• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 25 Rekam Medis 23

I. Kasus 23

No. RM : 500886 Dirawat tanggal : 6-10 Mei 2013 Informasi Pasien

CD, umur 8 tahun, BB 21 kg, dengan keluhan demam sejak 7 hari yang lalu, mual, muntah, BAB cair, perut terasa nyeri, sulit makan. Suhu tubuh 36°C, nafas 40x/menit, nadi 80x/menit. Diagnosa awal: suspek Demam Tifoid, ISPA dd Bronkitis, PKTB. Diagnosa akhir: Demam Tifoid komplikasi Bronkitis, PKTB. Keadaan keluar: membaik.

Pemeriksaan Laboratorium

Parameter Tanggal Pemeriksaan (Mei)

Nilai Normal Satuan

6 Hematologi

Hemoglobin 13,5 L:13-17; P:12-16 gr%

Lekosit 14,5 dws:4-10; ank:9-12 ribu/ul

Eritrosit 5,01 L:4,5-5,5; P:4,0-5,0 juta/ul

Trombosit 350 150-450 ribu/ul

Hematokrit 38,2 L:42-52; P:36-46 %

Hitung Jenis Lekosit

Eosinofil 4 2-4 % Basofil 0 0-1 % Batang 0 2-5 % Segmen 78 51-67 % Limfosit 16 20-35 % Monosit 2 4-8 % WIDAL

Typhus-O Positif 1/160 Negatif

Typhus-H Positif 1/160 Negatif

P. Typhus-A Negatif Negatif

P. Typhus-O Positif 1/160 Negatif

Pemeriksaan Radiologi (8 Mei 2013) Memeriksa : Thorax AP anak

Hasil :

 Infiltrat peribronkial diparacardial  Hilus memadat

 Infiltrat perihiler (+)  Besar cor normal

Kesan : PKTB dengan Bronkitis

Terapi Antibiotika

Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian

Infus RL 10 tpm 6

Injeksi primperan 2x ½ ampul (k/p) 6

Injeksi sefotaksim 3x500 mg (skintest) 6

Injeksi ampisilin 3x500 mg 7, 8, 9, 10

Injeksi kloramfenikol 3x500 mg 7, 8, 9, 10

Parasetamol tablet 3x ½ ablet (k/p) 6, 7, 8

Infuse D5% 5 tpm 7, 8, 9, 10

Nebulizer ½ ampul ventolin + ½ ampul combivent /8 jam 7, 8, 9, 10

II. Evaluasi Penggunaan Antibiotika menurut Alur Gyssen

Kasus 23

1. Sefotaksim

Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos/Tidak Lolos Per Kategori Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap karena telah mencantumkan hasil diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien.

Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi pemberian antibiotika).

Assessment: adanya indikasi pemberian antibiotika untuk infeksi bakteri Salmonella

typhi.

Kategori IVA Lolos kategori IVA (Tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assessment: pemberian antibiotika ini sudah tepat dan antibiotika ini merupakan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan antibiotika alternatif lain yang sering digunakan untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014). Peresepan antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik.

Kategori IVB Lolos kategori IVB (Tidak ada antibiotika lain yang kurang toksik).

Assessment: antibiotika ini sudah cukup aman digunakan untuk pasien anak dan tidak ditemukan adanya interaksi dengan obat lain yang dapat membahayakan pasien (Lacy

et al, 2009).

Kategori IVC Lolos kategori IVC (Tidak ada antibiotika lain yang lebih murah).

Assessment: antibiotika ini merupakan antibiotika generik dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan brand name dari sefotaksim seperti claforan, clatax, clacef, clafexim, cefarin, cefor, cefovell, efotax dan lapixime (Pramudianto, 2013).

Kategori IVD Lolos kategori IVD (Tidak ada antibiotika lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit).

Assessment: sefotaksim merupakan antibiotika berspektrum luas dan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan antibiotika alternatif lain yang sering digunakan untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014).

Kategori IIIA Lolos kategori IIIA (Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 1 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk terapi empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari dan tetap dilanjutkan minimal sampai 5 hari untuk hasil yang lebih efektif (Martin, 2008; Permenkes, 2011). Kategori IIIB Tidak lolos kategori IIIB (Penggunaan antibiotika terlalu singkat).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 1 hari. Penggunaan antibiotika terlalu singkat karena tidak sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk terapi empiris dalam jangka waktu 2-3 hari dan tetap dilanjutkan minimal sampai 5 hari untuk hasil yang lebih efektif (Martin, 2008; Permenkes, 2011).

Kesimpulan Penggunaan antibiotika terlalu singkat (Kategori IIIB)

2. Ampisilin

Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos/Tidak Lolos Per Kategori Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap karena telah mencantumkan hasil diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien.

Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi pemberian antibiotika).

Assessment: adanya indikasi pemberian antibiotika untuk infeksi bakteri Salmonella

typhi.

Kategori IVA Lolos kategori IVA (Tidak ada antibiotika lain yang lebih efektif ).

Assessment: pemberian antibiotika ini sudah tepat dan antibiotika ini merupakan salah satu antibiotika yang direkomendasikan untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan salah satu terapi lini pertama untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014). Peresepan antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik.

Kategori IVB Lolos kategori IVB (Tidak ada antibiotika lain yang kurang toksik).

Assessment: antibiotika ini sudah cukup aman digunakan untuk pasien anak dan tidak ditemukan adanya interaksi dengan obat lain yang dapat membahayakan pasien (Lacy

et al, 2009).

Kategori IVC Lolos kategori IVC (Tidak ada antibiotika lain yang lebih murah).

Assessment: antibiotika ini merupakan antibiotika generik dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan brand name dari ampisilin seperti phapin, sanpicillin, dan vicillin (Pramudianto, 2013).

Kategori IVD Lolos kategori IVD (Tidak ada antibiotika lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit).

Assessment: ampisilin merupakan antibiotika berspektrum luas dan salah satu antibiotika yang direkomendasikan untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan salah satu terapi lini pertama untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et

al, 2014).

Kategori IIIA Lolos kategori IIIA (Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 4 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama karena telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika secara empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari (Permenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos kategori IIIB (Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 4 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat karena telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika secara empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari kemudian harus dievaluasi berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Diketahui kondisi pasien membaik dan terapi tetap dilanjutkan selama 4 hari (Permenkes, 2011). Kategori IIA Lolos kategori IIA (Penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assessment: dalam kasus ini pasien diberikan 3x500 mg/hari (1500 mg/hari). Berdasarkan literatur dosis untuk anak-anak 100-150 mg/kg/hari diberikan setiap 6 jam dengan dosis maksimal 2-4 g/hari (Lacy et al, 2009). Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis yang dianjurkan untuk anak.

Kategori IIB Tidak lolos kategori IIB (Penggunaan antibiotika tidak tepat interval pemberian). Assessment: interval pemberian yang dianjurkan setiap 6 jam dalam sehari (4 kali sehari) (Lacy et al, 2009). Dalam kasus ini interval pemberiannya 3 kali dalam sehari sehingga penggunaan antibiotika tidak tepat interval pemberian karena tidak sesuai dengan yang dianjurkan.

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tidak tepat interval pemberian (Kategori IIB)

3. Kloramfenikol

Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos/Tidak Lolos Per Kategori Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap karena telah mencantumkan hasil diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien.

Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi pemberian antibiotika).

Assessment: adanya indikasi pemberian antibiotika untuk infeksi bakteri Salmonella

typhi.

Kategori IVA Lolos kategori IVA (Tidak ada antibiotika lain yang lebih efektif).

Assessment: pemberian antibiotika ini sudah tepat dan antibiotika ini merupakan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan salah satu terapi lini pertama untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014). Peresepan antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik.

Kategori IVB Tidak lolos kategori IVB (Ada antibiotika lain yang kurang toksik)

Assessment: antibiotika ini kurang aman digunakan untuk pasien anak karena dapat menyebabkan efek samping yang cukup serius, seperti neuritis optik pada anak (Permenkes, 2011) dan anemia aplastis fatal serta resistensi dari antibiotika ini sudah seringkali dilaporkan (Tjay and Rahadja, 2010). Antibiotika lain yang cukup direkomendasikan untuk penanganan kasus demam tifoid pada pasien anak diataranya adalah amoksisilin atau ampisilin dan sepalosporin generasi ke-3 (Purwadianto et al, 2014).