• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 3. Rekam Medis 1

I. Kasus 1

No. RM : 467822 Dirawat tanggal : 9-15 Agustus 2013 Informasi Pasien

MA, laki-laki, umur 1 tahun 4 bulan, BB 10 kg, dengan keluhan panas, batuk pilek sudah 2 mingguan, muntah karena batuk 2 kali, BAB lembek 2 kali, BAK lancar, suhu tubuh 38°C. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan keluar : membaik. Pemeriksaan Laboratorium

Parameter

Tanggal Pemeriksaan (Agustus 2013)

Nilai Normal Satuan

8 9 10 11 12

Hematologi

Hemoglobin 10,7 11,0 L:13-17;P:12-16 gr%

Lekosit 4,8 7,6 dws:4-10;ank:9-12 ribu/ul

Eritrosit 4,61 4,88 L:4,5-5,5;P:4,0-5,0 juta/ul

Trombosit 322 378 264 150-450 ribu/ul

Hematokrit 31,8 33,4 34 L:42-52;P:36-46 %

Hitung Jenis Lekosit

Eosinofil 1 0 2-4 % Basofil 0 0 0-1 % Batang 0 0 2-5 % Segmen 56 53 51-67 % Limfosit 34 32 20-35 % Monosit 8 8 4-8 % Urinalisasi

Warna Kuning Kuning

Kekeruhan Jernih Jernih

Reduksi Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Keton Urin Negatif Negatif

BJ 1,015 1,015-1,025

Darah Samar Negatif Negatif

pH 6,9 4,8-7,4

Protein Negatif Negatif

Urobilinogen 3,2 3,2-16

Nitrit Negatif Negatif

Lekosit Esterase Negatif Negatif

Sedimen Urin

Eritrosit 0-1 0-1

Lekosit 0-1 1-6

Sel Epitel Positif Positif

Kristal

Ca Oksalat Negatif Negatif

Asam Urat Negatif Negatif

Silinder

Eritrosit Negatif Negatif

Leukosit Negatif Negatif

Granular Negatif Negatif

Bakteri Negatif Negatif

Lain-lain - Negatif

Feses Lengkap Makroskopis

Konsistensi Lembek Lunak

Warna Coklat Kuning coklat

Lendir Negatif Negatif

Darah Negatif Negatif

Nanah Negatif Negatif

Larva cacing Negatif Negatif

Mikroskopis (zoom 40x)

Lekosit 2-3 Negatif

Eritrosit 0-2 Negatif

Telor cacing Negatif Negatif

Amoeba Negatif Negatif

Bakteri Positif Negatif

Lain-lain parasit Negatif Negatif

Pencernaan

Amylum Negatif Negatif

Lemak Negatif Negatif

Serat otot Negatif Negatif

Serat tumbuh- tumbuhan Positif Positif Parameter Tanggal Pemeriksaan (12 Agustus 2013) IGM Salmonella Catatan :

Nilai Normal : Positif >=4

Negatif <=2

Terapi Antibiotika

Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian (agusutus)

Sefotaksim 3x350 mg (i.v) 9, 10 Ampisilin 3x350 mg (i.v) 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 Infus RL 8 tpm 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 Lasal 3x1/2 cth 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 Paracetamol 3x1/2 cth 10, 11 Lapifed 3x1/2 cth 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 Cetirizine 3x1/2 cth 9 Trilac 3x2 mg 13, 15

II. Evaluasi Penggunaan Antibiotika menurut Alur Gyssen

Kasus 1

1. Sefotaksim

Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos/Tidak Lolos Per Kategori Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap karena telah mencantumkan hasil diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien.

Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi pemberian antibiotika).

Assessment: adanya indikasi pemberian antibiotika untuk infeksi bakteri Salmonella

typhi.

Kategori IVA Lolos kategori IVA (Tidak ada antibiotika lain yang lebih efektif).

Assessment: pemberian antibiotika ini sudah tepat dan antibiotika ini merupakan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan antibiotika alternatif lain yang sering digunakan untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014). Peresepan antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik.

Kategori IVB Lolos kategori IVB (Tidak ada antibiotika lain yang kurang toksik).

Assessment: antibiotika ini sudah cukup aman digunakan untuk pasien anak dan tidak ditemukan adanya interaksi dengan obat lain yang dapat membahayakan pasien (Lacy

et al, 2009).

Kategori IVC Lolos kategori IVC (Tidak ada antibiotika lain yang lebih murah).

Assessment: antibiotika ini merupakan antibiotika generik dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan brand name dari sefotaksim seperti claforan, clatax, clacef, clafexim, cefarin, cefor, cefovell, efotax dan lapixime (Pramudianto, 2013).

Kategori IVD Lolos kategori IVD (Tidak ada antibiotika lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit).

Assessment: sefotaksim merupakan antibiotika berspektrum luas dan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan antibiotika alternatif lain yang sering digunakan untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014).

Kategori IIIA Lolos kategori IIIA (Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 2 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama karena telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika secara empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari (Permenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos kategori IIIB (Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 2 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat karena telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika secara empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari (Permenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos kategori IIA (Penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assessment: dalam kasus ini pasien diberikan 3x350 mg/hari (1050 mg/hari). Berdasarkan literatur dosis sefotaksim 40-80 mg/kg dalam 2-3 dosis (maksimum 1-2 g/hari) (Purwadianto et al., 2014). Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Kategori IIB Lolos kategori IIB (Penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assessment: interval pemberian sudah sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 2-3 kali dalam sehari (Lacy et al, 2009).

Kategori IIC Lolos kategori IIC (Penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assessment: rute pemberian sudah tepat dengan yang dianjurkan yaitu secara intravena (Lacy et al, 2009) dan juga dilihat dari kondisi pasien yang muntah-muntah jadi pemberian secara intravena sudah tepat.

Kategori I Lolos kategori I (Penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assessment: waktu pemberian antibiotikanya sudah tepat karena diberikan berdasarkan hasil kultur kuman yang menjadi penyebab infeksi (Meer and Gyssens, 2001)

Kategori 0 Lolos kategori 0

Assessment: termasuk pemberian antibiotika secara rasional karena sefotaksim lolos pada semua kategori evaluasi Gyssens.

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (Kategori 0)

2. Ampisilin

Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos/Tidak Lolos Per Kategori Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap karena telah mencantumkan hasil diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien.

Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi pemberian antibiotika).

Assessment: adanya indikasi pemberian antibiotika untuk infeksi bakteri Salmonella

typhi.

Kategori IVA Lolos kategori IVA (Tidak ada antibiotika lain yang lebih efektif ).

Assessment: pemberian antibiotika ini sudah tepat dan antibiotika ini merupakan salah satu antibiotika yang direkomendasikan untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan salah satu terapi lini pertama untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014). Peresepan antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik.

Kategori IVB Lolos kategori IVB (Tidak ada antibiotika lain yang kurang toksik).

Assessment: antibiotika ini sudah cukup aman digunakan untuk pasien anak dan tidak ditemukan adanya interaksi dengan obat lain yang dapat membahayakan pasien (Lacy

et al, 2009).

Kategori IVC Lolos kategori IVC (Tidak ada antibiotika lain yang lebih murah).

Assessment: antibiotika ini merupakan antibiotika generik dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan brand name dari ampisilin seperti phapin, sanpicillin, dan vicillin (Pramudianto, 2013).

Kategori IVD Lolos kategori IVD (Tidak ada antibiotika lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit).

Assessment: ampisilin merupakan antibiotika berspektrum luas dan salah satu antibiotika yang direkomendasikan untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan salah satu terapi lini pertama untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et

al, 2014).

Kategori IIIA Lolos kategori IIIA (Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 7 hari. Penggunaan antibiotika ini tidak terlalu lama karena penggunaan antibiotika ini untuk terapi demam tifoid adalah selama 10 hari (Lacy et al, 2009).

Kategori IIIB Lolos kategori IIIB (Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 7 hari. Penggunaan antibiotika ini untuk terapi demam tifoid adalah selama 10 hari (Lacy et al, 2009). Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat karena ampisilin merupakan antibiotika lanjutan dari sefotaksim selama pasien di rawat inap dan dipertimbangkan penggunaan antibiotika lanjutan yang di bawah pulang oleh pasien pada rawat jalan.

Kategori IIA Lolos kategori IIA (Penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assessment: dalam kasus ini pasien diberikan 3x350 mg/hari (1050 mg/hari). Berdasarkan literatur dosis untuk anak-anak 100-150 mg/kg/hari diberikan setiap 6 jam dengan dosis maksimal 2-4 g/hari (Lacy et al, 2009). Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis yang dianjurkan untuk anak.

Kategori IIB Tidak lolos kategori IIB (Penggunaan antibiotika tidak tepat interval pemberian). Assessment: interval pemberian yang dianjurkan setiap 6 jam dalam sehari (4 kali sehari) (Lacy et al, 2009). Dalam kasus ini interval pemberiannya 3 kali dalam sehari sehingga penggunaan antibiotika tidak tepat interval pemberian karena tidak sesuai dengan yang dianjurkan.

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tidak tepat interval pemberian (Kategori IIB)