• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 37 Rekam Medis 35

I. Kasus 35

No. RM : 470708 Dirawat tanggal : 21-30 April 2013 Informasi Pasien

SR, umur 11 bulan, BB 9,3 kg, dengan keluhan panas sejak tanggal 16 april (H-5), panas naik turun, mual, muntah, menceret, makan dan minum sulit, batu, pilek sering kambuh di malam hari. Suhu tubuh 38,6°C, nadi 96x/menit, nafas 24x/menit. Diagnosa awal: obs. FHVI, suspect DF dd DHF, ISK, Demam Tifoid. Diagnosa akhir: Demam Tifoid komplikasi RFA. Keadaan keluar: membaik.

Pemeriksaan Laboratorium

Parameter Tanggal Pemeriksaan (April)

Nilai Normal Satuan

21 22 23 24

Hematologi

Hemoglobin 11,6 L:13-17; P:12-16 gr%

Lekosit 9,1 dws:4-10; ank:9-12 ribu/ul

Eritrosit 4,24 L:4,5-5,5; P:4,0-5,0 juta/ul

Trombosit 155 156 160 180 150-450 ribu/ul

Hematokrit 34,3 38 38 37 L:42-52; P:36-46 % Hitung Jenis Lekosit

Eosinofil 0 2-4 % Basofil 0 0-1 % Batang 0 2-5 % Segmen 35 51-67 % Limfosit 56 20-35 % Monosit 9 4-8 % WIDAL

Typhus-H Negatif Negatif

P. Typhus-A Negatif Negatif

P. Typhus-O Positif 1/160 Negatif

Terapi Antibiotika

Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian

Infuse RL 8 tpm 21, 22, 23, 24, 25, 26 Parasetamol 3x4x1 cth (k/p) 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 Injeksi sefotaksim 3x350 mg 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 Sefiksim 2x25 mg 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 Injeksi ampicillin 4x250 mg 26, 27, 28, 29, 30 Lasal 3x ½ cth 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 infuse KaEN 3B 8 tpm 27, 28, 29, 30

II. Evaluasi Penggunaan Antibiotika menurut Alur Gyssen

Kasus 35

1. Sefotaksim

Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos/Tidak Lolos Per Kategori Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap karena telah mencantumkan hasil diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien.

Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi pemberian antibiotika).

Assessment: adanya indikasi pemberian antibiotika untuk infeksi bakteri Salmonella

typhi.

Kategori IVA Lolos kategori IVA (Tidak ada antibiotika lain yang lebih efektif).

Assessment: pemberian antibiotika ini sudah tepat dan antibiotika ini merupakan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan antibiotika alternatif lain yang sering digunakan untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014). Peresepan antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik.

Kategori IVB Lolos kategori IVB (Tidak ada antibiotika lain yang kurang toksik).

Assessment: antibiotika ini sudah cukup aman digunakan untuk pasien anak dan tidak ditemukan adanya interaksi dengan obat lain yang dapat membahayakan pasien (Lacy

et al, 2009).

Kategori IVC Lolos kategori IVC (Tidak ada antibiotika lain yang lebih murah).

Assessment: antibiotika ini merupakan antibiotika generik dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan brand name dari sefotaksim seperti claforan, clatax, clacef, clafexim, cefarin, cefor, cefovell, efotax dan lapixime (Pramudianto, 2013).

Kategori IVD Lolos kategori IVD (Tidak ada antibiotika lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit).

Assessment: sefotaksim merupakan antibiotika berspektrum luas dan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan antibiotika alternatif lain yang sering digunakan untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014).

Kategori IIIA Lolos kategori IIIA (Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 10 hari. Menurut WHO (2011), lama penggunaan antibiotika ini untuk terapi demam tifoid yaitu selama 10-14 hari, sehingga lama penggunaan antibiotika ini sudah sesuai dengan literatur.

Kategori IIIB Lolos kategori IIIB (Penggunaan antibiotika terlalu singkat).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 10 hari. Menurut WHO (2011), lama penggunaan antibiotika ini untuk terapi demam tifoid yaitu selama 10-14 hari, sehingga lama penggunaan antibiotika ini sudah sesuai dengan literatur.

Kategori IIA Lolos kategori IIA (Penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assessment: dalam kasus ini pasien diberikan 3x350 mg/hari (1050 mg/hari). Berdasarkan literatur dosis sefotaksim 40-80 mg/kg dalam 2-3 dosis (maksimum 1-2 g/hari) (Purwadianto et al., 2014). Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Kategori IIB Lolos kategori IIB (Penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assessment: interval pemberian sudah sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 2-3 kali dalam sehari (Lacy et al, 2009).

Kategori IIC Lolos kategori IIC (Penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assessment: rute pemberian sudah tepat dengan yang dianjurkan yaitu secara intravena (Lacy et al, 2009) dan juga dilihat dari kondisi pasien yang muntah-muntah jadi pemberian secara intravena sudah tepat.

Kategori I Lolos kategori I (Penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assessment: waktu pemberian antibiotikanya sudah tepat karena diberikan berdasarkan hasil kultur kuman yang menjadi penyebab infeksi (Meer and Gyssens, 2001).

Kategori 0 Lolos kategori 0

Assessment: termasuk pemberian antibiotika secara rasional karena sefotaksim lolos pada semua kategori evaluasi Gyssens.

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (Kategori 0)

2. Sefiksim

Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos/Tidak Lolos Per Kategori Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap karena telah mencantumkan hasil diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien.

Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi pemberian antibiotika).

Assessment: adanya indikasi pemberian antibiotika untuk infeksi bakteri Salmonella

typhi.

Kategori IVA Lolos kategori IVA (Tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assessment: pemberian antibiotika ini sudah tepat dan antibiotika ini merupakan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan antibiotika alternatif lain yang sering digunakan untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014). Peresepan antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik.

Kategori IVB Lolos kategori IVB (Tidak ada antibiotika lain yang kurang toksik).

Assessment: antibiotika ini sudah cukup aman digunakan untuk pasien anak dan tidak ditemukan adanya interaksi dengan obat lain yang dapat membahayakan pasien (Lacy

et al, 2009).

Kategori IVC Lolos kategori IVC (Tidak ada antibiotika lain yang lebih murah).

Assessment: antibiotika ini merupakan antibiotika generik dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan brand name dari sefiksim seperti cefilia, opixime, pyxime, maxpro, seprax, sporetik dan starcef (Pramudianto, 2013).

Kategori IVD Lolos kategori IVD (Tidak ada antibiotika lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit).

Assessment: sefiksim merupakan antibiotika berspektrum luas dan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan antibiotika alternatif lain yang sering digunakan untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014).

Kategori IIIA Lolos kategori IIIA (Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 7 hari. Menurut WHO (2011), lama penggunaan antibiotika ini untuk terapi demam tifoid yaitu selama 7-14 hari, sehingga lama penggunaan antibiotika ini sudah sesuai dengan literatur.

Kategori IIIB Lolos kategori IIIB (Penggunaan antibiotika terlalu singkat).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 7 hari. Menurut WHO (2011), lama penggunaan antibiotika ini untuk terapi demam tifoid yaitu selama 7-14 hari, sehingga lama penggunaan antibiotika ini sudah sesuai dengan literatur. Apabila penggunaan antibiotika terlalu singkat dikhawatirkan bakteri belum mati sepenuhnya sehingga masih dapat menginfeksi kembali.

Kategori IIA Lolos kategori IIA (Penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assessment: dalam kasus ini pasien diberikan 2x25 mg/hari (50 mg/hari). Berdasarkan literatur dosis untuk anak-anak 20 mg/kg/hari (maksimum 400 mg/kg/hari), dalam dosis tunggal atau dibagi dalam 2 dosis untuk pemberian secara p.o. (Lacy et al, 2009). Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis yang dianjurkan untuk anak.

Kategori IIB Lolos kategori IIB (Penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assessment: interval pemberian sudah sesuai dengan yang dianjurkan setiap 12 jam dalam sehari. (Lacy et al, 2009).

Kategori IIC Lolos kategori IIC (Penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assessment: rute pemberian sudah tepat dengan yang dianjurkan yaitu secara per oral (Lacy et al, 2009).

Kategori I Lolos kategori I (Penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assessment: waktu pemberian antibiotikanya sudah tepat karena diberikan berdasarkan hasil kultur kuman yang menjadi penyebab infeksi (Meer and Gyssens, 2001).

Kategori 0 Lolos kategori 0

Assessment: termasuk pemberian antibiotika secara rasional karena sefiksim lolos pada semua kategori evaluasi Gyssens.

3. Ampisilin

Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos/Tidak Lolos Per Kategori Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap karena telah mencantumkan hasil diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien.

Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi pemberian antibiotika).

Assessment: adanya indikasi pemberian antibiotika untuk infeksi bakteri Salmonella

typhi.

Kategori IVA Lolos kategori IVA (Tidak ada antibiotika lain yang lebih efektif ).

Assessment: pemberian antibiotika ini sudah tepat dan antibiotika ini merupakan salah satu antibiotika yang direkomendasikan untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan salah satu terapi lini pertama untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014). Peresepan antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik.

Kategori IVB Lolos kategori IVB (Tidak ada antibiotika lain yang kurang toksik).

Assessment: antibiotika ini sudah cukup aman digunakan untuk pasien anak dan tidak ditemukan adanya interaksi dengan obat lain yang dapat membahayakan pasien (Lacy

et al, 2009).

Kategori IVC Lolos kategori IVC (Tidak ada antibiotika lain yang lebih murah).

Assessment: antibiotika ini merupakan antibiotika generik dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan brand name dari ampisilin seperti phapin, sanpicillin, dan vicillin (Pramudianto, 2013).

Kategori IVD Lolos kategori IVD (Tidak ada antibiotika lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit).

Assessment: ampisilin merupakan antibiotika berspektrum luas dan salah satu antibiotika yang direkomendasikan untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan salah satu terapi lini pertama untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et

al, 2014).

Kategori IIIA Lolos kategori IIIA (Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 5 hari. Pemakaian antibiotika ini telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika secara empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari (Permenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos kategori IIIB (Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 5 hari. Pemakaian antibiotika telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika secara empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari kemudian harus dievaluasi berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Diketahui kondisi pasien membaik dan terapi tetap dilanjutkan selama 5 hari (Permenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos kategori IIA (Penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assessment: dalam kasus ini pasien diberikan 4x250 mg/hari (1000 mg/hari). Berdasarkan literatur dosis untuk anak-anak 100-150 mg/kg/hari diberikan setiap 6 jam dengan dosis maksimal 2-4 g/hari (Lacy et al, 2009). Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis yang dianjurkan untuk anak.

Kategori IIB Lolos kategori IIB (Penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assessment: interval pemberian sudah sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 4 kali dalam sehari (Lacy et al, 2009) dan juga dilihat dari kondisi pasien yang muntah- muntah jadi pemberian secara intravena sudah tepat.

Kategori IIC Lolos kategori IIC (Penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assessment: rute pemberian sudah tepat dengan yang dianjurkan yaitu secara intravena (Lacy et al, 2009).

Kategori I Lolos kategori I (Penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assessment: waktu pemberian antibiotikanya sudah tepat karena diberikan berdasarkan hasil kultur kuman yang menjadi penyebab infeksi (Meer and Gyssens, 2001)..

Kategori 0 Lolos kategori 0

Assessment: termasuk pemberian antibiotika secara rasional karena ampisilin lolos pada semua kategori evaluasi Gyssens.