• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUNSET ROAD KUTA BALI

B. Perkembangan City Hotel

Saat ini jenis-jenis akomodasi pariwisata telah berkembang sesuai dengan kebutuhan para wisatawan dan permintaan. Saat ini karena urusan dinas dan bisnis menjadi kegiatan yang lumrah di luar kota, sehingga muncullah banyak jenis city hotel untuk mengakomodasi tamu-tamu yang bepergian dengan tujuan dinas atau bisnis. City hotel biasanya terletak di pusat kota, dan juga menyebar di seluruh bagian kota. Oleh karena konsumen sasarannya adalah tamu pebisnis atau urusan dinas, lokasi yang dipilih sangat dekat dngan kantor-kantor, kampus atau area bisnis yang terdapat di kota tersebut. Jika dilihat dari tuntutan tamu yang datang untuk urusan bisnis, biasanya akan

26 berperilaku efisien dan menyediakan kebutuhan dari tamu tersebut yang utama. Demikian juga halnya dengan tamu yang bertujuan untuk urusan dinas. Namun, seperti halnya terdapat business hotel, fasilitas-fasilitas rekreasi standar (kolam renang, restoran, dan lain-lain) sebaiknya tetap disediakan. Oleh karena letaknya di daerah perkotaan, city hotel juga sering menjadi sasaran tamu yang bertujuan berwisata pada kota-kota dengan daya tarik wisata karena efisiensi fasilitas yang ditawarkan. Untuk hotel-hotel seperti ini, kelengkapan fasilitas kadang-kadang bukan pertimbangan utama daya tarik kunjungan, melainkan jarak hotel dengan pusat-pusat kota, atau obyek kunjungan wisata di kota tersebut. Jarak tempuh yang pendek dari pusat kota serta harga kamar yang relatif murah merupakan salah satu daya tarik utama pada city hotel.

Menurut RTRW Kabupaten Badung tahun 2013-2033, kawasan Sunset Road merupakan kawasan perdagangan dan jasa. Sesuai dengan definisinya bahwa Kawasan perdagangan dan jasa merupakan kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan perdagangan dan jasa, termasuk pergudangan, yang diharapkan mampu mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya dan memberikan nilai tambah pada satu kawasan perkotaan. Sunset road berlokasi di kecamatan Kuta, yang merupakan kawasan pariwisata. Kawasan pariwisata adalah kawasan strategis pariwisata yang berada dalam geografis satu atau lebih wilayah administrasi desa/kelurahan yang di dalamnya terdapat potensi DTW, aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling mendukung dalam perwujudan kepariwisataan. Kedekatan antara kawasan perdagangan dan jasa serta kawasan pariwisata memberikan efek terhadap pertumbuhan pembangunan akomodasi pariwisata di Kabupaten Badung. Hal tersebut juga memberikan peningkatan angka pada pembangunan hotel di Sunset Road Kuta seperti yang terlihat pada data pembangunan hotel di Sunset Road Kuta berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Badung. Berdasarkan Dinas Pariwisata Badung mengenai direktori hotel bintang, jumlah hotel di sunset road Kuta sebanyak 6 hotel pada tahun 2014. Jika dibandingkan jumlah hotel pada tahun 2014 sampai tahun 2017, ada peningkatan yang sangat signifikan terjadi. Jika dihitung jumlahnya ada puluhan hotel berbintang sudah terbangun di sunset road pada tahun 2017. Dari pengamatan kami, berikut hotel bintang dan non bintang yang terbangun di Sunset Road Kuta.

Tabel 1. Daftar Hotel di Sunset Road, Kuta tahun 2017

No Nama Hotel Alamat

1 Adhi Jaya Sunset Hotel Jl. Sunset Road Kuta

2 Swiss-Belhotel Rainforest Jl. Sunset Road No. 101 Kuta 3 100 Sunset Hotel and Boutique Jl. Raya Sunset Road No.100 Kuta 4 Harris Sunset Jl. Pura Mertasari III/8X Sunset Road 5 Berry Biz Hotel Jl. Sunset Road No. 99 Legian Kaja

6 Steenkool Hotel Jl. Sunset Road Gang Baik-baik No. 1 Seminyak 7 Horison Sunset Road Kuta Jl. Sunset Road No. 140 Legian

8 Amaris Hotel Sunset Road Jl. Sunset Road No. 57 Kuta 9 Sun Butique Hotel Jl. Sunset Road No. 23 Kuta 10 Hotel Santika Jl. Sunset Road No. 17 Seminyak 11 Atanaya Hotel Jl. Susnet Road No. 88A Kuta 12 7 Days Premium Kuta Hotel Jl. Sunset Road No. 6 Kuta 13 Losari Sunset Hotel Jl. Sunset Road No. 169

14 Ramada Bali Sunset Road Kuta Jl. Sunset Road Bo. 9 Seminyak

15 D‟Lima Hotel & Villas Jl. Pura Mertasari I/9, Sunset Road Kuta

27

No Nama Hotel Alamat

17 Ramada Bali Sunset Road Jl. Sunset Road No.9, Kuta 18 The Harmony Hotel Jl. Sunset Road No. 88 - 99 19 Favehotel Sunset Seminyak Jl. Sunset Road No. 89 Seminyak 20 Golden Tulip Jineng Resort Jl. Sunset Road No. 98 Kuta 21 Airy Legian Sunset Road Nakula 9 Kuta Jl. Nakula No. 9 Badung

22 Al – Isha Hotel Jl. Pura Mertasari No. 27 Sunset Road Kuta 23 Sense Sunset Seminyak Jl. Sunset Road No. 88S Seminyak

24 Horison Legian Jl. Sunset Road No. 150 Legian

25 The Trans Resort Bali Jl. Sunset Road, Kerobokan Kuta Utara

26 GM Bali Guest House Jl. LBC Sunset Road, Lingkungan Abianbase Kuta

27 The Sunset Point Hotel Jl. Sunset Road No. 88, Seminyak 28 Sunset Residence Condotel Jl. Dewi Sri No. 11 Legian Kuta 29 Amaris Hotel Dewi Sri-Bali Jl. Dewi Sri No. 88X, Legian Kuta 30 Amaris Hotel Legian Bali Jl. Padma Utara, Legian Kuta

31 De‟Bhatara Bali Villas Gg. Baik-baik II Jl. Sunset Road No. 11 Seminyak Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan Tahun 2017

Peningkatan jumlah hotel ini terjadi dikarenakan mulai peningkatan kegiatan bisnis dan bisnis akomodasi yang terjadi disekitar Sunset Road. Keberhasilan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah, lokasi, fasilitas, pelayanan, kesan dan tarif yang dimiliki. Lokasi hotel di Sunset Road sangat memudahkan wisatawan dari segi aksesibilitas untuk menuju ke kawasan pariwisata Kuta maupun daerah Kabupaten Badung Selatan lainnya. Selain itu fasilitas transportasi udara maupun darat, kegiatan pariwisata, kawasan perdagangan dan jasa, bahkan jarak pencapaian relatif sangat dekat. Rata-rata jenis fasilitas yang disediakan oleh hotel-hotel tersebut berupa berupa ruang tidur, retoran dan bar, kolam renang, makan dan minum, ruang pertemuan dan lain-lainnya, dan kualitas fleksibilitas penggunaanya pun sangat baik. Sistem pelayanan hotel yang diberikan kepada pengunjung tamu hotel seperti kecepatan, keramahtamahan, waktu pelayanan yang diberikan pun sangat memuaskan dikarenakan sumber daya manusia yang dimiliki sudah memiliki kompetensi yang baik dalam melakukan pelayanan di bidang perhotelan. Kesan pengunjung tamu juga dipengaruhi oleh gaya arsitektur hotel, nama hotel, suasana ruang kamar maupun dari segi pelayanan. Faktor terakhir yang mempengaruhi keputusan pembelian dari tamu yang datang adalah tarif dari hotel yang cukup murah dengan fasilitas yang diberikan, namun tidak merugikan investor untuk mendapatkan keuntungan dengan modal yang telah ditanamkan pada hotel tersebut.

Business Hotel, merupakan hotel yang dirancang untuk mengakomodasi tamu yang bertujuan bisnis, seperti rapat dan insentif. Mengetahui karakter konsumen sebelum merancang hotel dengan karakter konsumen yang merupakan tamu yang bertujuan bisnsi harus dirancang dengan tepat. Pada dasarnya, hotel memberikan tempat untuk bermukim dan melaksanakan kegiatan komersial menjual kamar dan pelayanan lainnya. Akan tetapi, dengan kebutuhan khusus, hotel yang sasaran tamunya adalah para pebisnis akan memerlukan fasilitas dan layanan yang berbeda, yang disesuaikan dengan karakter tamu tersebut. Secara umum, kaum pebisnis mempunyai karakter yang sangat efisien dari segi waktu. Bagi tamu yang bertujuan bisnis, waktu adalah uang karena padatnya kegiatan yang dilaksanakan dan waktu untuk pemenuhan melakukan kegiatan yang diinginkan. Akibatnya, sebagian besar waktu akan digunakan semaksimal mungkin untuk kelancaran hubungan bisnis dibandingkan dengan kegiatan wisata. Bagi kalangan ini, kualitas interaksi bisnis merupakan perhatian utama, jauh

28 lebih penting daripada kuantitasnya. Tamu akan berusaha menjalin interaksi sesingkat mungkin, tetapi dapat mencapai relasi secepat mungkin. Interaksi bisnis dapat dilakukan baik di luar hotel maupun di dalam hotel. Interaksi yang dilakukan di luar hotel akan menuntut tamu hotel untuk banyak beraktivitas di luar hotel sehingga tamu memanfaatkan fasilitas hotel dalam waktu yang sangat singkat, misalnya sekedar beristirahat. Interaksi yang dilakukan di dalam lingkungan hotel menuntut disediakannya ruang-ruang yang nyaman dengan privatisasi tinggi yang dapat mendukung proses pembentukan relasi bisnis yang diinginkan. Kegiatan semacam ini dapat saja dilakukan sambil makan malam, minum kopi, berolah raga, ataupun berbagai kegiatan santai yang lain. Untuk merespons tuntutan tersebut, hotel semacam ini memerlukan berbagai fasilitas, bersantai, jamuan makan maupun minum kopi serta fasilitas negosiasi yang lain dengan kenyamanan dan privatisasi yang tinggi. Selain itu, fasilitas standar ruang pertemuan juga perlu dipertimbangkan. Pihak hotel juga tentu akan memanfaatkan karakter tamu dengan ruang yang dimiliki sebaik-baiknya untuk mendapatkan hotel yang berkarakter sesuai dengan jenis konsumen yang datang ke hotel tersebut untuk tujuan bisnis. C. Dampak Pembangunan City Hotel

Pembangunan sekecil apapun pasti akan menimbulkan dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif. Sehingga pembangunan city hotel di daerah Sunset Road Kuta yang relatif cukup banyak juga pastinya akan memberikan dampak negatif dan positif bagi kegiatan perekomomian, sosial budaya serta lingkungan masyarakat Kuta. Dampak tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Dampak Terhadap Ekonomi

Banyaknya hotel yang muncul di kawasan pariwisata, seperti di daerah Kuta, Kabupaten Badung menimbulkan ketatnya persaingan harga kamar di kawasan tersebut. Hal tersebut kemudian tidak berbanding lurus dengan biaya operasional dan kualitas pelayanan yang dikeluarkan oleh hotel.

Sehingga mengharuskan hotel-hotel berbintang di Badung menurunkan tarif harga yang menyebabkan biaya operasional dan kualitas pelayanan terus menurun. Selain itu juga terjadinya penurunan tingkat hunian hotel disekitaran kawasan pariwisata Badung yang diakibatkan adanya pembangunan city hotel di Sunset Road. Pada tahun 2013 tingkat hunian hotel berbintang di Kabupaten Badung sebsar 67.10 dan untuk hotel non berbintang sebesar 47.62 persen. Pada tahun 2015 angka tersebut mengalami penurunan untuk tingkat hunian hotel berbintang sebesar 62.33 persen dan hotel non berbintang sebesar 43.73 persen. Penurunan tersebut berdampak kepada munculnya permasalahan baru bagi hotel yang ada, yakni berkurangnya pendapatan dari hotel tersebut. Karena kawasan Sunset Road juga termasuk di Kabupaten Badung, sehingga hotel-hotel di kawasan Sunset Road juga terkena dampak dari penurunan tersebut. Hal ini terbukti pada tahun 2013 di Kabupaten Badung, rata-rata lama menginap wisatawan mancanegara dan nusantara pada hotel berbintang sebesar 3.40 persen dan 3.33 persen, mengalami penurunan pada tahun 2015 dengan rata-rata lama menginap sebesar 3.12 persen dan 2.70 persen. Penurunan ini cukup menghawatirkan dan sangat berdampak langsung pada pengelolaan hotel di masa depan.

Sesuai dengan pengamatan penulisan bahwa lahan yang digunakan dalam pembangunan city hotel rata-rata di kawasan Sunset Road sangat terbatas dan sangat dekat dengan jalan utama sunset road. Sehingga permasalahan berikutnya yakni ketersediaan lahan parkir menjadi hal utama dalam pembangunan. Selain itu, biaya perluasan juga mahal apabila diperuntukkan untuk pembangunan lahan parkir dikarenakan lahan di kawasan Sunset Road relatif sangat mahal. Pihak pengelola hotel lebih mengutamakan optimalisasi pembangunan akomodasi utama hotel untuk pembangunan kamar hotel dan fasilitas lainya yang menghasilkan keuntungan secara langsung. Dengan sendirinya hotel-hotel yang terbangun di kawasan Sunset Road tidak menyediakan area parkir yang memadai. Akibatnya muncul resiko kemacetan yang terjadi di ruas jalan Sunset Road ketika menampung bis-bis yang mengangkut tamu hotel.

Jumlah akomodasi seperti contohnya hotel, di Bali sudah semakin meningkat, kemudian peningkatan pembangunan hotel di kawasan Sunset Road juga kemudian mengakibatkan persaingan yang sangat ketat dari segi harga dan pelayanan. Banyak hotel memberikan penawaran harga yang murah dengan fasilitas yang ditawarkan relatif cukup baik. Sehingga hal ini kemudian menyebabkan persentase peningkatan jumlah akomodasi lebih besar dari pada persentase peningkatan jumlah

29 wisatawan yang datang ke Bali. Hal itu secara langsung berdampak kepada penurunan tingkat hunian kamar.

Terpusatnya pembangunan infrastruktur dan hotel di Bali Selatan, khusunya pada kawasan Sunset Road tentunya akan berdampak buruk apabila diteruskan. Tidak hanya bagi kawasan Sunset Road, tetapi juga untuk kawasan di Bali Utara, Timur maupun Barat. Karena kemudahan yang didapatkan dari segi aksesibilitas dan fasilitas yang dibangun di kawasan Bali Selatan sehingga wisatawan mancanegara akan lebih memilih untuk tinggal di kawasan Bali Selatan. Ketimpangan perekonomian juga tidak dapat dihindari sehingga muncul gelombang migrasi penduduk ke Bali Selatan dalam rangka untuk alasan peningkatan perekonomian.

Peningkatan pembangunan hotel ini juga memberikan dampak positif bagi perekonomian kepada masyarakat sekitar Kuta karena terbukanya lahan pekerjaan setelah dibukanya hotel-hotel di kawasan Sunset Road tersebut. Sehingga masyarakat lokal dapat merasakan keuntungan dari adanya pembangunan city hotel di kawasan Sunset Road. Peningkatan taraf hidup juga disebabkan oleh adanya peningkatan pembangunan hotel dikawasan tersebut. Multiplier effect juga dirasakan oleh industri pariwisata yang lain serta usaha-usaha menengah dengan munculnya peluang bisnis bagi rumah makan, café, spa, laundry, transportasi dan lain-lain. Terbukti dengan laju pertumbuhan penduduk yang sebesar 2.77 persen, Kabupaten Badung mampu menurunkan angka pengangguaran pada tahun 2015 menjadi hanya sebesar 0.34 persen. Selain itu terjadi peningkatan UMK Kabupaten Badung sebesar 10.24 persen dari tahun sebelumnya, yang merupakan UMK tertinggi di Provinsi Bali. Selain untuk masyarakat lokal, dampak ekonomi juga berpengaruh bagi pemerintah daerah yang mendapatkan pendapatan dari pajak. Ini juga berdampak terhadap peningkatan pendapatan daerah. Selain itu, peningkatan pendapatan menyebabkan pembangunan perekonomian semakin ke arah yang lebih baik. Pengelola city hotel juga secara rutin memberikan bantuan dana pada saat kegiatan adat di sekitaran kawasan melalui pengurus banjar/adat. Hal ini merupakan kontribusi positif untuk dapat memajukan perekonomian sekitar kawasan Sunset Road.

2. Dampak Terhadap Sosial Budaya

Pembangunan city hotel berdampak positif terhadap sosial budaya masyarakat Kuta, seperti contohnya dengan adanya kegiatan conservation of cultural. Secara rutin pihak hotel memberikan bantuan dana kepada masyarakat untuk konservasi budaya seperti perlindungan untuk benda-benda kuno, bangunan sejarah, seni tradisi masyarakat. Selain dana iuran rutin yang diberikan kepada masyarakat Kuta, kegiatan conservation of cultural ini juga memberikan dampak positif bagi sosial budaya masyarakat Kuta. Hal ini bisa dibuktikan dari kondisi budaya masyarakat Kuta masih terjaga kelestariannya dan fisik bangunan budaya Bali seperti Pura maupun benda-benda budaya lainnya masih tetap utuh walaupun sedikit mengalami kerusakan akibat umur. Para kelompok seniman Bali seperti penari, pelukis, penabuh dan lain-lain turut serta dilestarikan. Pihak hotel memberikan ruang khusus dalam mengadakan pementasan kesenian Bali di Hotel secara rutin.

City hotel yang terbangun di kawasan Sunset Road selain untuk tamu bisnis juga diperuntukan untuk tamu berwisata. Pembangunan city hotel ini pun secara langsung membangun pariwisata. Banyak wisatawan mancanegara menggunakan fasilitas akomodasi di kawasan Sunset Road yang menyebabkan adanya cross cultural exchange. Adanya pertukaran budaya dari wisatawan dengan masyarakat lokal, sehingga membuat para wisatawan mengerti dan mengenal budaya dan nilai-nilai dari tradisi masyarakat di sekitar kawasan Sunset Road. Hal ini dibuktikan dari pengenalan makanan tradisional Bali pada menu restoran hotel. Penamaan dari masing-masing ruang hotel yang menggunakan nama-nama Bali. Pakaian khas Bali yang selalu digunakan oleh para pengelola hotel termasuk atribut-atributnya yang selaluu muncul disetiap fasilitas umum di Hotel. Setiap tamu datang ke hotel, di lobby para pengelola selalu meberikan salam khas Bali dengan diperdengarkan alunan musik Bali.

Sedangkan dampak negatif pembangunan city hotel terhadap sosial budaya untuk masyarakat Kuta adalah terjadinya cultural impacts. Ini diakibatkan dari gaya arsitektur bagunan city hotel yang terlalu berfokus pada upaya untuk menampilkan keunikan. Gaya arsitektur tradisional Bali sering kali tidak dimanfaatkan sebagai salah satu gaya bangunan city hotel di kawasan Sunset Road. Tanpa disadari budaya Bali mulai mengikis keberadaannya, dan nilai seni tradisinya semakin menghilang dari segi arsitektur.

30 Begitu banyaknya hotel yang terbangun di sunset road, tingkat kunjungan tamu pun meningkat. Peningkatan ini pun secara langsung mempengaruhi jumlah kebutuhan karyawan. Meningkatnya karyawan yang bekerja di sunset road mengakibatkan terjadinya migrasi ke kawasan ini. Banyak masyarakat berdatangan ke kawasan Sunset Road untuk bekerja. Hal ini berdampak pada tingkat kenyamanan kawasan Kuta yangberkurang dikarenakan ramai, padat, dan macet. Hal ini berpotensi kepada berkurangnya keamanan di kawasan ini sehingga mengurangi unsur rasa aman dan nyaman bagi masyarakat di sekitar Kawasan Sunset Road. Dengan banyaknya hotel di kawasan Kuta, tingkat kesejahteraan masyarakatnya mulai meningkat. Perilaku dan orientasi masyarakatnya mulai berubah. Perilaku konsumtif dan oriented money dialami oleh masyarakat Kuta. Hal ini terlihat dari perbandingan antara tingkat pendapatan dengan tingkat pengeluaran masyarakat Kuta berbanding terbalik. Tingkat pendapatan lebih kecil daripada tingkat pengeluaran. Perilaku yang berubah lainnya adalah kebiasaan masyarakat yang selalu melakukan kegiatan sosial tanpa pamrih. Namun dengan berubahnya orientasi masyarakat, tradisi dan budaya turun temurun mulai menghilang keberadaannya. Masyarakat terlalu sibuk untuk mengejar materi maupun penghasilan.

3. Dampak Terhadap Lingkungan

Dampak positif pembangunan city hotel pada lingkungan masyarakat Kuta adalah adanya konservasi terhadap area lingkungan. Adanya perbaikan lingkungan baik penataan tata ruang kota maupun infrastruktunya, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya penataan lingkungan untuk keindahan estetika pariwisata. Sedangkan dampak negatif pembangunan city hotel pada lingkungan masyarakat Kuta adalah terjadinya perubahan flora fauna hingga pencemaran serta menurunnya kualitas sumberdaya alam dan kualitas lingkungan kawasan. Kerusakan lainnya juga terjadi pada infrastruktur dan fasilitas pendukung yang menjadi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Perusakan dan pencemaran antara lain terjadi pada air termasuk air tanah dan air permukaan, serta pada lapisan tanah dan udara. Selain itu juga perubahan pada penggunaan tanah, terutama alih fungsi lahan pertanian yang sulit dikendalikan. Hamparan lahan yang subur banyak yang telah berubah menjadi bangunan hotel. Kondisi demikian selain mengganggu keseimbangan ekosistem, juga mengakibatkan terjadinya perubahan pandangan terhadap tata guna lahan, baik di daerah perkotaan mapun pedesaan, sebagai akibat dari adanya pembangunan fisik yang sangat pesat. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, mengakibatkan timbulnya polusi baik itu udara maupun suara bagi lingkungan di sekitar kawasan.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan mengenai permasalahan yang diangkat didapatkan bahwa perkembangan pembangunan hotel berkonsep city hotel di sunset road kuta sangat signifikan dengan banyak hotel yang telah terbangun. Pada tahun 2013 sampai tahun 2017 ada peningkatan yang sangat signifikan terjadi, ada puluhan hotel berbintang sudah terbangun di Sunset Road pada tahun 2017. Peningkatan jumlah hotel ini terjadi dikarenakan keberhasilan bisni hotel yang terjadi di kawasan Sunset Road.

Dampak pembangunan hotel berkonsep city hotel di sunset road kuta terbagi menjadi tiga yakni sebagai berikut:

1) Dampak terhadap ekonomi; negatifnya adalah adaya persaingan tarif kamar, terjadinya penurunan tingkat hunian hotel, adanya penurunan lama tinggal, munculnya resiko kemacetan yang terjadi di ruas jalan sunset road akibat tidak tersedianya lahan parkir yang memadai, terjadinya ketimpangan perekonomian, munculnya migrasi penduduk ke kawasan Sunset Road dan positifnya adalah membuka lapangan pekerjaan yang baru, adanya peluang berbisnis, meningkatnya pendapatan dari pajak daerah, peningkatan pendapatan daerah serta pembangunan perekonomian.

2) Dampak terhadap social budaya; negatifnya adalah cultural impacts, tingkat kenyamanan kawasan menurun, terjadinya perilaku konsumtif, money oriented dan positifnya adalah conservation of

cultural, cross cultural exchange.

3) Dampak terhadap lingkungan; negatifnya adalah terjadinya perubahan flora fauna, perusakan dan pencemaran pada infrastruktur dan fasilitas pendukung, alih fungsi lahan, timbulnya polusi baik itu

31 udara maupun suara dan positifnya adalah konservasi terhadap area lingkungan, adanya perbaikan lingkungan, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Indonesia Tercatat Sebagai Negara G20 dengan Pertumbuhan Perjalanan dan

Pariwisata Tercatat di Tahun 2013. www.infojakarta.net diunggah tanggal 20 Maret 2014.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung. 2015. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Kabupaten

Badung 2015. Badung: CV. Bhineka Karya.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung. 2014. Direktori Hotel Bintang di Provinsi Bali 2014. Badung: CV. Bhineka Karya.

CNN. 2017. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170908153004-307-240401/jumlah-wisatawan-mancanegara-di-bali-melonjak/ Diunduh pada tanggal 16 Agustus 2017.

Damanik, Janianton dan Weber, Helmut. 2006. Perencanaan Ekowista Dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: PUSPAR UGM dan ANDI

Fandeli, C. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip Dasar Dalam Pembangunan. Yogyakarta: Liberty Offset.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi,

dan Peluang. Jakarta: Erlangga.

Hardinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta: UI Press Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Neufert, Ernst. 1987. Architect‘s Data, Secon Edition. New York: BlackwellPublishing

Nugroho, Iwan. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Marlina, Endy. 2008. Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Yogyakarta: ANDI

Munir, Badrul. 2002. Perencanaan Daerah dalam Perspektif Otonomi Daerah. Mataram: Bappeda Propinsi NTB.

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2005 tentang Persyaratan Arsitektr Bangunan Gedung