• Tidak ada hasil yang ditemukan

berusia 2 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Dari informasi yang diberikan oleh orang tua, anak MT dapat menggerakan kepala dengan mandiri seperti menggelengkan kepala secara perlahan ke kiri atau ke kanan, serta dapat menegakkan dan menundukkan kepala ketika ia berusia 1 bulan.

Anak MT duduk tanpa dukungan ketika berusia 6 bulan. Hal ini dibuktikan dengan anak mampu duduk tanpa dipegang ataupun tanpa bersandar pada bantal. Ibu SS mengatakan bahwa pada usia 6 bulan ketika anak MT bermain dengan kakaknya, ia lebih memilih untuk duduk sambil memainkan alat permainannya dibandingkan dengan bermain sambil tiduran. Jika anak MT diajak bermain sambil tiduran maka anak MT akan menangis dan akan diam apabila ia sudah dalam posisi duduk seperti kakaknya. Selain itu, informasi lain yang diberikan orang tua yaitu anak

181 MT dapat berjalan secara mandiri pada usia 1 tahun. Ia berjalan sendiri tanpa ada bantuan dari orang tua ataupun berpegang pada kursi dan meja untuk berjalan.

Anak MT mengeluarkan kata-kata pertama seperti memanggil “ma-ma” dan “ba-pa” pada usia 1 tahun 2 bulan. Orang tua mengatakan bahwa anak MT dapat berbicara karena rangsangan yang diberikan oleh kakaknya. Anak MT selalu menirukan bunyi kata yang diajarkan oleh kakaknya. Dalam hal berinteraksi, saat ini anak MT sudah mampu melakukan interaksi dengan teman sebayanya. Interaksi yang dilakukan oleh anak MT seperti memanggil nama temannya, merespon ucapan dari teman sepermainan untuk mengambilkan alat permainan maupun meminta temannya untuk mengambilkan alat permainan. Pada saat peneliti melakukan pengamatan ketika anak MT sedang bermain, terjadi interaksi antara anak MT dengan teman-temannya. Anak MT menggunakan bahasa sehari-hari dengan suara yang jelas dan dapat dimengerti oleh teman-temannya, seperti ketika dia berbicara dengan temannya yang bernama E, anak MT mengatakan “E, tolong ambil kasih kita bola dolo!” anak MT berbicara sambil menujukan letak bola kepada temannya E.

182 Selain mampu berinteraksi dengan teman sebayanya, anak MT mampu berinteraksi dengan orang dewasa yang sudah akrab dengannya. Interaksi yang dilakukan seperti mendengarkan perintah atau pernyataan yang diberikan oleh ibu atau kakaknya, mengikuti perintah orang tua, menjawab pertanyaan yang diberikan ataupun meminta bantuan untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu, anak MT akan bertanya apabila dia tidak mengerti tentang perkataan yang diucapkan oleh ibu dan kakaknya. Pada saat peneliti melakukan interaksi dengan anak MT, awalnya dia hanya diam dan terkesan malu-malu. Namun ketika peneliti memanggil namanya kemudian berjabatan tangan dengan anak MT, dia merespon dengan baik yaitu tersenyum dan langsung berjabat tangan dengan peneliti. Ibu SS mengatakan bahwa, anak MT merasa malu ketika bertemu dengan orang yang baru ia kenal namun apabila sudah berkenalan maka anak MT akan berkomunikasi dengan orang tersebut. Untuk lebih mengakrabkan diri dengan anak MT, peneliti harus datang ke rumahnya dengan membawakan alat permainan yaitu bola kaki barulah anak MT mau berbicara dengan peneliti.

Ketika peneliti melakukan pengamatan tentang aktivitas bermain, anak MT dan teman-temannya sedang

183 bermain sepak bola. Pada saat itu anak MT sedang bermain bersama teman-temannya yang bernama E, A dan W. Mereka berempat adalah teman sebaya yang setiap harinya selalu menghabiskan waktu bersama untuk bermain. Pada saat bermain sepak bola, anak MT dan teman-temannya melakukan gerakan seperti menendang bola ke depan, berlari, melompat dan melempar bola ke atas. Mereka berempat tidak membagi diri ke dalam tim namun mereka merebut bola tersebut kemudian menendangnnya ke arah gawang. Pada saat bermain, terjadi interaksi antara Anak MT dengan teman-temanya seperti memanggil nama teman, meminta bantuan ataupun menolong teman yang meminta bantuan.

Saat ini anak MT berada di kategori bermain secara berkelompok. Anak MT mengatakan bahwa dia sering bermain bersama E, A dan W. Kegiatan bermain yang mereka lakukan yaitu bermain bola dan mobil-mobilan. Ibu SS mengatakan bahwa mereka berempat merupakan anak- anak seumuran yang sering mengabiskan waktu bersama untuk bermain karena mereka belum bersekolah.

184 5. Status Gizi dan Status Kesehatan Anak MT

Dalam menilai status gizi, peneliti menggunakan pengukuran Antropometri yakni umur, berat badan, dan tinggi badan untuk menentukan status gizi anak. Hasil penimbangan ditemukan berat badan 11,2 kg dan tinggi badan 80 cm. Peneliti kemudian menentukan status gizi menggunakan standar WHO 2005.

Tabel 4.13 Status Gizi Anak MT Berdasarkan Standar WHO 2005

Indeks Z-Score Kategori Status

Gizi BB/U - 2 SD s/d 2 SD Gizi baik

TB/U < - 3SD Sangat pendek

BB/TB - 2 SD s/d 2 SD Normal

Tebel 4.13 menunjukkan status gizi anak MT berdasarkan indeks BB/U dengan Z-Score - 2 SD s/d 2 SD berada pada kategori status gizi baik. Sementara itu, untuk indeks TB/U menunjukkan bahwa anak MT berada dalam kategori sangat pendek dengan Z-Score <- 3 SD sedangkan untuk indeks BB/TB dengan Z-Score -2 SD s/d 2 SD sehingga anak MT berada dalam kategori berat badan normal.

Sementara itu, jumlah angka kecukupan gizi yang dikonsumsi oleh anak MT yaitu 1.166 Kkal dengan tingkat

185 kecukupan gizi energi sebesar 93% sedangkan untuk angka kecukupan gizi protein yaitu 21 mg dengan tingkat kecukupan gizi protein sebesar 93%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecukupan gizi energi dan protein dari anak MT berada dalam rentang tingkat konsumsi kurang.

Status kesehatan anak MT dilihat dari jenis keluhan sakit, upaya pencarian layanan kesehatan, imunisasi dan perilaku kebersihan.

Untuk jenis keluhan sakit, ibu SS mengatakan bahwa anak MT jarang menderita sakit. Terakhir kali anak MT terkena sakit yaitu pada tanggal 14 September 2012. Pada saat itu anak MT menderita batuk dan pilek. Menurut ibu SS, anak MT terkena sakit karena perubahan cuaca yang tidak menentu. Tindakan yang pertama kali dilakukan apabila anak MT sakit yaitu memanfaatkan layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang dimaksudkan adalah mengunjungi ibu bidan ataupun posyandu untuk mengambil obat sesuai dengan jenis penyakit yang diderita.

Ibu SS mengatakan bahwa anak MT telah mendapatkan 5 imunisasi dasar yaitu Hepatitis-B, BCG, DPT, Polio dan Campak dari Posyandu di wilayah setempat.

Dalam hal menjaga kebersihan, ibu SS mengatakan bahwa anak MT hanya mandi satu kali saja yaitu pada pagi

186 atau sore hari. Apabila anak MT dimandikan pada pagi hari maka pada sore harinya anak MT hanya dilap dengan menggunakan handuk basah pada bagian kaki, wajah dan tangannya. Sebaliknya apabila anak MT mandi pada sore hari, keesokan harinya anak MT hanya dibersihkan dengan mencuci muka, tangan dan kakinya. Ibu SS mengutarakan bahwa karena anak MT menolak, ia jarang memotong kuku dan menyikat kuku anak MT. Hal ini mengakibatkan kuku, jari kaki dan tangannya kelihatan kotor. Selain itu, untuk perilaku mencuci tangan, ibu SS mengatakan bahwa anak MT jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah makan ataupun setelah bermain di luar rumah.