• Tidak ada hasil yang ditemukan

tahun dan berjenis kelamin perempuan.

Menurut informasi yang diberikan oleh ibu YA ketika peneliti melakukan pengkajian, anak MA dapat menggerakan kepala dengan mandiri, menggelengkan kepala secara perlahan ke kiri atau ke kanan, serta dapat menundukkan ataupun menegakkan kepala pada usia 3 bulan. Kemudian pada usia 8 bulan, anak MA dapat duduk sendiri tanpa bersandar pada bantal ataupun dipegang oleh orang tuanya. Ibu YA mengatakan bahwa pada usia tersebut, anak sudah mampu untuk duduk dengan posisi badan yang tegap dan posisi kepala yang tegak. Selain itu, anak MA sudah mampu untuk berjalan secara mandiri pada usia 11 bulan. Orang tua mengatakan bahwa pada usia 11 bulan tersebut, anak yang awalnya berjalan dengan

150 berpegang pada meja atau kursi tidak lagi memegang suatu benda untuk berjalan.

Pada perkembangan bahasa, orang tua mengatakan bahwa, anak mengalami keterlambatan berbicara. Anak mengeluarkan kata pertamanya yaitu menirukan bunyi “ma- ma” yang diajarkan oleh ibunya pada usia 1,5 tahun. Orang tua sendiri tidak mengetahui penyebab pasti mengapa anak mengalami keterlambatan bicara tersebut.

Interaksi yang dilakukan oleh anak MA dengan teman sepermainannya yaitu memanggil nama, mengajak bermain ataupun meminta bantuan kepada teman- temannya. Ketika berbicara dengan teman-temannya, anak MA menggunakan bahasa sehari-hari yang jelas dan mudah dimengerti oleh teman-temannya. Pada saat peneliti melakukan pengamatan, anak MA sedang mengajak temannya yang bernama A untuk bermain boneka. Anak MA mengatakan bahwa “A, hari ini katong dua main boneka- boneka e....” A pun menjawab “ Ia, ma nanti beta pinjam lu pung boneka yang besar itu e, supaya beta yang pakai” Kemudian anak MA menjawab “Ia, pake sa karna beta ju ada boneka baru lai”. anak MA berbicara sambil menunjukkan boneka barunya kepada A.

151 Setiap harinya anak MA berinteraksi dengan orang dewasa yaitu ayah, ibu, tante, dan neneknya. Ketika berkomunikasi, dia menggunakan bahasa sehari-hari yang jelas dan mudah dimengerti oleh lawan bicaranya. Interaksi yang dilakukan dengan orang dewasa meliputi, mendengarkan perkataan orang tua, merespon setiap pertanyaan atau pernyataan yang diberikan oleh orang tua dan meminta bantuan kepada tantenya untuk memenuhi kebutuhannya.

Anak MA mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang yang baru ia kenal. Hal ini dibuktikan dengan anak MA hanya diam dan menjauhi peneliti ketika peneliti hendak berkenalan dengan Anak MA. Untuk mendekati anak MA, peneliti harus mengunjungi rumahnya sekitar 3 kali untuk menyapa namanya, mengajak bermain ataupun membawakan alat permainan baru sampai anak MA merasa akrab dengan peneliti. Keakraban yang terjadi, memudahkan peneliti dalam melakukan pemeriksaan DDST kepada anak MA. Orang tua memberikan informasi kepada peneliti bahwa anak MA sulit berkenalan dengan orang baru karena orang tua tidak memberikan kesempatan kepada anak MA untuk bersosialisasi dengan tetangga sehingga

152 anak MA hanya akrab dengan orang-orang yang sudah ia kenal.

Pada saat peneliti melakukan pengamatan tentang aktivitas bermain, saat itu anak MA sedang bermain mobil- mobilan bersama adiknya T. Walaupun anak MA seorang perempuan, namun anak MA dapat menggunakan mobil- mobilan untuk bermain. Ia menggerakan mobil tersebut dengan cara menarik seutas tali yang dikaitkan pada mobil- mobilan tersebut. Anak MA menggunakan bak yang ada pada mobil tersebut untuk menaruh boneka. Anak MA mengatakan bahwa ia menaruh boneka di atas mobil- mobilan untuk mengajak bonekanya jalan-jalan di dalam rumahnya.

Anak MA bermain secara berkelompok dengan teman-temannya. Orang tua mengatakan bahwa anak MA memiliki teman bermain yang bernama A dan A. Mereka sering bermain bersama namun karena teman bermainnya sudah bersekolah sehingga aktivitas bermain mereka dibatasi oleh waktu karena teman-temannya harus belajar. Orang tua juga mengatakan bahwa anak MA dan teman- temannya bermain ± 1 jam saja karena suhu udara yang panas sehingga tidak memungkinkan anak-anak bermain dalam waktu yang lama.

153 5. Status Gizi dan Status Kesehatan Anak MA

Hasil penimbangan ditemukan berat badan 12,5 kg dan tinggi badan 58,5 cm. Peneliti kemudian menentukan status gizi menggunakan standar pengukuran status gizi WHO 2005.

Tabel 4.10 Status Gizi Anak MA Berdasarkan Standar WHO 2005

Indeks Z-Score Kategori Status

Gizi BB/U - 2 SD s/d 2 SD Gizi baik TB/U - 2 SD s/d 2 SD Normal BB/TB - 2 SD s/d 2 SD Normal

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa anak MA berada pada kategori gizi baik menurut indek BB/U dengan Z-Score - 2 SD s/d 2 SD. Sementara itu, untuk indeks TB/U menunjukkan bahwa anak MA berada pada status tinggi badan normal dengan Z-Score - 2 SD s/d 2 SD sedangkan untuk indeks BB/TB menunjukkan bahwa anak MA berada pada status berat badan normal dengan Z-Score - 2 SD s/d 2 SD.

Sementara itu, jumlah angka kecukupan gizi energi yang dikonsumsi oleh anak MA yakni 1208 Kkal dengan tingkat kecukupan gizi energi sebesar 96% sedangkan untuk angka kecukupan gizi protein yaitu 22 mg dengan

154 tingkat kecukupan protein sebesar 96%. Hal ini menunjukkan tingkat konsumsi energi maupun protein dari anak MA berada dalam rentang tingkat konsumsi kurang.

Status kesehatan anak MA dilihat dari jenis keluhan sakit, upaya pencarian layanan kesehatan, imunisasi dan perilaku kebersihan. Untuk jenis keluhan sakit, ibu YA mengatakan bahwa anak MA jarang menderita sakit. Terakhir kali anak MA terkena sakit yaitu tanggal 2 September 2012. Pada saat itu anak MA menderita pilek. Frekuensi kejadian sakit yang ia alami yaitu sekitar 1-2 bulan sekali. Hal ini diakibatkan karena suhu udara yang dingin.

Tindakan yang pertama kali dilakukan apabila anak MA sakit yaitu memanfaatkan layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang dimaksudkan adalah mengunjungi Puskesmas Kota SoE untuk memeriksakan diri dan mengambil obat sesuai dengan jenis penyakit yang diderita.

Ketika ditanyakan tentang kelengkapan imunisasi yang diterima oleh anak MA, ibu YA menuturkan anaknya telah mendapatkan 5 imunisasi dasar yaitu Hepatitis-B, BCG, DPT, Polio dan Campak dari Posyandu di wilayah setempat.

155 Dalam hal menjaga kebersihan, ibu YA mengatakan bahwa anak MA hanya mandi satu kali saja yaitu pada pagi atau sore hari. Apabila anak MA dimandikan pada pagi hari maka pada sore harinya anak MA hanya dilap dengan menggunakan handuk basah yang hangat. Sebaliknya apabila anak MA mandi pada sore hari, keesokan harinya anak MA hanya dibersihkan dengan mencuci muka, tangan dan kakinya. Ibu YA mengatakan bahwa karena anak MA menolak, ia jarang memotong kuku ataupun menyikat kuku anak MA. Hal ini mengakibatkan kuku, jari kaki dan tangannya tampak kotor.