• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pokok-Pokok Per ubahan Kebijakan Pener im aan Per pajak an

PERU BAH AN PEN D APATAN N EGARA D AN PEN ERI M AAN H I BAH

3.2 Pendapatan N egar a dan Pener im aan H ibah

3.2.1 Pener im aan D alam N eger i

3.2.1.1 Pokok-Pokok Per ubahan Kebijakan Pener im aan Per pajak an

Sebagai sumber ut ama pener i maan dal am neger i, pener im aan per paj akan diupayakan mengalami peningkatan setiap tahun. Untuk itu, Pemerintah senantiasa menyusun kebijakan yang bertujuan untuk mengoptimalkan pener imaan per pajakan. Pokok-pokok kebijakan per paj akan dal am RAPBN-P 20 12 m el i put i: (a) mel anj utkan pokok-pokok kebi jakan perpajakan yang telah direncanakan pada APBN 2012; (b) perbaikan kebijakan perpajakan untuk mendukung optimalisasi pendapatan negara dan kegiatan ekonomi; (c) intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan dalam upaya penggalian potensi perpajakan; (d) perbaikan

A PBN -P Real isasi % t h d.

A PBN -P A PBN RA PBN -P

% t h d. A PBN A . Pen er i m aan D al am N eger i 1.16 5 .2 5 2 ,5 1.19 8 .2 8 2 ,4 10 2 ,8 1.3 10 .5 6 1,6 1.3 4 3 .6 5 1,7 10 2 ,5

1. Pener im aan Per pajakan 87 8.685,2 87 3.7 35,0 99,4 1.0 32.57 0 ,2 1.0 11.7 37 ,9 98,0 2. Pener im aan Negar a Bukan Paj ak 286.567 ,3 324.547 ,4 113,3 27 7 .991,4 331.913,8 119,4

B. Pen er i m aan H i bah 4 .6 6 2 ,1 2 .5 8 1,8 5 5 ,4 8 2 5 ,1 8 2 5 ,1 10 0 ,0 J U M L A H 1.16 9 .9 14 ,6 1.2 0 0 .8 6 4 ,2 10 2 ,6 1.3 11.3 8 6 ,7 1.3 4 4 .4 7 6 ,8 10 2 ,5

Sumber : Kem ent er i an Keuangan

T ABEL I I I .1

PEN DAPAT AN N EGARA DAN H I BAH , 2011 dan 2012 ( m i l i ar r upi ah)

U r ai an

Bab I I I Per ubahan Pendapatan Negar a dan Pener imaan Hibah

III-3 Nota Keuangan dan RAPBN-P 2012

pelayanan untuk meningkatkan kepatuhan sukarela; (e) penegakan hukum (law enfor cement)

kepada wajib paj ak yang t idak patuh; (f) pembenahan inter nal apar atur dalam r angka meningkatkan efektivitas fungsi per pajakan; dan (g) peningkatan fungsi pengawasan dan pemeriksaan.

Di bidang pajak, pokok-pokok kebijakan umum tersebut diterjemahkan dalam berbagai bentuk

inisiatif strategis yang dapat dikelompokkan ke dalam policy measur es dan administr ative

measur es. I nisiatif strategis yang tergolong dalam policy measur es meliputi antara lain: Per tama, pembenahan sistem dan regulasi PPN. Hal ini perlu dilaksanakan mengingat masih ban yak t er j adi kasus fakt ur paj ak yang t i dak sah dan t i nggi nya r est i t usi PPN yang mengakibatkan penerimaan PPN kurang optimal. I nisiatif strategis ini dilaksanakan dalam beberapa langkah antara lain: (a) penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) M asa PPN harus disampaikan secara elektronik (e-SPT); (b) melaksanakan registrasi ulang pengusaha kena paj ak (PKP) ; (c) pen i n j auan k em bal i pen gaj uan PKP dan waj i b paj ak (W P) pat uh; (d) i n ven t ar i sasi ul an g t er hadap W P badan yang m el aksan ak an pem ungut an PPN; (e) r evi ew undang-undang (UU) dan peratur an yang terkait dengan kebijakan PPN secara

komprehensif; dan (f) penyusunan peraturan pelaksanaan terkait Fr ee Tr ade Zone.

Kedua, penyempur naan beber apa kebijakan ter kait dengan PPh yang ke depannya akan disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan usaha. Beberapa kajian yang akan dilakukan adalah kajian atas kebijakan pengenaan PPh final dan kajian kebijakan perpajakan UM KM . Ketiga, pemanfaatan data yang maksimal untuk optimalisasi penggalian potensi pajak. Dalam pel aksanaannya, kegiat an i ni di l akukan m el alui per cepat an penyel esaian Rancangan Per at ur an Pr esi den (RPP) t er kai t pasal 35A pada Undang-undang Ket ent uan Um um Perpajakan dan pengoperasian Kantor Pengolahan Data Eksternal (KPDE).

Keempat, perbaikan administrasi piutang pajak dalam rangka perbaikan pengelolaan utang pajak. I nisiatif strategis ini dilakukan melalui kegiatan: (a) pemuktahiran data piutang pajak termasuk piutang PBB; (b) otomasi sistem administrasi piutang pajak; dan (c) penerapan strategi penagihan melalui publikasi dan penyanderaan.

Keli ma, peningkatan kepatuhan WP ter utama WP bendahar a Anggar an Pendapatan dan Belanja Daer ah (APBD) melalui peningkatan pengawasan bendahar a APBD dan di ikuti dengan pelaksanaan penegakan hukum ter hadap bendahar a yang t idak mel aksanakan kewajiban per pajakannya.

Keenam, per luasan tax base melalui penyempur naan strategi pelaksanaan Sensus Pajak Nasional (SPN) yang telah dimulai pada September 2011.

Ket uj uh, peni ngkat an ef ek t i vi t as fungsi pem er i k saan dan pen yi di kan dal am upaya peningkatan kepatuhan WP. Dalam mel aksanakan inisiatif str ategi s ketujuh, beber apa l angkah st r at egis yang akan dil akukan adal ah penyem pur naan m anual pem er i ksaan,

penyempur naan kebijakan pemer iksaan SPT lebih bayar (low r i sk) melalui mekanisme

verifikasi dan penyidikan terhadap pihak yang melakukan penerbitan dan penggunaan faktur fiktif.

Selanjutnya, inisiatif str ategis yang digolongkan dalam admi ni str ati ve measur es adalah:

(a) operasionalisasi KPP pertambangan dan migas; (b) realokasi WP di KPP tertentu; dan (c) penunjukan lembaga survei independen.

Bab I I I

III-4 Nota Keuangan dan RAPBN-P 2012

Per ubahan Pendapatan Negar a dan Pener imaan Hibah

Di bi dang kepabeanan dan cukai , sesuai dengan APBN 20 12, ar ah kebi j akan dal am RAPBN- P 20 12 secar a um um ber t uj uan un t uk m engopt i m al kan pener i m aan, ser t a meningkatkan kualitas pelayanan dan pengawasan. Beber apa kebijakan yang dilakukan untuk optimalisasi penerimaan adalah: (a) peningkatan akurasi penelitian nilai pabean dan klasifikasi barang; (b) peningkatan efektivitas pemeriksaan fisik barang; (c) optimalisasi fungsi unit pengawasan melalui patroli darat dan patroli laut; (d) peningkatan pengawasan di daerah per batasan terutama jalur rawan penyelundupan (Pulau Sumatera, Bintan-Batam-Tanjung Balai Karimun, dan Kalimantan Bar at); (e) implementasi kebijakan kenaikan tar if cukai hasil tembakau; dan (f) pengusulan obyek ekstensifikasi barang kena cukai ke DPR.

Un t uk m eni ngk at kan kual i t as pel ayan an, beber apa kebi j akan yan g di am bi l adal ah: (a) melanjutkan reformasi birokrasi di lingkungan internal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melalui pem bentukan Kantor Pel ayanan Bea dan Cukai M adya, ser ta penyempur naan or gan i sasi ; (b) pengem ban gan ot om asi pel ayan an di bi dang kepabeanan dan cukai ; (c) konsistensi pelayanan kepabeanan 24 jam sehari 7 hari seminggu di beberapa pelabuhan;

dan (d) penyempurnaan implementasi I ndonesia National Single Window (I NSW). Sementara

itu, kebijakan untuk meningkatkan pengawasan dilakukan melalui: (a) penentuan pola pr ofi li ng secar a sistematis dalam r angka r i sk management; (b) pendeteksian di ni atas pelanggar an; (c) pemanfaatan sar ana oper asi; dan (d) penyempurnaan pr ogr am analisis audit.

M elanjutkan kebijakan yang telah ditetapkan dalam APBN 2012, Pemerintah memutuskan unt uk t idak m el anj utkan pel aksanaan kebij akan pajak per t ambahan nil ai dit anggung Pemer intah (PPN DTP) sesuai dengan r ekomendasi Badan Pemer iksa Keuangan (BPK). Sebagai ti ndak l anj ut atas penghapusan kebi j akan t er sebut , Pem er i ntah menet apkan pemberian insentif dengan memberikan pembebasan pajak atas barang yang dipergunakan untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu minyak dan gas serta panas bumi, sebagaimana diatur dal am PM K 27/ KM K.03/ 2012 tentang Per ubahan Kedua atas PM K-231/ KM K.03/ 2001 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang M ewah Atas I mpor Barang Kena Pajak Yang Dibebaskan Dari Pungutan Bea M asuk.

Sementara itu, dalam RAPBN-P 2012, fasilitas PPh DTP untuk panas bumi diberikan dalam jumlah sebesar Rp815,4 miliar, tur un 68,0 persen bila dibandingkan dengan target APBN 2012, menyesuaikan dengan kebutuhan ter kini. Sedangkan untuk fasilitas PPh DTP atas bunga i mbal hasil atas sur at ber har ga negar a yang di ter bi tkan di pasar inter nasional diperkirakan akan mengalami peningkatan hingga mencapai Rp2.848,0 miliar, naik Rp848,0 miliar atau sebesar 42,4 persen bila dibandingkan dengan rencana APBN 2012. Peningkatan ini antara lain disebabkan oleh melemahnya asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Di bidang kepabeanan dan cukai, dalam r angka memenuhi penyediaan bar ang dan/ atau jasa untuk kepentingan umum, yang dikonsumsi oleh masyarakat luas dan/ atau melindungi kepent i ngan konsum en, m eni ngkat kan daya sai ng i ndustr i t er t ent u di dalam neger i , meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan meningkatkan pendapatan negara, Pemerintah tetap ber komitmen untuk terus melanjutkan kebijakan pemberian insentif per pajakan, di antaranya ber upa kebijakan pemberian insentif bea masuk ditanggung Pemer intah untuk tahun anggaran 2012 sebagaimana diatur dalam PM K Nomor 23/ PM K.011/ 2012.

Berdasarkan pokok-pokok perubahan kebijakan tersebut, fasilitas pajak dan bea masuk DTP

Bab I I I Per ubahan Pendapatan Negar a dan Pener imaan Hibah

III-5 Nota Keuangan dan RAPBN-P 2012

Selain pemberian fasilitas pajak DTP, untuk mendukung peningkatan kegiatan investasi guna mendor ong per t umbuhan ekonom i , ser t a unt uk pem er at aan pem bangunan dan percepatan pembangunan bagi bidang usaha tertentu dan daerah tertentu, Pemerintah pada tahun 2012 member ikan fasilitas PPh kepada beber apa sektor termasuk pengembangan coal bed methane (CBM ), sebagaimana tercantum dalam PP nomor 52 tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas PP Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman M odal Di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/ atau Di Daerah-Daerah Tertentu. Sementara itu, dalam rangka memenuhi kebutuhan penyesuaian sistem klasifikasi barang nasional, Pemerintah telah menetapkan sistem klasifikasi barang dan pembebanan tarif bea masuk atas barang impor tahun 2012 (Buku Tarif Kepabeanan I ndonesia 2012) sebagaimana diatur dalam PM K Nomor 213/ PM K.011/ 2011 yang mulai diber lakukan ter hitung mulai tanggal 1 Januar i 2012. Selain itu, untuk memper tegas fungsi pengendalian produksi dan konsumsi hasil tembakau dengan tetap mempertimbangkan potensi penerimaan di bidang cukai hasil tembakau, Pemerintah telah menetapkan kebijakan penyesuaian tarif cukai hasil t em bak au sebagai m ana di at ur dal am PM K N om or 167/ PM K.0 11/ 20 11 yang m ul ai diberlakukan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012.