• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 30 Rekam Medis 28

I. Kasus 28

No. RM : 512720

Dirawat tanggal : 20-26 September 2013 Informasi Pasien

RC, umur 2 tahun, BB 12 kg, dengan keluhan panas naik turun sejak 6 hari yang lalu, terutama ketika malam hari, belum BAB sejak 3 hari ini. Suhu tubuh 38,9°C, nafas 30x/menit, nadi 116x/menit. Diagnosis akhir: Demam Tifoid. Keadaan keluar: membaik.

Pemeriksaan Laboratorium

Parameter Tanggal Pemeriksaan (September)

Nilai Normal Satuan

20 21 24

Hematologi

Hemoglobin 9,6 L:13-17; P:12-16 gr%

Lekosit 17,21 dws:4-10; ank:9-12 ribu/ul

Eritrosit 3,86 L:4,5-5,5; P:4,0-5,0 juta/ul

Trombosit 384 397 150-450 ribu/ul

Hematokrit 29,0 27 L:42-52; P:36-46 %

Hitung Jenis Lekosit

Eosinofil 2 2-4 % Basofil 0 0-1 % Batang 4 2-5 % Segmen 58 51-67 % Limfosit 33 20-35 % Monosit 3 4-8 % Urinalisasi

Warna Kuning Kuning

Kekeruhan Jernih Jernih

Reduksi Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Keton Urin Negatif Negatif

BJ 1.010 1.015-1.025

Darah Samar Negatif Negatif Ery/uL

pH 6,50 5,00-8,50

Protein Negatif Negatif

Urobilinogen 3,20 3,20-16,00 Umol/L

Nitrit Negatif Negatif

Lekosit Esterase Negatif Negatif Leu/uL

Eritrosit 0-1 0-2 /LPK

Lekosit 1-2 0-3 /LPK

Sel Epitel Positif Positif /LPK

Kristal

Ca Oksalat Negatif Negatif /LPK

Asam Urat Negatif Negatif /LPK

Amorf Negatif Negatif /LPK

Silinder

Eritrosit Negatif Negatif /LPK

Leukosit Negatif Negatif /LPK

Granular Negatif Negatif /LPK

Bakteri Negatif Negatif /LPK

Lain-lain - - /LPK

Terapi Antibiotika

Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian

Infuse KaEN 3B 10 tpm 20

Parasetamol 3x1cth (k/p) 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26 Injeksi sefotaksim (100-200 mg/kgBB) 3x400 mg 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26 Injeksi ampicilin (100-200 mg/kgBB) 4x350 mg 24, 25, 26

Injeksi KaEN 3B 8 tpm 21, 22, 23, 24, 25, 26

II. Evaluasi Penggunaan Antibiotika menurut Alur Gyssen

Kasus 28

1. Sefotaksim

Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos/Tidak Lolos Per Kategori Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap karena telah mencantumkan hasil diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien.

Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi pemberian antibiotika).

Assessment: adanya indikasi pemberian antibiotika untuk infeksi bakteri Salmonella

typhi.

Kategori IVA Lolos kategori IVA (Tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assessment: pemberian antibiotika ini sudah tepat dan antibiotika ini merupakan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan antibiotika alternatif lain yang sering digunakan untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014). Peresepan antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik.

Kategori IVB Lolos kategori IVB (Tidak ada antibiotika lain yang kurang toksik).

Assessment: antibiotika ini sudah cukup aman digunakan untuk pasien anak dan tidak ditemukan adanya interaksi dengan obat lain yang dapat membahayakan pasien (Lacy

et al, 2009).

Kategori IVC Lolos kategori IVC (Tidak ada antibiotika lain yang lebih murah).

Assessment: antibiotika ini merupakan antibiotika generik dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan brand name dari sefotaksim seperti claforan, clatax, clacef, clafexim, cefarin, cefor, cefovell, efotax dan lapixime (Pramudianto, 2013).

Kategori IVD Lolos kategori IVD (Tidak ada antibiotika lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit).

Assessment: sefotaksim merupakan antibiotika berspektrum luas dan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan antibiotika alternatif lain yang sering digunakan untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014).

Kategori IIIA Lolos kategori IIIA (Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 7 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama karena telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika secara empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari (Permenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos kategori IIIB (Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 7 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat karena telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika secara empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari kemudian harus dievaluasi berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Diketahui kondisi pasien membaik dan terapi tetap dilanjutkan selama 7 hari (Permenkes, 2011). Kategori IIA Lolos kategori IIA (Penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assessment: dalam kasus ini pasien diberikan 3x400 mg/hari (1200 mg/hari). Berdasarkan literatur dosis sefotaksim 40-80 mg/kg dalam 2-3 dosis (maksimum 1-2 g/hari) (Purwadianto et al., 2014). Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Kategori IIB Lolos kategori IIB (Penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assessment: interval pemberian sudah sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 2-3 kali dalam sehari (Lacy et al, 2009).

Kategori IIC Lolos kategori IIC (Penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assessment: rute pemberian sudah tepat dengan yang dianjurkan yaitu secara intravena (Lacy et al, 2009) dan juga dilihat dari kondisi pasien yang muntah-muntah jadi pemberian secara intravena sudah tepat.

Kategori I Lolos kategori I (Penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assessment: waktu pemberian antibiotikanya sudah tepat karena diberikan berdasarkan hasil kultur kuman yang menjadi penyebab infeksi (Meer and Gyssens, 2001).

Kategori 0 Lolos kategori 0

Assessment: termasuk pemberian antibiotika secara rasional karena sefotaksim lolos pada semua kategori evaluasi Gyssens.

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (Kategori 0)

2. Ampisilin

Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos/Tidak Lolos Per Kategori Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap karena telah mencantumkan hasil diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien.

Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi pemberian antibiotika).

Assessment: adanya indikasi pemberian antibiotika untuk infeksi bakteri Salmonella

typhi.

Kategori IVA Lolos kategori IVA (Tidak ada antibiotika lain yang lebih efektif ).

Assessment: pemberian antibiotika ini sudah tepat dan antibiotika ini merupakan salah satu antibiotika yang direkomendasikan untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan salah satu terapi lini pertama untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014). Peresepan antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik.

Kategori IVB Lolos kategori IVB (Tidak ada antibiotika lain yang kurang toksik).

Assessment: antibiotika ini sudah cukup aman digunakan untuk pasien anak dan tidak ditemukan adanya interaksi dengan obat lain yang dapat membahayakan pasien (Lacy

et al, 2009).

Kategori IVC Lolos kategori IVC (Tidak ada antibiotika lain yang lebih murah).

Assessment: antibiotika ini merupakan antibiotika generik dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan brand name dari ampisilin seperti phapin, sanpicillin, dan vicillin (Pramudianto, 2013).

Kategori IVD Lolos kategori IVD (Tidak ada antibiotika lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit).

Assessment: ampisilin merupakan antibiotika berspektrum luas dan salah satu antibiotika yang direkomendasikan untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan salah satu terapi lini pertama untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et

al, 2014).

Kategori IIIA Lolos kategori IIIA (Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 3 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama karena lama penggunaan antibiotika untuk terapi demam tifoid adalah selama 10 hari (Lacy et al, 2009).

Kategori IIIB Lolos kategori IIIB (Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 3 hari. Penggunaan ampisilin untuk terapi demam tifoid adalah selama 10 hari (Lacy et

al, 2009). Penggunaan antibiotika ini tidak terlalu singkat karena ampisilin merupakan

antibiotika lanjutan dari sefotaksim selama pasien dirawat inap dan dipertimbangkan penggunaan antibiotika lanjutan yang dibawah pulang oleh pasien.

Kategori IIA Lolos kategori IIA (Penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assessment: dalam kasus ini pasien diberikan 4x350 mg/hari (1400 mg/hari). Berdasarkan literatur dosis untuk anak-anak 100-150 mg/kg/hari diberikan setiap 6 jam dengan dosis maksimal 2-4 g/hari (Lacy et al, 2009). Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis yang dianjurkan untuk anak.

Kategori IIB Lolos kategori IIB (Penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assessment: interval pemberian sudah sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 4 kali dalam sehari (Lacy et al, 2009).

Assessment: rute pemberian sudah tepat dengan yang dianjurkan yaitu secara intravena (Lacy et al, 2009).

Kategori I Lolos kategori I (Penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assessment: waktu pemberian antibiotikanya sudah tepat karena diberikan berdasarkan hasil kultur kuman yang menjadi penyebab infeksi (Meer and Gyssens, 2001).

Kategori 0 Lolos kategori 0

Assessment: termasuk pemberian antibiotika secara rasional karena ampisilin lolos pada semua kategori evaluasi Gyssens.

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (Kategori 0)