• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persamaan Bentuk Stres dan Coping Strategy 4 Subjek Penelitian . 152

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

G. Analisis Antar subjek

1. Persamaan Bentuk Stres dan Coping Strategy 4 Subjek Penelitian . 152

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka diperoleh gambaran umum mengenai stres dan koping 4 subjek penelitian. Stres yang dialami subjek bersumber dari luar diri subjek yang mencakup keterbatasan anak, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah (eksternal stresor). Selain itu, stres yang dialami subjek juga bersumber dari dalam diri subjek yang meliputi perasaan bersalah, kehilangan kepercayaan untuk memiliki anak yang normal, dan kekhawatiran mengenai masa depan anak. Berikut pemaparan bentuk stres yang bersumber dari luar diri subjek dan koping strategi yang digunakan subjek:

1. Keterbatasan anak

Stres yang bersumber dari keterbatasan anak antara lain meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi, sosial, dan moral. Berikut uraiannya:

Stres yang dialami subjek terkait dengan perkembangan fisik anak dikarenakan gangguan kesehatan pada anak yang dialami oleh 3 subjek (SL, SG, dan RT), keterlambatan kemampuan berjalan (SL, SG, dan RT), ketidaksiapan jika anak mendapat menstruasi (SG dan RT), dan kurangnya kemampuan bantu diri anak (SL, SH, dan RT). Bentuk stres yang dialami subjek yaitu merasa khawatir, merasa sedih, merasa cemas, dan merasa belum siap. Dalam mengatasi stres yang timbul, keempat subjek menggunakan problem focused coping-active coping (PAC) dan problem focused coping-seeking social support for instrumental reason (PSS). Keempat subjek penelitian lebih banyak menggunakan problem focused coping-active coping (PAC), misalnya menyiapkan keperluan mandi anak, mengajarkan kepada anak cara memakai pembalut, dan membawa anak ke Rumah Sakit untuk di uap ketika batuk. Koping jenis problem focused coping-seeking social support for instrumental reason (PSS) digunakan RT untuk mengatasi ketidaksiapan jika anak menstruasi dengan berdiskusi bersama teman yang juga memiliki anak DS tentang bagaimana menangani anak jika anak menstruasi.

b. Perkembangan kognitif

Stres yang bersumber dari perkembangan kogntiif anak yaitu kurangnya kesadaran anak akan bahaya (SL dan SH), kemampuan berbicara anak yang belum lancar (SL, SH, RT), dan kurangnya kemampuan anak dala membaca, menulis, dan

berhitung (SL, SH, SG, RT). Situasi tersebut menyebabkan subjek mengalami bentuk stres berupa merasa khawatir, bingung, terbebani, dan merasa kesulitan dalam mengajari anak belajar. Dalam mengatasi stres yang timbul, 4 subjek lebih menggunakan problem focused coping-active coping (PAC) misalnya dengan mengawasi ketika anak bermain, membelikan poster untuk media belajar anak, dan mengkoreksi jika anak salah mengucapkan kata. Selain itu, subjek juga menggunakan emotion focused coping-positif reinterpretation and growth (EPR) yang digunakan RT untuk mengatasi perasaan bingung dan terbebani dengan menanamkan keyakinan dalam diri bahwa anak pasti dapat berbicara.

c. Perkembangan emosi

Stres yang dialami 4 subjek terkait dengan perkembangan emosi anak yaitu mood anak yang mudah berubah (SL, SH, dan RT), keinginan anak yang kuat dan harus terpenuhi (SL, SH, SG), dan kontrol emosi anak yang buruk (kemarahan mudah meledak-ledak) yang dialami SH dan RT. Situasi yang penuh stres tersebut menyebabkan subjek mengalami bentuk stres berupa perasaan bingung, perasaan sedih, perasaan khawatir, dan merasa keberatan dalam memenuhi keinginan anak. Dalam mengatasi stres tersebut, subjek lebih banyak menggunakan problem focused coping-active coping (PAC) yaitu dengan memberikan apa yang anak inginkan, memberikan selingan ketika belajar, menasehati anak untuk

tidak membanting barang. Selain itu, subjek juga menggunakan emotion focused coping-seeking social support for emotional reason (ESS) seperti RT yang mendapatkan dukungan dari keluarga untuk membantu mengajari anak dalam belajar. Emotional focused coping-acceptance (EA) juga digunakan SH dalam mengatasi perasaan sedih karena kemarahan anak yang meledak-ledak dengan berusaha menerima kondisi anak dan mengganggap sebagai takdir yang harus diterima.

d. Perkembangan sosial

Stres yang bersumber dari lingkungan sosial anak yaitu adanya perlakuan kurang menyenangkan dari teman sebaya (SH, SG, RT). Hal tersebut membuat subjek merasa kesal, sedih dan takut jika anak dijahati. Untuk mengatasi stres yang muncul, SH dan SG menggunakan problem focused coping-active coping (PAC) dan

emotion focused coping-acceptance(EA). e. Perkembangan moral

Stres yang bersumber dari perkembangan moral anak yaitu kurangnya pemahaman hal baik dan buruk (boleh dan tidak boleh dilakukan) yang dialami oleh SG dan RT. Hal ini membuat SG dan RT merasa sedih, merasa khawatir, merasa kesal, dan merasa percuma. Dalam mengatasi stres yang timbul, SG lebih menggunakan problem focused coping-active coping(PAC) dan RT menggunakan 2 jenis koping yaitu problem focused coping-seeking social support for

instrumental reason (PSS) dan emotion focused coping-seeking social support for emotional reason(ESS).

2. Lingkungan keluarga

Stres yang bersumber dari lingkungan keluarga yang dialami subjek disebabkan oleh penerimaan suami ketika pertama kali mengetahui kondisi anak (SL dan SG) yang membuat subjek merasa sedih dan untuk mengatasi perasaan sedih tersebut, SL lebih menggunakan emotion focused coping-acceptance (EA) dan SG lebih menggunakan emotion focused coping-seeking social support for emotional reason (ESS). Stres juga bersumber dari anak yang sering bertengkar dengan saudara kandung karena memperebutkan sesuatu (SL, SH, dan RT) sehingga membuat ketiga subjek merasa kesal dan jengkel, untuk mengatasi stres yang timbul ketiga subjek lebih menggunakan Problem focused coping-active coping.

3. Lingkungan masyarakat

Stres yang dialami subjek yaitu karena adanya perlakuan tidak menyenangkan dari lingkungan masyarakat yang dialami oleh SH dan RT sehingga membuat subjek merasa sakit hati dan merasa tidak nyaman. Untuk mengatasi stres yang timbul, subjek lebih menggunakan problem focused coping jenis suppression of competing activities dan active coping.

4. Lingkungan sekolah

Data mengenai lingkungan sekolah merupakan penemuan data baru dalam penelitian ini. Stres yang dialami dikarenakan oleh adanya perlakuan yang kurang menyenangkan dari guru (SL) dan guru dianggap kurang memperhatikan anak (RT). Bentuk stres yang dialami yaitu timbulnya perasaan tersinggung dan jengkel. Untuk mengatasi perasaan tersinggung dan jengkel, SL menggunakan problem focused coping-planning (PP) dan RT menggunakan emotion focused coping-positive reinterpretation and growth(EPR).

Stres yang bersumber dari dalam diri antara lain disebabkan oleh adanya perasaan bersalah, kehilangan kepercayaan akan memiliki anak yang normal, dan kekhawatiran akan masa depan anak. Berikut uraiannya:

1. Perasaan bersalah

1) Kondisi anak dianggap sebagai ganjaran atas dosa

Hal ini dialami oleh SH dan RT sehingga membuat kedua subjek merasa sedih. SH mengatasi perasaan sedih dengan emotion focused coping-acceptance dan RT menggunakan 2 jenis emotion focused coping yaitu seeking social support for emotional reason dan turning to religion. RT juga menggunakan 1 jenis problem focused coping yaitu seeking social support for instrumental action.

2) Penerimaan ketika pertama kali mengetahui kondisi anak

Kedua subjek dalam penelitian ini yaitu SL dan SG merasa sedih dan tidak fokus dalam berpikir ketika mengetahui kondisi anak yang sebenarnya. Untuk mengatasinya, SL lebih menggunakan emotion focused coping-acceptance dan SG lebih menggunakan problem focused coping-seeking social support for instrumental action.

2.Kehilangan kepercayaan untuk memiliki anak yang normal

Perasaan akan hilangnya kepercayaan untuk memiliki anak yang normal dialami oleh SH dan SG. Subjek merasa takut untuk hamil lagi karena khawatir jika melahirkan anak dengan kondisi down syndrome lagi. Untuk mengatasi perasaan takut, SH menggunakan problem focused coping-seeking social support for instrumental actiondan SG menggunakan problem focused coping-active coping.

3.Kekhawatiran akan masa depan anak

Kekhawatiran akan masa depan anak merupakan penemuan data baru dalam penelitian ini. Hal tersebut mencakup pekerjaan yang cocok untuk anak yang dialami SL dan SL mengatasi dengan problem focused coping-planning, kekhawatiran tidak ada yang merawat anak yang dialami SG dan SG mengatasi dengan problem focused coping-active coping, dan keinginan supaya anak dapat menjalani kehidupan secara normal yang dialami SH dan SH mengatasi dengan emotion foucsed coping-turning to religion.

Berdasarkan data yang telah ditemukan, stres yang dialami keempat subjek lebih banyak bersumber dari luar diri yakni bersumber dari keterbatasan anak, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Keempat subjek juga memiliki persamaan dalam mengatasi stres yaitu lebih banyak menggunakan koping problem focused coping-active coping. Keempat subjek menggunakan koping jenis ini baik untuk mengatasi stres yang bersumber dari luar diri maupun dari dalam diri.

2. Perbedaan data hasil analisis 4 subjek penelitian

Dari data penelitian yang ada, keempat subjek dalam penelitian ini mengalami stres yang sama namun menggunakan coping strategy yang berbeda bahkan menggunakan dua sampai tiga bentuk koping dalam mengatasi stres. Seperti subjek keempat (RT) dalam penelitian ini yang menggunakan 2 sampai 3 bentuk koping dalam mengatasi stres. RT menggunakan koping problem focused coping-active coping dan emotion focused coping-seeking social support for emotional reason dalam mengatasi mood anak yang mudah berubah. RT menggunakan koping

problem focused coping-seeking social support for instrumental action dan

emotion focused coping-seeking social support for emotional reason dalam mengtasi stres yang bersumber dari kurangnya pemahaman anak tentang hal baik dan buruk,. Begitu juga ketika RT mengatasi stres dimana kondisi anak dianggap sebagai ganjaran atas dosa masa lalu, RT menggunakan koping

emotion focused coping yaitu seeking social support for emotional reason

dan problem focused coping yaitu seeking social support for instrumental action.

Secara umum, ketiga subjek (SL, SH, RT) lebih cenderung menggunakan emotion focused coping-acceptance, seeking social support for emotional reason, dan turning to religion dalam mengatasi stres yang bersumber dari dalam diri, sedangkan SG lebih cenderung menggunakan

problem focused coping-active coping dalam mengatasi stres yang bersumber dari dalam diri. Berikut bagan kesimpulan keempat subjek:

Bagan 6. Bagan Kesimpulan Stres dan Coping Strategy 4 Subjek

Stres yang bersumber dari luar diri

Stres yang bersumber dari dalam diri

Bentuk stres yang dialami Perkembangan Fisik

Kesehatan anak mudah terganggu (SL, SG, RT) Keterlambatan kemampuan berjalan (SL, SG, RT) Ketidaksiapan jika anak mendapatkan menstruasi (SG, RT)

Kurangnya kemampuan bantu diri (SL, SH, RT)

Perkembangan kognitif:

Kurangnya kesadaran akan bahaya (SL, SH) Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung masih belum lancar (SL, SH, SG, RT)

Kemampuan berbicara yang belum lancar (SL, SH, RT)

Perkembangan emosi:

Keinginan anak kuat&harus dipenuhi (SL, SH, SG) Kontrol emosi yang buruk (SH, RT)

Mood mudah berubah (SL, SH, RT)

Perkembangan sosial:

Mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari teman sebaya (SH, SG, RT)

Perkembangan moral:

Kurangnya pemahaman baik&buruk (SG, RT)

Lingkungan keluarga:

Anak sering bertengkar dengan saudara kandung (SL, SH, RT) Reaksi suami ketika pertama kali mengetahui kondisi anak (SL, SG)

Lingkungan masyarakat:

Mendapat perlakuan kurang menyenangkan (SH, RT)

Lingkungan sekolah:

Mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari guru (SL, RT) SL SH SG RT 1) Perasaan bersalah:

1. Memaknai kondisi anak sebagai ganjaran atas dosa masa lalu

2. Kesedihan mendalam ketika mengetahui kondisi anak

2) Kehilangan

kepercayaan untuk memiliki anak normal 3) Kekhawatiran

terhadap masa depan anak

Merasa khawatir, merasa jengkel, merasa tidak nyaman, merasa sedih, merasa sakit hati, merasa ragu, merasa bingung, merasa keberatan, merasa kecewa, merasa kesulitan, merasa tersinggung, dan merasa tidak fokus berpikir, merasa tidak siap

Problem Focused Coping:

Active coping Planning, Suppression of competing activities, Seeking social support for instrumental action

Emotion Focused Coping:

Positive reinterpretation and growth, Seeking Social Support For Emotional Reason, Acceptance, Turning to religion Coping strategy subjek 1, 2, 3, dan 4