• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebab Perilaku Tidak Etis

Dalam dokumen MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (Halaman 64-68)

Dalam kehidupan bermasyarakat, perilaku etis sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena, interaksi antar individu didalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai etika. Pada dasarnya dapat dikatakan kesadaran semua anggota masyarakat untuk berperilaku secara etis dapat membangun suatu ikatan dan keharmonisan bermasyarakat. Namun demikian, kita tidak dapat mengharapkan semua orang dapat berperilaku etis. Arens dan Loebbecke (1997:73) menyebutkan bahwa, terdapat dua faktor utama yang mungkin menyebabkan orang berperilaku tidak etis, yaitu:

1) Standar etika orang tersebut berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Orang tersebut secara sengaja bertindak tidak etis untuk keuntungan sendiri. 2) Ketaatan pada Hukum dan Peraturan Section 404 mengharuskan semua

perusahaan.

Publik mengeluarkan laporan tentang keefektifan pelaksanaan pengendalian intern atas pelaporan keuangan. Selain itu, pihak manajemen dan karyawan juga dituntut untuk selalu mematuhi setiap peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan.

1.9.3 Perilaku Terhadap Agen Ekonomi Lainnya

Seorang manajer juga harus menjalankan etika ketika berhubungan dengan agen-agen ekonomi lain-seperti pelanggan, pesaing, pemegang saham, pemasok, distributor, dan serikat buruh. Agar perusahaan tersebut baik di mata dunia maka seorang manajer harus memiliki etika yang baik. Para manajer yang memiliki etika yang baik akan melaksanakan tugas-tugasnya sebagai manajer dengan penuh tanggung jawab. Etika dipergunakan dimana saja ia berada. Baik dalam mengambil keputusan, memimpin

Perilaku etis terjadi bila manajer dan karyawan mengikuti prinsip dan nilai-nilai yang disepakati. Manajer dapat memberikan contoh untuk melakukan perilaku etis dengan menetapkan standar menyangkut penggunaan sumber daya organisasi untuk kepentingan perusahaan dan bukan kepentingan pribadi, menangani informasi secara jujur dan rahasia, tidak menggunakan wewenang mereka untuk mempengaruhi orang lain, melakukan perilaku tidak etis, tidak membuat kebijakan yang tidak sengaja, membuat karyawan berperilaku tidak etis dengan menetapkan tujuan yang masuk akal. Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility) adalah Manajemen mempertimbangkan dampak hukum, etika, sosial dan ekonomi dalam membuat keputusan-keputusan yang etis atau Kewajiban perusahaan untuk merumuskan kebijakan, mengambil keputusan dan melaksanakan tindakan yang memberikan manfaat kepada masyarakat.

Selain itu manajer senantiasa melakukan tindakan yang efisien dan Efektive dalam organisasinya. Salah satu langkah adalah pengendalian dalam organisasi/perusahaan akan mendorong pemakai sumber daya secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran-sasaran perusahaan. Tujuan yang penting dari pengendalian ini adalah memperoleh informasi keuangan dan nonkeuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan. Menurut Mulyadi (2002:180) definisi pengendalian terdapat beberapa konsep dasar berikut ini:

1) Pengendalian intern merupakan suatu proses. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu.

2) Pengendalian intern dijalankan oleh orang. Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personel lain.

3) Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan yang mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. 4) Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan:

pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi. Menurut AICPA (1947) menjelaskan bahwa pengendalian internal sangat penting antara lain untuk memberikan perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia, selain itu pengendalian intern yang efektif dapat mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan.

1.10 P E R K E M B A N G A N S I S T E M M A N A J E M E N I N D O N E S I A

Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah ada perkembangan sistem manajemen Indonesia?. Bagaimanakah perkembangan manajemen di Indonesia?. Pertanyaan-pertanyaan ini akan mendapatkan jawaban yang tidak pasti. Ada yang mengatakan

bahwa Indonesia punya sistem manajemen yang ada sejak zaman dahulu kala, sebagai warisan akar budaya bangsa oleh Raja-Raja Nusantara yang dapat kita sebut dengan sistem manajemen partisipatif; salah satu contohnya adalah gotong royong. Ada juga yang mengatakan bahwa sistem manajemen Indonesia sangat dipengaruhi oleh negara-negara yang pernah menjajah; Belanda dan Jepang. sistem pemerintahan dengan DPR dalam perumusan kebijakan publik adalah salah satu contoh dari birokrasi top-down yang dianut oleh VOC. Jepang sejak menduduki Indonesia telah membuat sistem pengklusteran dengan sistem manejemen bottom-up contohnya dengan membentuk organisasi masyarakat dari tingkat bawah hingga tingkat atas.

Ada penulis yang mencatat sejarah perkembangan manajemen diawali dari pra industrialisasi, ada yang mengawalinya sejak aliran klasik dan ada juga yang memulai dari manajemen ilmiah. Demikian juga jika kita lihat dari banyaknya aliran atau periode manajemen, ada yang menuliskan tiga periode, empat periode dan lebih dari empat periode. Di samping itu, pengelompokkan penulis yang termasuk di dalam setiap periode atau aliran juga bermacam-macam. Penulis empat periode atau aliran sejarah perkembangan manajemen mengatakan bahwa dimulai dari aliran manajemen klasik, behavioristik, model sistem, dan hubungan manusia atau neo-klasik.

Berbagai pandangan mengenai sistem manajemen yang sedang digunakan di Indonesia, belum ada yang menyatakan model yang pas mengenai sistem (Style) manajemen yang asli dan khas Indonesia, bila dibandingkandengan Jepang, Cina atau Amerika dan negara-negara Eropa yang tampaknya sudah menemukan bentuk sistem manajemen yang dijalankannya.

Meskipun demikian bukan berarti bahwa pengelolaan administrasi negara dan bisnis selama ini di Indonesia tidak memakai konsep manajemen. Para pimpinan administrasi negara dan pimpinan perusahaan telah mengadopsi bentuk menajemen. Apalagi jika kita mengikuti pola dan jalan pikiran Peter F. Drucker (1977: 7),manajemen menyandang fungsi sosial. Manajemen tidak dapat dipisahkan dari masyarakat atau bagian dari masyarakat yang dilayaninya, sehingga tak terlepas dari kaitan budaya (kultur) yang disandang oleh masyarakat yang dilayaninya. Kultur itu bahkan tampil sebagai bagian terpadu dalam keseluruhan manajemen tersebut.

Merujuk dari pemikiran Peter F. Drucker di atas, sesuatu yang pasti bahwa Indonesia punya budaya (cultur) oleh karena itu ‘pasti’ punya nilai-nilai dasar manajemen. Sehingga menjadi sangat mendesak (urgent) untukmengembangkan kekuatan imbangan yang ada pada nilai-nilai budaya bangsaIndonesia, yaitu pengembangan manajemen yang berciri khas Indonesia. Karena bangsa Indonesia sedang menghadapi banyak masalah akibat ‘salah urus’ (mis-management) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ditandai oleh merajalelanya kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) di hampir semua segi. Pada saat yang sama, Indonesia juga harus berkompetisi dengan negara-negara lain dalam

Menemukan sistem manajemen dari akar budaya dan karakter dasar bangsa Indonesia hampir dipastikan dapat lebih efektif dan efisien, jika dibanding dengan negara-negara yang telah melaksanakannya seperti; Jepang, Cina, Eropa, dan amerika. Kita jangan lagi mengadopsi sistem manajemen dari luar yangsebenarnya tidak semua cocok untuk diterapkan Indonesia, sehingga mengakibatkan kegagalan pengelolaan. Berhasinya manajemen Indonesia, sangat tergantung dari cara penyaringan berbagai budaya (suku/etnis) yang ada dimasyarakat Indonesia serta penerapannya dalam kehidupan organisasi.

If You can change your mind, you can change your life William James

BAB 2

SUMBERDAYA

Dalam dokumen MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (Halaman 64-68)