• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.2 Prosedur Tindakan Kelas Siklus II

Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka pada siklus II ini akan dilakukan perbaikan dan penyempurnaan mulai dari perencanaan, tindakan, observasi, sampai refleksi. Tahapan pada siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I, namun dilakukan beberapa perbaikan untuk kekurangan yang ada pada siklus I.

Kekurangan pada siklus I yang terdapat pada proses pembelajaran adalah kurang kondusifnya proses diskusi kelompok, karena beberapa siswa kurang bisa bekerja sama dalam diskusi kelompok. Tindakan perbaikan pada siklus II adalah dengan membentuk kelompok baru, pembentukan kelompok baru diharapkan akan membuat siswa lebih mudah dalam bekerja sama dalam diskusi kelompok. Kelompok baru dibentuk oleh guru berdasarkan hasil observasi sikap gotong

royong pada siklus I, setiap kelompok memiliki anggota yang berbeda dari siklus I. Pembentukan kelompok baru juga digunakan untuk memperbaiki sikap gotong royong dan sikap toleransi siswa. Kekurangan pada sikap gotong royong dan toleransi adalah kurang kondusifnya diskusi kelompok karena beberapa siswa kurang bisa bekerja sama dalam diskusi kelompok.

Kekurangan pada sikap sosial siswa terdapat pada sikap percaya diri, sikap toleransi, sikap gotong royong, dan sikap santun. Sikap percaya diri siswa masih kurang karena masih banyak siswa yang kurang berani untuk berpendapat, bertanya, atau menjawab. Tindakan perbaikan pada siklus II adalah dengan mendorong siswa untuk lebih percaya diri dan memberikan kesempatan untuk berpendapat, bertanya, atau menjawab. Tindakan tersebut dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum pernah berpendapat atau presentasi.

Kekurangan pada sikap santun adalah kurang santunnya bahasa yang digunakan siswa pada saat diskusi kelompok. Hal tersebut berhubungan dengan sikap sosial sebelumnya yaitu sikap toleransi dan gotong royong, karena siswa kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompok yang berbeda karakter sehingga membuat bahasa yang digunakan kurang santun. Tindakan perbaikan pada siklus II selain pembentukan kelompok baru yang telah dilakukan sebelumya, siswa diingatkan untuk menggunakan bahasa yang lebih santun.

Kekurangan pada keterampilan siswa dalam menyusun teks cerpen adalah pada unsur pembangun cerpen yang disusun siswa yaitu pada unsur alur, sudut pandang, tokoh dan penokohan, gaya bahasa. Tindakan perbaikan pada siklus II

adalah dengan memberikan materi lebih banyak untuk unsur pembangun cerpen. Materi tentang unsur pembangun cerpen diberikan pada pertemuan pertama setelah membahas struktur teks cerpen. Pada siklus I pertemuan pertama membahas struktur teks cerpen dan kaidah kebahasaan teks cerpen, sedangkan pada siklus II diberikan materi unsur pembangun cerpen setelah struktur teks cerpen. Perbedaan tersebut bertujuan untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat pada hasil cerpen yang disusun siswa.

3.1.2.1Tahap Perencanaan Siklus II

Tahap perencanaan dalam siklus II merupakan lanjutan dari tahap refleksi pada siklus I. Setelah diketahui kekurangan-kekurangan dalam siklus I melalui tahap refleksi, dilakukan rencana perbaikan-perbaikan agar kekurangan-kekurangan tersebut tidak terjadi lagi pada siklus II.

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap perencanaan siklus II adalah, (1) mencari solusi untuk perbaikan kekurangan pada siklus I, (2) menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita serta media audiovisual, (3) berkonsultasi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia tentang rencana pembelajaran yang telah disusun.

3.1.2.2Tahap Implementasi Tindakan Siklus II

Pada dasarnya tindakan yang dilakukan dalam tahap ini hampir sama dengan tahap tindakan yang ada pada siklus I, yaitu penerapan pembelajaran

menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita serta media audiovisual.

Tahap yang pertama adalah kegiatan pendahuluan, kegiatan pendahuluan dimulai dengan guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar. Kemudian guru memberikan apersepsi dan melakukan tanya jawab dengan siswa. Selanjutnya, siswa menerima informasi mengenai tujuan pembelajaran dan manfaat menguasai materi pembelajaran. Siswa menerima informasi mengenai pokok-pokok materi pembelajaran. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan.

Tahap yang kedua adalah kegiatan inti, kegiatan pertama yang dilakukan siswa adalah berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk oleh guru. Siswa memperhatikan penayangan sebuah video yang telah dipotong. Kemudian dalam kelompok siswa berdiskusi menentukan unsur pembangun cerita pada video yang ditayangkan. Setelah unsur pembangun telah ditentukan, tiap kelompok menceritakan kembali cerita dari video yang ditayangkan. Setelah itu, tiap kelompok meneruskan cerita berdasarkan video yang telah ditayangkan. Pengembangan cerita sesuai dengan kreatifitas siswa. Kegiatan terakhir adalah perwakilan siswa maju untuk membacakan hasil pengembangan cerita dari diskusi kelompok yang telah dilakukan, kelompok lain memberikan tanggapan.

Tahap ketiga adalah kegiatan penutup, dalam kegiatan penutup siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Selanjutnya, siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan.

3.1.2.3Tahap Observasi Siklus II

Pada tahap ini dilakukan obsevasi terhadap perilaku, keaktifan dan antusias siswa selama pembelajaran menyusun teks cerita pendek dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita serta media audiovisual berlangsung.

3.1.2.4Tahap Refleksi Siklus II

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh tindakan dan hasil peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek yang dicapai oleh siswa. Pada proses pembelajaran Aspek kedua proses pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 12,5 %, yaitu dari 68,75 % menjadi 81,25 %. Siswa sudah baik dalam melakukan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerpen. Aspek ketiga mengalami peningkatan sebesar 16,625 % yaitu dari 62,5 % menjadi 78,125 %. Siswa sudah baik dalam bekerja sama dalam diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video.

Pada aspek sikap religius siswa siklus I terdapat kekurangan pada indikator yang ketiga, yaitu sebanyak 14 siswa masuk kategori kurang baik. Pada siklus II terjadi peningkatan, tinggal 12 siswa yang masuk dalam kategori cukup baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sikap religius siswa dalam pembelajaran menyusun teks cerpen sudah baik.

Pada aspek sikap sosial kekurangan yang ditemukan pada siklus I mengalami peningkatan. Pembentukan kelompok baru untuk mengatasi kekurangan aspek toleransi dan gotong royong yang ditemukan pada siklus I

membantu siswa untuk bisa lebih bekerja sama dalam diskusi kelompok dengan anggota kelompoknya. Sikap percaya diri siswa juga mengalami peningkatan, siswa yang berani berpendapat, bertanya, menjawab, atau presentasi lebih banyak daripada siklus I. Kesantunan bahasa yang digunakan selama diskusi kelompok juga menunjukkan hasil yang baik.

Pada tahap menyusun teks cerpen siklus I diketahui nilai rata-rata siswa mencapai 2,63. Jumlah siswa yang tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 13 orang atau sebesar 41,935 %. Sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 18 siswa atau sebesar 58,065 %. Pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 3,02 yang termasuk dalam kategori baik. Dapat diidentifikasi bahwa kemampuan menyusun teks cerpen siswa sudah baik, terjadi peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dari siklus I. Sebanyak 7 siswa mendapatkan nilai yang sangat baik, mencapai persentase sebesar 21,875 %. Siswa yang mendapat nilai baik sebanyak 25 orang atau sebesar 78,125 %.