebagai pendidik utama dalam hal iman kepada anak-anak, orang tua

diharapkan secara aktif mendidik anak-anak dan terlibat dalam proses pendidikan anak-anaknya. Orang tua juga diharapkan terlibat dalam proses pendidikan yang dilakukan oleh sekolah. Orang tua harus mengetahui apa yang sedang dipelajari oleh anak-anaknya di sekolah, buku-buku yang mereka baca, bagaimana sikap dan tabiat anaknya di sekolah, siapakah teman-teman anak-anaknya, dan sebagainya. Sekolah, Gereja, dan masyarakat menjadi pelengkap saja. Sekolah melengkapi dengan ilmu pengetahuan; Gereja melengkapi dengan ajaran iman dan moral; dan masyarakat melengkapinya dengan pengalaman hidup sosial yang ada. Pendidikan iman dalam keluarga juga akan menentukan ke arah mana anak akan dibawa. Pendidikan iman yang baik dan benar akan membawa anak ke arah yang baik dan benar pula.

2. Usaha-Usaha Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Dalam Melaksanakan