BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Lampiran 29 Rekam Medis 27
I. Kasus 27
No. RM : 438222 Dirawat tanggal : 4-8 Oktober 2013 Informasi Pasien
ZL, umur 2 tahun, BB 10,8 kg, dengan keluhan demam sejak 8 hari yang lalu, batuk, pilek, sejak 2 hari yang lalu, belum BAB sejak 2 hari yang lalu, mual, muntah, nafsu makan menurun. Suhu tubuh 36,6°C, nafas 24x/menit, nadi 97x/menit. Diagnosis akhir: Demam Tifoid komplikasi RFA (Rhino Faringitis Akut).
Pemeriksaan Laboratorium
Parameter Tanggal Pemeriksaan (Oktober)
Nilai Normal Satuan
4 Hematologi
Hemoglobin 12,7 L:13-17; P:12-16 gr%
Lekosit 14,6 dws:4-10; ank:9-12 ribu/ul
Eritrosit 4,87 L:4,5-5,5; P:4,0-5,0 juta/ul
Trombosit 257 150-450 ribu/ul
Hematokrit 35,6 L:42-52; P:36-46 %
Hitung Jenis Lekosit
Eosinofil 1 2-4 % Basofil 0 0-1 % Batang 1 2-5 % Segmen 60 51-67 % Limfosit 31 20-35 % Monosit 7 4-8 % Urinalisasi
Warna Kuning Kuning
Kekeruhan Agak keruh Jernih
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Urin Negatif Negatif
BJ 1.020 1.015-1.025
pH 7,0 5,00-8,50
Protein 0,3 Negatif
Urobilinogen 3,2 0,20-1,00 Eu/dl
Nitrit Negatif Negatif
Lekosit Esterase 15 Negatif
Sedimen Urin
Eritrosit 0-1 0-2 /LPK
Lekosit 4-5 0-3 /LPK
Sel Epitel Positif Positif /LPK
Kristal
Ca Oksalat Positif Negatif /LPK
Asam Urat Negatif Negatif /LPK
Amorf Negatif Negatif /LPK
Silinder
Eritrosit Negatif Negatif /LPK
Leukosit Negatif Negatif /LPK
Granular Positif 0-1 Negatif /LPK
Bakteri Negatif Negatif /LPK
Lain-lain Negatif Negatif /LPK
WIDAL
Typhus-O Positif 1/160 Negatif
Typhus-H Positif 1/160 Negatif
P. Typhus-A Positif 1/80 Negatif
P. Typhus-O Positif 1/320 Negatif
Pemeriksaan Radiologi Memeriksa : Thorax AP anak
Hasil : cord an pulmo dalam batas normal
Terapi Antibiotika
Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infuse RL 5 tpm 4 Injeksi ampisilin 3x360 mg 4 Injeksi sefotaksim 3x360 mg 4 Injeksi ampisilin 3x300 mg 5, 6, 7, 8 Injeksi sefotaksim 3x300 mg 5, 6, 7, 8 Parasetamol 3x1 cth 4 Infuse D5% 5 tpm 5, 6, 7, 8
Nebulizer ventolin 1,75 cc/8 jam 5, 6, 7, 8
Salbutamol 3x1 mg 5, 6, 7, 8
Ambroxol 7,5 mg 3x1 5, 6, 7, 8
Parasetamol 1,5 cth (k/p) 5, 6, 7, 8
II. Evaluasi Penggunaan Antibiotika menurut Alur Gyssen
Kasus 27
1. Ampisilin
Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos/Tidak Lolos Per Kategori Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).
Assessment: data rekam medis lengkap karena telah mencantumkan hasil diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien.
Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi pemberian antibiotika).
Assessment: adanya indikasi pemberian antibiotika untuk infeksi bakteri Salmonella
typhi.
Kategori IVA Lolos kategori IVA (Tidak ada antibiotika lain yang lebih efektif ).
Assessment: pemberian antibiotika ini sudah tepat dan antibiotika ini merupakan salah satu antibiotika yang direkomendasikan untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan salah satu terapi lini pertama untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014). Peresepan antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik.
Kategori IVB Lolos kategori IVB (Tidak ada antibiotika lain yang kurang toksik).
Assessment: antibiotika ini sudah cukup aman digunakan untuk pasien anak dan tidak ditemukan adanya interaksi dengan obat lain yang dapat membahayakan pasien (Lacy
Kategori IVC Lolos kategori IVC (Tidak ada antibiotika lain yang lebih murah).
Assessment: antibiotika ini merupakan antibiotika generik dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan brand name dari ampisilin seperti phapin, sanpicillin, dan vicillin (Pramudianto, 2013).
Kategori IVD Lolos kategori IVD (Tidak ada antibiotika lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit).
Assessment: ampisilin merupakan antibiotika berspektrum luas dan salah satu antibiotika yang direkomendasikan untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan salah satu terapi lini pertama untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et
al, 2014).
Kategori IIIA Lolos kategori IIIA (Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).
Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 5 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama karena telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika secara empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari (Permenkes, 2011).
Kategori IIIB Lolos kategori IIIB (Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).
Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 5 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat karena telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika secara empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari kemudian harus dievaluasi berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Diketahui kondisi pasien membaik dan terapi tetap dilanjutkan selama 5 hari (Permenkes, 2011). Kategori IIA Lolos kategori IIA (Penggunaan antibiotika tepat dosis).
Assessment: dalam kasus ini pasien diberikan 3x300 mg/hari (900 mg/hari) dan 3x360 mg/hari (1080 mg/hari). Berdasarkan literatur dosis untuk anak-anak 100-150 mg/kg/hari diberikan setiap 6 jam dengan dosis maksimal 2-4 g/hari (Lacy et al, 2009). Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis yang dianjurkan untuk anak. Kategori IIB Tidak lolos kategori IIB (Penggunaan antibiotika tidak tepat interval pemberian).
Assessment: interval pemberian yang dianjurkan setiap 6 jam dalam sehari (4 kali sehari) (Lacy et al, 2009). Dalam kasus ini interval pemberiannya 3 kali dalam sehari sehingga penggunaan antibiotika tidak tepat interval pemberian karena tidak sesuai dengan yang dianjurkan.
Kesimpulan Penggunaan antibiotika tidak tepat interval pemberian (Kategori IIB)
2.Sefotaksim
Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos/Tidak Lolos Per Kategori Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).
Assessment: data rekam medis lengkap karena telah mencantumkan hasil diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien.
Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi pemberian antibiotika).
Assessment: adanya indikasi pemberian antibiotika untuk infeksi bakteri Salmonella typhi. Kategori IVA Lolos kategori IVA (Tidak ada antibiotika yang lebih efektif).
Assessment: pemberian antibiotika ini sudah tepat dan antibiotika ini merupakan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan antibiotika alternatif lain yang sering digunakan untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014). Peresepan antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik.
Kategori IVB Lolos kategori IVB (Tidak ada antibiotika lain yang kurang toksik).
Assessment: antibiotika ini sudah cukup aman digunakan untuk pasien anak dan tidak ditemukan adanya interaksi dengan obat lain yang dapat membahayakan pasien (Lacy et
al, 2009).
Kategori IVC Lolos kategori IVC (Tidak ada antibiotika lain yang lebih murah).
Assessment: antibiotika ini merupakan antibiotika generik dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan brand name dari sefotaksim seperti claforan, clatax, clacef, clafexim, cefarin, cefor, cefovell, efotax dan lapixime (Pramudianto, 2013).
Kategori IVD Lolos kategori IVD (Tidak ada antibiotika lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit).
Assessment: sefotaksim merupakan antibiotika berspektrum luas dan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan antibiotika alternatif lain yang sering digunakan untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014).
Kategori IIIA Lolos kategori IIIA (Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).
Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 5 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama karena telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika secara empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari (Permenkes, 2011). Kategori IIIB Lolos kategori IIIB (Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).
Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat karena telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika secara empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari kemudian harus dievaluasi berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Diketahui kondisi pasien membaik dan terapi tetap dilanjutkan selama 5 hari (Permenkes, 2011).
Kategori IIA Lolos kategori IIA (Penggunaan antibiotika tepat dosis).
Assessment: dalam kasus ini pasien diberikan 3x300 mg/hari (900 mg/hari) dan 3x360 mg/hari (1080 mg/hari). Berdasarkan literatur dosis sefotaksim 40-80 mg/kg dalam 2-3 dosis (maksimum 1-2 g/hari) (Purwadianto et al., 2014). Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Kategori IIB Lolos kategori IIB (Penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).
Assessment: interval pemberian sudah sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 2-3 kali dalam sehari (Lacy et al, 2009).
Kategori IIC Lolos kategori IIC (Penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).
Assessment: rute pemberian sudah tepat dengan yang dianjurkan yaitu secara intravena (Lacy et al, 2009) dan juga dilihat dari kondisi pasien yang muntah-muntah jadi pemberian secara intravena sudah tepat.
Kategori I Lolos kategori I (Penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).
Assessment: waktu pemberian antibiotikanya sudah tepat karena diberikan berdasarkan hasil kultur kuman yang menjadi penyebab infeksi (Meer and Gyssens, 2001).
Kategori 0 Lolos kategori 0
Assessment: termasuk pemberian antibiotika secara rasional karena sefotaksim lolos pada semua kategori evaluasi Gyssens.
Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (Kategori 0)