BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Lampiran 15 Rekam Medis 13
I. Kasus 13
No. RM : 402073 Dirawat tanggal : 14-21 Januari 2013 Informasi Pasien
HB, umur 6 tahun, BB 22 kg, dengan keluhan demam sejak 7 hari yang lalu, biasa tiggi pada malam hari setelah magrib, batuk, pilek, muntah. Suhu tubuh 35,2°C, nafas 36x/menit, nadi 88x. Diagnosis akhir : Demam Tifoid
Pemeriksaan Laboratorium
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal Satuan 14
Hematologi
Hemoglobin 10,8 L:13-17; P:12-16 gr%
Lekosit 7,5 dws:4-10; ank:9-12 ribu/ul
Eritrosit 3,93 L:4,5-5,5; P:4,0-5,0 juta/ul
Trombosit 287 150-450 ribu/ul
Hematokrit 31,6 L:42-52; P:36-46 %
Hitung Jenis Lekosit
Eosinofil 2 2-4 % Basofil 1 0-1 % Batang 4 2-5 % Segmen 44 51-67 % Limfosit 45 20-35 % Monosit 4 4-8 % Urinalisasi
Warna Kuning Kuning
Kekeruhan Jernih Jernih
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Urin Negatif Negatif
BJ 1,010 1,015-1,025
Darah Samar Negatif Negatif
pH 6,0 4,8-7,4
Protein Trace Negatif
Urobilinogen 1,0 0,20-1,00 Eu/dl
Nitrit Negatif Negatif
Lekosit Esterase Negatif Negatif
Sedimen Urin
Eritrosit 0-1 0-1 /LPK
Lekosit 0-1 1-6 /LPK
Sel Epitel Positif Positif /LPK
Kristal
Ca Oksalat Negatif Negatif /LPK
Asam Urat Negatif Negatif /LPK
Amorf Negatif Negatif /LPK
Silinder
Eritrosit Negatif Negatif /LPK
Leukosit Negatif Negatif /LPK
Granular Negatif Negatif /LPK
Bakteri Negatif Negatif /LPK
Lain-lain - - /LPK
Terapi Antibiotika
Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Infuse KaEN 3B 8 tpm 14, 15, 16, 17
Paracetamol 3-4x 2 cth 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21 Sefiksim (p.o) 2x100 mg 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21 amoxicillin (p.o) 3x250 mg 18, 19, 20, 21
II. Evaluasi Penggunaan Antibiotika menurut Alur Gyssen
Kasus 13
1. Sefiksim
Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos/Tidak Lolos Per Kategori Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).
Assessment: data rekam medis lengkap karena telah mencantumkan hasil diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien.
Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi pemberian antibiotika).
Assessment: adanya indikasi pemberian antibiotika untuk infeksi bakteri Salmonella
typhi.
Kategori IVA Lolos kategori IVA (Tidak ada antibiotika yang lebih efektif).
Assessment: pemberian antibiotika ini sudah tepat dan antibiotika ini merupakan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan antibiotika alternatif lain yang sering digunakan untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014). Peresepan antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik.
Kategori IVB Lolos kategori IVB (Tidak ada antibiotika lain yang kurang toksik).
Assessment: antibiotika ini sudah cukup aman digunakan untuk pasien anak dan tidak ditemukan adanya interaksi dengan obat lain yang dapat membahayakan pasien (Lacy
et al, 2009).
Kategori IVC Lolos kategori IVC (Tidak ada antibiotika lain yang lebih murah).
Assessment: antibiotika ini merupakan antibiotika generik dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan brand name dari sefiksim seperti cefilia, opixime, pyxime, maxpro, seprax, sporetik dan starcef (Pramudianto, 2013).
Kategori IVD Lolos kategori IVD (Tidak ada antibiotika lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit).
Assessment: sefiksim merupakan antibiotika berspektrum luas dan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan antibiotika alternatif lain yang sering digunakan untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014).
Kategori IIIA Lolos kategori IIIA (Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).
Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 8 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama karena telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika menurut WHO (2011) yaitu selama 7-14 hari.
Kategori IIIB Lolos kategori IIIB (Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).
Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 8 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat karena telah sesuai dengan anjuran penggunaan antibiotika menurut WHO (2011) yaitu selama 7-14 hari.
Kategori IIA Lolos kategori IIA (Penggunaan antibiotika tepat dosis).
Assessment: dalam kasus ini pasien diberikan 2x100 mg/hari (200 mg/hari). Berdasarkan literatur dosis untuk anak-anak adalah 20 mg/kg/hari (maksimum 400 mg/kg/hari) dalam dosis tunggal atau dibagi dalam 2 dosis untuk pemberian secara p.o. (Lacy et al, 2009). Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis yang dianjurankan untuk anak.
Kategori IIB Lolos kategori IIB (Penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).
Assessment: interval pemberian sudah sesuai dengan yang dianjurkan setiap 12 jam dalam sehari (2 kali dalam sehari). (Lacy et al, 2009).
Kategori IIC Lolos kategori IIC (Penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).
Assessment: rute pemberian sudah tepat dengan yang dianjurkan yaitu secara per oral (Lacy et al, 2009).
Kategori I Lolos kategori I (Penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).
Assessment: waktu pemberian antibiotikanya sudah tepat karena diberikan berdasarkan hasil kultur kuman yang menjadi penyebab infeksi (Meer and Gyssens, 2001).
Kategori 0 Lolos kategori 0
Assessment: termasuk pemberian antibiotika secara rasional karena sefiksim lolos pada semua kategori evaluasi Gyssens.
2. Amoksisilin
Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos/Tidak Lolos Per Kategori Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).
Assessment: data rekam medis lengkap karena telah mencantumkan hasil diagnosis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pasien.
Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi pemberian antibiotika).
Assessment: adanya indikasi pemberian antibiotika untuk infeksi bakteri Salmonella
typhi.
Kategori IVA Lolos kategori IVA (Tidak ada antibiotika lain yang lebih efektif ).
Assessment: pemberian antibiotika ini sudah tepat dan antibiotika ini merupakan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan salah satu terapi lini pertama untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014). Peresepan antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik.
Kategori IVB Lolos kategori IVB (Tidak ada antibiotika lain yang kurang toksik).
Assessment: antibiotika ini sudah cukup aman digunakan untuk pasien anak dan tidak ditemukan adanya interaksi dengan obat lain yang dapat membahayakan pasien (Lacy
et al, 2009).
Kategori IVC Lolos kategori IVC (Tidak ada antibiotika lain yang lebih murah).
Assessment: antibiotika ini merupakan antibiotika generik dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan brand name dari amoksisilin seperti amoxil, amoxsan, bintamox, bioxyllin, hufanoxil, penmox, ospamox, omemox dan solpenox (Pramudianto, 2013).
Kategori IVD Lolos kategori IVD (Tidak ada antibiotika lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit).
Assessment: amoksisilin merupakan antibiotika berspektrum luas dan salah satu antibiotika yang direkomendasikan WHO (2011) untuk penatalaksanaan demam tifoid. Antibiotika ini merupakan salah satu terapi lini pertama untuk terapi demam tifoid (Purwadianto et al, 2014).
Kategori IIIA Lolos kategori IIIA (Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).
Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 4 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama karena lama penggunaan antibiotika ini menurut WHO (2011) untuk terapi demam tifoid yaitu selama 14 hari.
Kategori IIIB Lolos kategori IIIB (Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).
Assessment: selama perawatan, pasien anak telah menggunakan antibiotika selama 4 hari. Penggunaan antibiotika ini menurut WHO (2011) untuk terapi demam tifoid yaitu selama 14 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat karena amoksisilin merupakan antibiotika lanjutan dari penggunaan antibiotika sefiksim selama pasien di rawat inap dan dipertimbangkan penggunaan antibiotika lanjutan yang di bawah pulang oleh pasien pada rawat jalan.
Kategori IIA Lolos kategori IIA (Penggunaan antibiotika tepat dosis).
Assessment: dalam kasus ini pasien diberikan 3x250 mg/hari (750 mg/hari). Berdasarkan literatur dosis untuk anak-anak adalah 50-100 mg/kg/hari diberikan setiap 6 jam dengan dosis maksimal 2-4 g/hari (Lacy et al, 2009). Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis yang dianjurkan untuk anak.
Kategori IIB Tidak lolos kategori IIB (Penggunaan antibiotika tidak tepat interval pemberian). Assessment: interval pemberian yang dianjurkan setiap 6 jam dalam sehari (4 kali sehari) (Lacy et al, 2009). Dalam kasus ini interval pemberiannya 3 kali dalam sehari sehingga penggunaan antibiotika tidak tepat interval pemberian karena tidak sesuai dengan yang dianjurkan.