• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persyaratan Formal Gugatan Class Action

Dalam dokumen TESIS MILIATER SIMALANGO NPM (Halaman 45-51)

C. Ketentuan Pengajuan Gugatan Class Action

3. Persyaratan Formal Gugatan Class Action

2. Persyaratan Mengajukan Gugatan Class Action.

Dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2002, ditentukan bahwa suatu gugatan dapat diajukan dengan mempergunakan tata cara gugatan perwakilan kelompok, apabila (memenuhi kriteria):51

a. Jumlah anggota kelompok sedemikian banyak sehingga tidak efektif dan efisien apabila gugatan dilakukan secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam satu gugatan ;

b. terdapat kesamaan fakta atau peristiwa, dan kesamaan dasar hukum yang digunakan yang bersifat substansial, serta terdapat kesamaan jenis tuntutan di antara wakil kelompok dengan anggota kelompoknya ;

c. wakil kelompok memiliki kejujuran dan kesanggupan untuk melindungi kepentingan anggota kelompok yang diwakili. Tidak ada ketentuan yang mengatur lebih lanjut, bagaimana untuk membuktikan mengenai kejujuran atau kesanggupan tersebut, apakah wakil kelompok tersebut perlu membuat surat pernyataan dan/atau kesanggupan secara tertulis atau tidak.

3. Persyaratan Formal Gugatan Class Action.

Dalam gugatan perdata biasa tidak ada ketentuan yang mengatur perihal syarat-syarat dan isi gugatan. Pasal 118 HIR hanya mengatur bagaimana suatu gugatan harus diajukan. Dalam praktek suatu gugatan setidak-tidaknya memuat tentang :

i. Identitas secara lengkap dan jelas pihak penggugat maupun tergugat;

ii. Fakta kasus dan fakta hukum yang menjadi dasar pengajuan gugatan atau yang dikenal dengan posita. Pada bagian posita (dasar gugatan), pada umumnya dalam praktek memuat perihal fakta-fakta/peristiwa hukum (rechfeiten) yang menjadi dasar gugatan tersebut (tentang peristiwanya) serta uraian singkat perihal hukumnya yaitu dalam kaitan dengan terjadinya hubungan hukum tersebut tanpa harus menyebutkan pasal-pasal perundang-undangan atau aturan-aturan hukum termasuk hukum adat, sebab hal-hal seperti itu akan ditunjukkan atau dijelaskan oleh hakim dalam putusannya nanti, jika dipandang perlu (positum).52

51 Ibid, ps. 2.

52 R. Soepramono, Hukum Acara Perdata dan Yurisprudensi, Cet. II, Jakarta : Mandar Maju, 2005, hal. 9

39

iii. Tuntutan yang dimohonkan oleh penggugat atau yang dikenal dengan Petitum. Pada bagian petitum (pokok tuntrutan), yaitu perihal apa-apa sajakah yang dikehendaki atau diminta oleh Penggugat agar diharapkan untuk dapat diputus oleh Pengadilan (conclusum).53

Persyaratan formal suatu gugatan perwakilan kelompok diatur dalam ketentuan pasal 3 dan pasal 10 PERMA Nomor 1 Tahun 2002. Dari ketentuan kedua pasal tersebut, persyaratan formal suatu gugatan perwakilan kelompok dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu persyaratan khusus dan persyaratan umum, sebagaimana diuraikan secara ringkas di bawah ini.

a. Persyaratan Khusus Berdasarkan Pasal 3 PERMA Nomor 1 Tahun 2002.

Berdasarkan ketentuan pasal 3 dari PERMA Nomor 1 Tahun 2002, suatu gugatan class action harus memuat :

1. Identitas lengkap dan jelas wakil kelompok.

Meskipun dalam huruf a ini hanya menetapkan keharusan pencantuman identitas penggugat dalam hal ini wakil kelompok secara lengkap dan jelas, namun tidak berarti identitas tergugat tidak perlu dicantumkan secara lengkap dan jelas. Pencantuman identitas tergugat secara lengkap dan jelas diatur dan mengacu kepada pasal 118 HIR sebagai persyaratan umum sebagaimana dijelaskan pada butir 1 di atas.

2. Definisi kelompok secara rinci dan spesifik, walapun tanpa menyebut nama anggota kelompok satu persatu.

53 Ibid.

40

Penyebutan anggota kelas dilakukan dengan pendefinisian secara jelas, rinci dan spesifik kelasnya dengan tanpa menyebut nama satu persatu anggota kelas dan juga spesifikasi diri anggota kelas.54

3. Keterangan tentang anggota kelompok yang diperlukan dalam kaitannya dengan kewajiban melakukan pemberitahuan.

Keterangan ini tidak dijumpai dalam formulasi gugatan berdasarkan hukum acara, karena dengan mencantumkan identitas para pihak, pemberitahuan atau panggilan sudah dapat dipenuhi, sebab secara riil mereka tampil dalam gugatan. Tidak demikian halnya dalam gugatan perwakilan kelompok, yang tampil secara nyata dalam proses perkara hanya wakil kelompok (class representative), sedangkan identitas anggota kelompok tersembunyi atau in absentee di balik identitas wakil kelompok. Anggota kelompok adalah penggugat yang tidak hadir atau in absentee di forum persidangan. Oleh karena itu apabila suatu saat diperlukan pemberitahuan kepada anggota kelompok, perlu diterangkan keberadaan mereka dalam gugatan dan keterangan itu sedemikian rupa sehingga langkah tindakan pemberitahuan itu dapat terlaksana secara efektif.55

4. Posita dari seluruh kelompok, baik wakil kelompok maupun anggota kelompok, yang teridentifikasi maupun tidak teridentifikasi, yang dikemukakan secara jelas dan terinci.

54 Indro Sugianto, op. cit., hal. 132 55 M. Yahya Harahap, op. cit., hal. 154.

41

Karakteristik khusus dari suatu gugatan class action atau gugatan perwakilan adalah dalam hal penyusunan dasar gugatan ini adalah bahwa dalam pendiskripsian dasar gugatan di samping memuat tentang kejadian atau peristiwa, uraian tentang hak dalam hubungan hukum yang menjadi dasari gugatan juga harus dapat mendiskripsikan secara jelas dan rinci kesamaan hukum atau fakta di antara wakil kelas dengan anggota kelas.56

5. Dalam satu gugatan perwakilan, dapat dikelompokkan beberapa bagian kelompok atau sub kelompok, jika tuntutan tidak sama karena sifat dan kerugian yang berbeda.

Syarat ini tidak bersifat imperatif secara permanen, tetapi secara kondisional dengan acuan penerapan : 57

§ sepanjang tidak ada secara objektif subkelompok berdasarkan perbedaan jenis dan jumlah ganti rugi, gugatan tidak perlu memuat hal itu;

§ dengan demikian keharusan merumuskan penegasan subkelompok dalam gugatan perwakilan kelompok apabila hal itu secara nyata memang ada;

§ dalam hal yang demikian gugatan perwakilan kelompok harus menyebut atau memformulasi subkelompok yang ada, dan menyebut perbedaan sifat dan tuntutan ganti rugi bagi setiap sub kelompok.

6. Tuntutan atau petitum tentang ganti rugi harus dikemukakan secara jelas dan rinci, memuat usulan tentang mekanisme atau tata cara pendistribusian ganti kerugian kepada seluruh anggota kelompok, termasuk usulan tentang pembentukan tim atau

56 Indro Sugianto, op. cit., hal. 32 57 M. Yahya Harahap, op. cit., hal. 154.

42

panel yang membantu memperlancar pendistribusian ganti kerugian.

Syarat ini juga hampir sama dengan ketentuan atau persyaratan umum sebagaimana diatur dalam hukum acara perdata, namun dalam gugatan class action terdapat tambahan mengenai usulan mekanisme dan tata cara pendistribusian ganti kerugian dan pembentukan tim yang akan membantu kelancaran pendistribusian ganti kerugian.

b. Persyaratan Umum Berdasarkan Hukum Acara Perdata (HIR).

Selain persyaratan khusus sebagaimana disebutkan dalam butir 1 di atas, ketentuan-ketentuan dalam pengajuan gugatan perdata biasa sebagaimana diatur dalam Hukum Acara Perdata biasa yaitu HIR, juga tetap berlaku dalam pengajuan gugatan perwakilan kelompok. Dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2002 juga ditegaskan bahwa “ketentuan-ketentuan lain yang telah diatur dalam Hukum Acara Perdata tetap berlaku, di samping ketentuan-ketentuan dalam PERMA ini”.58

Sebenarnya jika diperhatikan ketentuan pasal 3 PERMA Nomor 1 Tahun 2002, hampir terdapat syarat-syarat formulasi gugatan dengan yang diatur dalam HIR. Dalam pasal 118 ayat (1) HIR disebutkan : gugatan perdata harus dimasukkan ke Pengadilan Negeri sesuai dengan kompetensi relative, dan dibuat dalam bentuk surat permohonan (surat permintaan) yang ditandatangani oleh penggugat atau oleh wakil (kuasanya).

58 Mahkamah Agung, op. cit., ps. 10.

43

Penyebutan identitas dalam surat gugatan, merupakan syarat formil keabsahan suatau gugatan. Surat gugatan yang tidak menyebut identitas para pihak, apalagi tidak menyebut identitas tergugat, menyebabkan gugatan tidak sah dan dianggap tidak ada. Identitas yang mutlak dicantumkan dalam suatu gugatan adalah mengenai nama lengkap, alamat atau tempat tinggal. Syarat lain yang harus ada dalam suatu gugatan adalah posita yaitu yang menjadi dasar gugatan yang berisikan dasar hukum dan dasar fakta. Selain itu, dalam suatau gugatan juga harus mencantumkan mengenai petitum atau tuntutan yang diajukan oleh penggugat.

Berdasarkan kewenangan atau kompetensi relatif, gugatan harus diajukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan berikut : 59

§ Gugatan Perdata, yang pada tingkat pertama masuk kekuasaan pengadilan negeri, harus dimasukan dengan surat permintaan yang ditanda tangani oleh penggugat atau oleh wakilnya menurut pasal 123, kepada ketua pengadilan negeri di daerah hukum siapa tergugat bertempat diam atau jika tidak diketahui tempat diamnya, tempat tinggal sebetulnya.

§ Jika tergugat lebih dari seorang, sedang mereka tidak tinggal di dalam itu dimajukan kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggal salah seorang dari tergugat itu, yang dipilih oleh penggugat. Jika tergugat-tergugat satu sama lain dalam perhubungan sebagai perutang utama dan penanggung, maka penggugatan itu dimasukan kepada ketua pengadilan negeri ditempat orang yang berutang utama dari salah seorang dari pada orang berutang utama itu, kecuali dalam hal yang di tentukan pada ayat 2 dari pasal 6 dari reglemen tentang aturan hakim dan mahkamah serta kebijaksanaan kehakiman. § Bilamana tempat diam dari dari tergugat tidak kenal, lagi

pula tempat tinggal sebetulnya tidak diketahui, atau jika tergugat tidak dikenal, maka surat gugatan itu dimasukkan kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggal penggugat, atau jika surat gugat itu tentang barang gelap, maka surat gugat itu dimasukkan kepada ketua pengadilan negeri di daerah hukum siapa terletak barang itu.

59 R. Soesilo, RIB/HIR Dengan Penjelasannya, Bogor : Peliteia, 1989, ps.118.

Dalam dokumen TESIS MILIATER SIMALANGO NPM (Halaman 45-51)