• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4 .1 Per tum buhan Ekonom i

Pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2011 menunjukkan perkembangan yang cukup menggem bir akan. Kr i sis utang yang ter jadi di US dan Er opa pada kenyataannya ti dak berdampak signifikan pada perekonomian nasional. Permintaan domestik masih cukup kuat unt uk mendukung laj u per tumbuhan ekonomi walaupun ter jadi per lambatan pada sisi eksternal. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,5 persen (yoy), lebih tinggi bil a di bandi ngkan dengan t ahun sebel umnya yang tum buh sebesar 6,2 per sen (yoy). Pertumbuhan tersebut didukung oleh kinerja konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor neto, serta sektor industri yang tumbuh cukup siginifikan.

Di tahun 2011, konsumsi masyarakat tumbuh 4,7 per sen (yoy), sama dengan pertumbuhan tahun 2010. Namun, tr en komponen tersebut menunjukkan tingkat per tumbuhan (yoy) yang lebih tinggi dar i kuar tal per tama hingga kuar tal ter akhir tahun 2011. Hal ter sebut menunjukkan perbaikan daya beli masyarakat di sepanjang tahun sejalan dengan rendahnya inflasi di tahun tersebut. Peningkatan konsumsi masyarakat didor ong baik oleh konsumsi makanan maupun bukan makanan, yang masing-masing tumbuh 3,8 per sen (yoy) dan 5,5 per sen ( yoy). Konsum si m asyar akat m am pu m em ber i kan kont r i busi t er besar pada pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 2,7 persen sedangkan peran atau distribusinya sebesar 54,6 persen.

U r aian APBN RAPBN -P

Pertum buhan Ekonom i (%) 6,7 6,5

I nflasi (%) yoy 5,3 7,0

Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan (%) 6,0 5,0 Nilai Tukar (Rp/ USD) 8.800,0 9.000,0 Harga M inyak (USD/ barel) 90,0 105,0 Lifting M inyak (ribu barel/ hari) 950,0 930,0 Sum ber: Kem enterian keuangan

T ABEL I I .1

Bab I I

II-13 Nota Keuangan dan RAPBN-P 2012

Per kembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makr o

L aj u per t um buhan k onsum si pem er i nt ah m en un j uk k an pen i ngk at an yan g cuk up signifikan, yaitu dari 0,3 persen (yoy) di tahun 2010 menjadi 3,2 per sen (yoy) pada tahun 20 11. Peni n gkat an konsum si pem er i nt ah didor ong oleh bel anj a bar ang dan belanj a pegawai den gan per t um buh an m asi n g-m asi ng sebesar 3,6 per sen (yoy) dan 5,4 persen (yoy). M eningkatnya belanja pegawai terkait dengan pember ian r emuner asi pada beberapa K/ L. Walaupun terjadi peningkatan yang tajam, kontribusi konsumsi pemerintah relatif kecil pada pertumbuhan ekonomi, yaitu

sebesar 0,3 persen. Sementara itu, peran konsumsi pemerintah hanya mencapai 9,0 persen

dari total PDB (lihat Gr afik I I .7).

Pertumbuhan komponen investasi (pembentukan modal tetap br uto/ PM TB) tahun 2011 menunjukkan sedikit peningkatan pertumbuhan dibanding tahun 201o, yaitu dari 8,5 persen (yoy) menjadi 8,8 per sen (yoy). Peningkatan kinerja investasi ini ter utama didorong oleh per t umbuhan investasi mesin dan per lengkapan i mpor , ser t a alat angkut i mpor . Tr en peni ngkatan konsumsi dal am neger i mendor ong kebut uhan m esin-mesin bar u untuk menjamin kecukupan kapasitas produksi ke depan. Sementara itu, pertumbuhan investasi alat angkut impor yang tinggi lebih didorong oleh pembelian sejumlah pesawat baru untuk mengimbangi aktivitas ekonomi dan hubungan antar ber bagai wilayah yang meningkat pesat. I nvestasi bangunan sedikit mengalami per lambatan sejalan dengan per tumbuhan sektor konstr uksi yang r elatif tetap. Walaupun peran investasi ter hadap PDB r elatif jauh lebih kecil dibanding konsumsi masyarakat, tetapi komponen investasi mampu member ikan kontribusi yang cukup tinggi pada pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 2,1 per sen.

Sedikit ber beda dengan yang terjadi pada komponen lainnya, pertumbuhan ekspor dan impor bar ang dan jasa di tahun 2011 r elatif mel ambat dar i tahun 2010. Tekanan pel emahan ekonom i gl obal telah menyebabkan melambatnya kiner ja ekspor I ndonesi a, yait u dar i pertumbuhan 15,3 persen (yoy) di tahun 2010 menjadi 13,3 persen (yoy) di tahun 2011. Hal yang sama ter jadi pada per tumbuhan i mpor yang melambat dar i 17,34 per sen (yoy) di tahun 2010 menjadi 13,33 per sen (yoy) di tahun 2011. Namun, per lambatan impor yang lebih besar dibanding ekspor telah menyebabkan peningkatan ekspor neto menjadi 14,4 persen (yoy) di tahun 2011 di banding 8,7 persen (yoy) di tahun sebelumnya. Bila disimak lebih jauh, pola penur unan per tumbuhan ekspor dan impor barang baru terlihat jelas di kuar tal I V 2011. Dalam hal ini, dampak langsung dari perlambatan ekonomi Eropa terhadap ekspor I ndonesia relatif kecil sebagai akibat rendahnya komposisi ekspor langsung ke negara negar a yang ter kena krisis. Dengan memperhatikan per kembangan yang terjadi, kiner ja ekspor di tahun 2012 diperkirakan akan kembali melambat, sementar a pertumbuhan impor diperkirakan meningkat terutama didorong oleh impor bar ang modal untuk mengimbangi kebutuhan investasi di tahun tersebut.

Dari sisi penawaran, semua sektor ekonomi masih tumbuh positif di tahun 2011 walaupun beberapa sektor mengalami perlambatan. Sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan r estoran, sektor keuangan, ser ta sektor jasa mengalami peningkatan pertumbuhan.

6,0 4,6 6,2 6,5 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 2008 2009 2010 2011 GRAFI K I I .7 PERTU M BU H AN PD B ( %, yoy)

Bab I I

II-14 Nota Keuangan dan RAPBN-P 2012

Per kembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makr o

Sementara itu, empat sektor yang lain mengalami perlambatan, yaitu sektor pertambangan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor konstruksi, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor pertanian adalah satu-satunya sektor yang tumbuh tetap.

Pertumbuhan tertinggi masih terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yang t um buh sebesar 10 ,7 per sen (yoy) , m eski pun m el am bat bi l a di bandi ngk an dengan tahun 2010 yang tumbuh sebesar 13,4 per sen (yoy). Per tumbuhan ter sebut t er ut am a di dor on g ol eh subsek t or k om un i k asi yan g t um buh 12,7 per sen kar en a m eni ngk at n ya m obi l i t as sar ana komuni kasi baik dar i si si j enis m aupun i n t en si t as pen ggun aan n ya. Subsek t or pengangkutan tumbuh sebesar 7,6 per sen (yoy), didor ong oleh tumbuhnya subsektor angkutan jalan raya dan subsektor angkutan laut, serta subsektor jasa penunjang angkutan, yang masing-masing tumbuh sebesar 6,6 per sen (yoy), 2,8 persen (yoy), dan 6,8 persen (yoy). M eningkatnya jumlah penumpang dan ber agamnya moda angkutan di jalan r aya

dan laut, mendukung pertumbuhan subsektor ini (lihat Gr afik I I .8).

Sektor industr i pengolahan di tahun 2011 tumbuh cukup kuat, yaitu sebesar 6,2 per sen (yoy), mengalami peningkatan yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2010 yang sebesar 4,7 persen (yoy). Lonjakan per tumbuhan sektor ini didorong oleh pertumbuhan pada subsektor industri nonmigas yang mencapai 6,8 persen (yoy), sedangkan subsektor industr i mi gas mengalami kontr aksi sebesar 0,9 per sen (yoy). Per tum buhan subsektor industr i nonmigas ditopang oleh industr i logam dasar, besi dan baja; industr i makanan, minuman, dan tembakau; serta industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki. Ketiga subsektor ini masing-masing tumbuh sebesar 13,1 per sen (yoy), 9,2 persen (yoy), dan 7,5 per sen (yoy). Kont r aksi pada subsek t or i ndust r i nonm i gas t er ut am a di dor ong ol eh per tumbuhan minus pada industri gas alam cair.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan pertumbuhan dari 8,7 persen (yoy) di tahun 2010 menjadi 9,2 persen (yoy) di tahun 2011. Pertumbuhan sektor ini ditopang oleh ki ner ja subsektor per dagangan besar dan ecer an yang tumbuh 10 ,0 per sen (yoy), sedangkan subsektor hotel dan subsektor restoran masing-masing tumbuh 9,0 persen (yoy) dan 4,1 persen (yoy).

Sekt or per t ani an , pet er n ak an, k ehut anan dan per i kan an di t ahun 20 11 m engal am i per tumbuhan yang tetap atau sama dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,0 per sen (yoy). Dor ongan pada sekt or per t ani an ber asal dar i subsekt or per i kanan, subsekt or per kebunan, dan subsektor pet er nakan sebesar 6,7 per sen (yoy). Sedangkan subsektor t anam an bahan m akanan yang m enj adi kont r i but or ut am a per tum buhan sekt or i ni , mengalami perlambatan per tumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 1,6 persen (yoy) m enjadi 1,3 per sen (yoy). M el ambat nya per t umbuhan subsektor tanaman bahan makanan karena pengar uh gangguan cuaca yang menyebabkan penur unan pada produksi

pertanian terutama padi (lihat Tabel I I .2).

4,7 3,2 8,8 13,6 13,3 -20,0 -15,0 -10,0 -5,0 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 2008 2009 2010 2011

Sumber : Badan Pusat Statistik

GRAFI K I I .8

SUM BER PERTUM BUH AN PDB 2008-2011 ( %, yoy)

Bab I I

II-15 Nota Keuangan dan RAPBN-P 2012

Per kembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makr o

M emasuki tahun 2012, perekonomian nasional diperkirakan mengalami perlambatan akibat dampak krisis global yang belum pulih. Dalam APBN 2012, asumsi pertumbuhan ekonomi diper kir akan mencapai 6,7 per sen (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan dengan r ealisasi pertumbuhan tahun 2011 yang mencapai 6,5 persen (yoy). Dengan melihat kondisi terkini baik dar i sisi inter nal maupun ekster nal, ekonomi nasional di tahun 2012 diper kir akan tumbuh 6,5 persen (yoy).

Pada tahun 2012, berbagai kebijakan pemerintah akan diarahkan untuk tetap mendorong daya beli dan konsumsi masyarakat, walau terdapat risiko tekanan inflasi yang bersumber dari penyesuaian harga BBM , tarif tenaga listrik, dan beras. Pemerintah telah mempersiapkan langkah-langkah untuk menj aga agar l aju inflasi tetap pada tingkat yang wajar . Sel ain berbagai progr am perlindungan sosial bagi masyar akat kur ang mampu seper ti antar a lain jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), program keluar ga har apan (PKH ), pr ogr am nasional pember dayaan masyar akat (PNPM ) per kotaan, per desaan, infr astr uktur sosial, perdesaan, daerah tertinggal dan khusus, program BOS, subsidi pangan dan berbagai bentuk subsidi masih akan terus digulirkan, Pemer intah juga merencanakan program kompensasi untuk meredam turunnya daya beli masyarakat. Pertumbuhan konsumsi masyarakat juga didor ong oleh diadakannya Pemilukada (Pemilihan Kepala Daer ah) di ber bagai daer ah. Kenai kan gaj i PNS/ TNI -Pol r i / Pensi unan dan pem ber i an gaj i ke-13 j uga m endor ong m en i ngk at n ya daya bel i m asyar ak at dan k on sum si m asyar ak at . Den gan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya, maka konsumsi masyarakat pada t ahun 20 12 di per ki r akan t um buh sebesar 4,9 per sen (yoy), sedi ki t m el am bat dibandingkan perkir aannya dalam APBN 2012 yang sebesar 5,0 per sen.

Konsumsi pemerintah pada tahun 2012 terus diupayakan dengan perbaikan pelaksanaan dan kinerja APBN dengan tetap memperhatikan aspek efisiensi dan efektivitas. Dalam rangka m engawasi penyer apan an ggar an agar m em ber i kan dam pak yang si gn i f i kan dal am mendorong pertumbuhan ekonomi, Pemerintah membentuk Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA). Tim TEPPA menar getkan r ealisasi penyerapan anggaran sekitar 25 per sen setiap tr i wulan. Sel ain i tu, konsumsi pemer i ntah juga didor ong oleh

Sektor 20 0 8 20 0 9 20 10 20 11

- Per tanian 4,8 4,0 3,0 3,0

- Per tambangan 0,7 4,5 3,6 1,4

- I ndust r i Pengolahan 3,7 2,2 4,7 6,2

- Listr ik, Gas, dan Air Ber sih 10,9 14,3 5,3 4,8

- Konst r uksi 7,6 7,1 7,0 6,7

- Per dagangan, Hot el, dan Rest or an 6,9 1,3 8,7 9,2 - Pengangkut an dan Komunikasi 16,6 15,8 13,4 10,7

- Keuangan 8,2 5,2 5,7 6,8

- Jasa- jasa 6,2 6,4 6,0 6,7

Sumber : Badan Pusat St at ist ik

TABEL I I .2