• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 27 Rekam Medis 25

I. Kasus 25

No. RM : 518290

Dirawat tanggal : 28 November-5 Desember 2013 Informasi Pasien

AS (P), umur 8 tahun, BB 30 kg, dengan keluhan demam disertai mual dan muntah sejak 4 hari yang lalu, kurang nafsu makan, pusing, batuk, seluruh tubuh merah-merah kecil, seluruh tubuh lemes. Suhu tubuh 37,8°C, nafas 24x/menit, nadi 104x/menit, tensi 130/70. Diagnosa masuk: FH6, Demam Tifoid dengan Urtikaria. Diagnosa akhir: Demam Tifoid dengan Urtikaria.

Pemeriksaan Laboratorium

Parameter Tanggal Pemeriksaan Rujukan Satuan

28 29 2 Hematologi Hemoglobin 12,7 12,0-16,0 g/dl Lekosit 7,80 4,0-10,0 10^3/ul Eritrosit 4,57 4,0-5,0 10^6/ul Trombosit 203 256 150-450 10^3/ul Hematokrit 35,6 32,0 36,0-46,0 vol%

Hitung Jenis Lekosit

Eosinofil 0 2-4 % Basofil 0 0-1 % Batang 0 2-5 % Segmen 72 51-67 % Limfosit 23 20-35 % Monosit 5 4-8 % Urinalisasi

Warna Kuning Kuning

Kekeruhan Jernih Jernih

Reduksi Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Keton Urin 1+ Negatif

BJ <=1.005 1.015-1.025

Darah Samar 2+ Negatif

pH 6,00 5,00-8,50

Protein Trace Negatif

Urobilinogen 0,20 0,20-1,00 Eu/dl

Nitrit Negatif Negatif

Lekosit Esterase Negatif Negatif

Sedimen Urin

Eritrosit 2-6 0-2 /LPK

Lekosit 0-1 0-3 /LPK

Sel Epitel Positif Positif /LPK

Kristal

Ca Oksalat Negatif Negatif /LPK

Asam Urat Negatif Negatif /LPK

Amorf Negatif Negatif /LPK

Silinder

Eritrosit Negatif Negatif /LPK

Leukosit Negatif Negatif /LPK

Granular Negatif Negatif /LPK

Bakteri Negatif Negatif /LPK

Lain-lain - - /LPK

Terapi Antibiotika

Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian

Infuse RL 8 tpm 28, 29, 30, 1, 2, 3, 4, 5

Parasetamol tablet 3x1 ½ tablet prn (k/p) 28, 29, 30 Injeksi sefotaksim 3x1 gr 29, 30, 1, 2, 3, 4, 5 Injeksi ampisilin 4x500 mg 2, 3, 4, 5 Caladin lotion di OT 30, 1, 2, 3, 4 Cetirizine (p.o) 2x5 mg (k/p) 30, 1, 2, 3 Parasetamol 3x ½ 1, 2 Parasetamol 3x1 3, 4, 5 Cetirizine (p.o) 3x2 mg (k/p) 4, 5

II. Evaluasi Penggunaan Antibiotika menurut Alur Gyssen

Kasus 25

1. Sefotaksim

Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos/Tidak Lolos Per Kategori Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap karena telah mencantumkan hasil diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien.

Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi pemberian antibiotika).

Assessment: adanya indikasi pemberian antibiotika untuk infeksi bakteri Salmonella

typhi.

Kategori IVA Lolos kategori IVA (Tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assessment: pemberian antibiotika ini sudah tepat dan antibiotika ini merupakan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan antibiotika alternatif lain yang sering digunakan untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014). Peresepan antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik.

Kategori IVB Lolos kategori IVB (Tidak ada antibiotika lain yang kurang toksik).

Assessment: antibiotika ini sudah cukup aman digunakan untuk pasien anak dan tidak ditemukan adanya interaksi dengan obat lain yang dapat membahayakan pasien (Lacy

et al, 2009).

Kategori IVC Lolos kategori IVC (Tidak ada antibiotika lain yang lebih murah).

Assessment: antibiotika ini merupakan antibiotika generik dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan brand name dari sefotaksim seperti claforan, clatax, clacef, clafexim, cefarin, cefor, cefovell, efotax dan lapixime (Pramudianto, 2013).

Kategori IVD Lolos kategori IVD (Tidak ada antibiotika lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit).

Assessment: sefotaksim merupakan antibiotika berspektrum luas dan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan antibiotika alternatif lain yang sering digunakan untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014).

Kategori IIIA Lolos kategori IIIA (Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 7 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama karena telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika secara empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari (Permenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos kategori IIIB (Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 7 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat karena telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika secara empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari kemudian harus dievaluasi berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Diketahui kondisi pasien membaik dan terapi tetap dilanjutkan selama 7 hari (Permenkes, 2011). Kategori IIA Tidak lolos kategori IIA (Penggunaan antibiotika tidak tepat dosis).

Assessment: dalam kasus ini pasien diberikan 3x1 g/hari (3000 mg/hari). Berdasarkan literatur dosis sefotaksim 40-80 mg/kg dalam 2-3 dosis (maksimum 1-2 g/hari) (Purwadianto et al., 2014). Dosis 3x1 g/hari belum sesuai dengan dosis yang dianjurkan literatur karena overdose/dosisnya berlebih.

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tidak tepat dosis (Kategori IIA)

2. Ampisilin

Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos/Tidak Lolos Per Kategori Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap karena telah mencantumkan hasil diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien.

Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi pemberian antibiotika).

Assessment: adanya indikasi pemberian antibiotika untuk infeksi bakteri Salmonella

typhi.

Kategori IVA Lolos kategori IVA (Tidak ada antibiotika lain yang lebih efektif ).

Assessment: pemberian antibiotika ini sudah tepat dan antibiotika ini merupakan salah satu antibiotika yang direkomendasikan untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan salah satu terapi lini pertama untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014). Peresepan antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik.

Assessment: antibiotika ini sudah cukup aman digunakan untuk pasien anak dan tidak ditemukan adanya interaksi dengan obat lain yang dapat membahayakan pasien (Lacy

et al, 2009).

Kategori IVC Lolos kategori IVC (Tidak ada antibiotika lain yang lebih murah).

Assessment: antibiotika ini merupakan antibiotika generik dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan brand name dari ampisilin seperti phapin, sanpicillin, dan vicillin (Pramudianto, 2013).

Kategori IVD Lolos kategori IVD (Tidak ada antibiotika lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit).

Assessment: ampisilin merupakan antibiotika berspektrum luas dan salah satu antibiotika yang direkomendasikan untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan salah satu terapi lini pertama untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et

al, 2014).

Kategori IIIA Lolos kategori IIIA (Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 4 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama karena telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika secara empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari (Permenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos kategori IIIB (Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 4 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat karena telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika secara empiris dalam jangka waktu pemakaian 2-3 hari kemudian harus dievaluasi berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Diketahui kondisi pasien membaik dan terapi tetap dilanjutkan selama 4 hari (Permenkes, 2011). Kategori IIA Lolos kategori IIA (Penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assessment: dalam kasus ini pasien diberikan 4x500 mg/hari (2000 mg/hari). Berdasarkan literatur dosis untuk anak-anak 100-150 mg/kg/hari diberikan setiap 6 jam dengan dosis maksimal 2-4 g/hari (Lacy et al, 2009). Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis yang dianjurkan untuk anak.

Kategori IIB Lolos kategori IIB (Penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assessment: interval pemberian sudah sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 4 kali dalam sehari (Lacy et al, 2009).

Kategori IIC Lolos kategori IIC (Penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assessment: rute pemberian sudah tepat dengan yang dianjurkan yaitu secara intravena (Lacy et al, 2009) dan juga dilihat dari kondisi pasien yang muntah-muntah jadi pemberian secara intravena sudah tepat.

Kategori I Lolos kategori I (Penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assessment: waktu pemberian antibiotikanya sudah tepat karena diberikan berdasarkan hasil kultur kuman yang menjadi penyebab infeksi (Meer and Gyssens, 2001).

Kategori 0 Lolos kategori 0

Assessment: termasuk pemberian antibiotika secara rasional karena ampisilin lolos pada semua kategori evaluasi Gyssens.

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (Kategori 0)