• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Pengajuan dan Pemeriksaan Gugatan Class Action

Dalam dokumen TESIS MILIATER SIMALANGO NPM (Halaman 51-55)

C. Ketentuan Pengajuan Gugatan Class Action

4. Prosedur Pengajuan dan Pemeriksaan Gugatan Class Action

§ Bila dengan surat sah dipilih dan ditentukan suatu tempat berkedudukan, maka penggugat, jika ia suka, dapat memasukan surat gugat itu kepada ketua pengadilan negeri dalam daerah hukum siapa terletak tempat kedudukan yang dipilih itu.

4. Prosedur Pengajuan dan Pemeriksaan Gugatan Class Action.

Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa saat ini hukum acara yang secara khusus mengatur mengenai tata cara dan prosedur pengajuan gugatan class action diatur dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2002. Secara garis besar prosedur pengajuan gugatan class action berdasarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2002 adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Awal.

Ketentuan mengenai pemeriksaan awal diatur dalam pasal 5 ayat (1) PERMA Nomor 1 Tahun 2002. Dalam system gugatan class action, hakim wajib terlebih dahulu melakukan pemeriksaan awal untuk mengetahui atau menentukan apakah gugatan yang diajukan layak atau telah memenuhi kriteria suatu gugatan class action yaitu (1) apakah jumlah anggota kelompok sedemikian banyak sehingga tidak efektif dan efisien apabila gugatan dilakukan secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam satu gugatan.; (2) apakah terdapat kesamaan fakta atau peristiwa, dan kesamaan dasar hukum yang digunakan yang bersifat substansial, serta terdapat kesamaan jenis tuntutan di antara wakil kelompok dengan anggota kelompoknya; (3) apakah wakil kelompok memiliki kejujuran dan kesanggupan untuk melindungi kepentingan anggota kelompok yang diwakili.

Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa yang wajib diperiksa dan dipertimbangkan hakim dalam tahap proses pemeriksaan awal, adalah :

1. Adanya kelompok yang terdiri dari :

a. Wakil kelompok yang memenuhi syarat :

45

§ Memiliki kejujuran, dan

§ Memiliki kesungguhan melindungi kepentingan anggota kelompok.

b. Anggota kelompok yang memenuhi syarat : § jumlahnya banyak (numerous), dan § kelompoknya dapat didefinisikan atau

dideskripsi secara jelas dan spesifik. 2. Terdapat kesamaan fakta atau dasar hukum;

a. kesamaan itu bersifat substansial atara wakil dengan anggota kelompok;

b. kesamaan itu tidak mengandung persaingan kepentingan (competing interest), antara wakil kelompok dengan anggota kelompok.

3. Terdapat kesamaan tuntutan;

a. dapat juga diartikan kesamaan kepentingan (common interest) atau kesamaan tujuan (common purpose),

b. boleh juga didasarkan pada kesamaan penderitaan (common grievance). 60

Di Negara-negara lain seperti Amerika Serikat, sistem ini disebut dengan proses realistic appraisal dan hasil proses ini disebut Preliminary Certification Test (PCT), atau disebut pula Judicial Certification. PCT bertujuan untuk mengetahui, pertama apakah gugatan memenuhi criteria; kedua apakah class action sesungguhnya memilki nilai efisien dan keadilan, dan ketiga, apakah wakil kelompok dapat berlaku jujur dan sungguh-sungguh dapat melindungi para anggota kelompok.61

Dalam pasal 5 ayat (2) PERMA Nomor 1 Tahun 2002, juga diatur bahwa Hakim dapat memberikan nasihat kepada penggugat dan tergugat tetapi terbatas mengenai syarat-syarat formal suatu gugatan class action sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 dari PERMA Nomor 1 Tahun 2002. Hal seperti ini juga telah diatur dalam pasal 119 HIR yang menegaskan bahwa Ketua Pengadilan Negeri berwenang memberi nasihat dan pertolongan kepada

60 M. Yahya Harahap, op. cit., hal. 155

61 NHT Siahaan, Hukum Lingkungan, Jakarta : Pancuran Alam, 2006, hal. 226

46

penggugat atau tergugat maupun kepada kuasa tentang hal yang berkenaan dengan mengajukan gugatan, apakah gugatan telah memenuhi syarat formil atau tidak. Ketentuan tersebut senada dengan ketentuan pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman, yang menegaskan bahwa di dalam perkara perdata, pengadilan membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeras-kerasnya mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapai peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan.

Jika hakim berpendapat gugatan class action yang diajukan sah memenuhi syarat formal yang digariskan dalam pasal 3 PERMA Nomor 1 Tahun 2002, maka sesuai dengan ketentuan pasal 5 PERMA Nomor 1 Tahun 2002, pengadilan menerbitkan penetapan yang berisi : (1) menyatakan gugatan class action sah, (2) memerintahkan penggugat segera mengajukan usulan model pemberitahuan untuk memperoleh persetujuan hakim. Tidak ada penegasan lebih lanjut, apakah terhadap penetapan ini dapat diajukan banding atau tidak. Sebaliknya, jika dari hasil pemeriksaan awal kriteria gugatan class action tidak sah, karena tidak memenuhi syarat formal suatu gugatan class action sebagaimana yang telah digariskan, maka pernyataan tersebut dituangkan dalam bentuk putusan, yang berisi (1) menyatakan gugatan class action tidak sah, dan menyatakan pemeriksaan dihentikan.

b. Penyelesaian Melalui Perdamaian.

Ketentuan mengenai penyelesaian melalui perdamaian diatur dalam pasal 6 PERMA Nomor 1 Tahun 2002, yang pada intinya menegaskan bahwa hakim berkewajiban mendorong para pihak untuk menyelesaikan perkara gugatan class action melalui perdamaian, baik pada awal persidangan maupun selama berlangsungnya pemeriksaan perkara. Ketentuan seperti ini juga

47

diatur dalam ketentuan hukum acara perdata biasa yang menyebutkan :

1. Jika pada hari yang ditentukan itu, kedua belah pihak datang, maka pengadilan negeri mencoba dengan perantaraan ketuanya akan memperdamaikan mereka itu. 2. Jika perdamaian yang demikian itun terjadi, maka

tentang hal itu pada waktu bersidang, diperbuat sebuah akte, dengan mana kedua belah pihak diwajibkan untuk mencukupi perjanjian yang diperbuat itu, maka surat (akte) itu akan berkekuatan hukum dan akan dilakukan sebagai putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

3. Tentang putusan yang demikian itu tidak diijinkan orang minta banding.62

Dari ketentuan tersebut di atas, putusan perdamaian dipersamakan dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap artinya : (1) tertutup terhadapnya upaya hukum banding atau kasasi, (2) langsung final dan mengikat kepada para pihak, (3) serta langsung melekat padanya kekuatan eksekutorial sehingga apabila tidak dilakukan secara suka rela, dapat dijalankan eksekusi melalui Pengadilan Negeri.

Ketentuan lain yang mengatur mengenai proses mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia (PERMA) Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan yang dikeluarkan tanggal 11 September 2003. Dalam pasal 2 ayat (1) dari PERMA Nomor 2 Tahun 2003 dengan tegas disebutkan bahwa semua perkara perdata yang diajukan ke pengadilan tingkat pertama wajib untuk lebih dahulu diselesaikan melalui perdamaian dengan bantuan mediator.

Berdasarkan ketentuan pasal 10 PERMA Nomor 1 Tahun 2002 yang menyebutkan ketentuan-ketentuan lain yang telah diatur

62 R. Soesilo, op. cit., ps.130.

48

dalam hukum acara perdata tetap berlaku, di samping ketentuan-ketentuan dalam PERMA ini, maka tata cara pemeriksaan perdamaian yang diatur dalam pasal 6 PERMA Nomor 1 Tahun 2002, tunduk pada pasal 130 HIR dan PERMA Nomor 2 Tahun 2003.

c. Pemberitahuan Kepada Anggota Kelompok.

Dalam sistem gugatan class action diatur mengenai adanya kewajiban untuk melakukan pemberitahuan kepada anggota kelompok. Pemberitahuan kepada anggota kelas adalah mekanisme yang diperlukan untuk memberi informasi kepada seluruh anggota kelas, dan untuk memberi kesempatan bagi anggota kelas untuk menentukan apakah mereka menginginkan untuk ikut serta dan terikat dengan putusan dalam perkara tersebut, atau tidak menginginkannya yaitu dengan cara menyatakan keluar/opt out dari keanggota kelas.63

Beberapa hal yang diatur berkaitan dengan mekanisme pemberitahuan sesuai ketentuan PERMA Nomor 1 Tahun 2002, yaitu :

Dalam dokumen TESIS MILIATER SIMALANGO NPM (Halaman 51-55)