AKUNTABILITAS KINERJA
RPJMN 2019 CAPAIAN
Persentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum unit 76 70,31 tidak tercapai 100 70,31 Persentase penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan unit 2 0,82 tidak tercapai 0 90,82* Persentase peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi unit 64 63,00 tidak tercapai 100 63,00
Kinerja 2015 Target
2019
Capaian Terhadap Perencanan Jangka Menengah 2019 (%)
Meningkatnya Kualitas dan Cakupan Pelayanan Infrastruktur Permukiman
IV-54
Tabel IV.48. Perbandingan Kinerja dengan Renstra Subbidang Perumahan
Capaian terhadap perencanaan nasional (RPJMN) untuk subbidang perumahan sama dengan capaian kinerja terhadap Renstra Kementerian PUPR yang telah diuraikan di atas.
Tabel IV.49. Perbandingan Kinerja dengan RPJMN Subbidang Perumahan
4.3
Analisis Kinerja Organisasi
Peran infrastruktur sangat penting dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, dan kesehatan. Selain itu infrastruktur juga memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan daya saing global.
Kementerian PUPR yang menangani infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat, sebagai bagian dari bidang infrastruktur, berkewajiban untuk mendukung hal tersebut melalui pelaksanaan pembangunan yang terpadu, efektif dan efisien dengan memperhatikan pengarusutamaan pembangunan yang berkelanjutan, gender serta berlandaskan tata kelola pemerintahan yang baik dalam proses pencapaian tujuan pembangunan nasional.
Kementerian PUPR menjalankan tugas dan fungsinya untuk mensukseskan Program Nawacita Presiden RI melalui upaya dukungan dalam mewujudkan ketahanan air, kedaulatan pangan, kedaulatan energi, penguatan konektivitas nasional, perwujudan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, pengusahaan penyediaan perumahan dan pembiayaan perumahan, pengembangan wilayah, industri konstruksi yang kompetitif, sinergi pusat dan daerah, serta pengelolaan sumber daya yang efektif, efisien, dan akuntabel.
Pembangunan Rumah Susun untuk MBR yang dilengkapi
dengan PSU pendukungnya unit 550.000 10.497 1,91
Pembangunan Rumah Khusus di daerah pasca bencana/komflik, maritim/nelayan dan perbatasan negara yang dilengkapi PSU pendukung
unit 50.000 6.713 13,43
Fasilitasi bantuan stimulan pembangunan baru rumah
swadaya unit 250.000 20.756 8,30
Fasilitasi bantuan stimulan peningkatan kualitas rumah swa unit 1.500.000 61.489 4,10
CAPAIAN 2015 Capaian RPJMN
2019 (%)
Meningkatnya penyediaan dan pembiayaan perumahan
Sasaran Strategis Outcome satuan Target RPJMN
2019
Pembangunan Rumah Susun untuk MBR yang dilengkapi dengan PSU
pendukungnya unit 20.500 10.497 tidak tercapai 550.000 1,91
Pembangunan Rumah Khusus di daerah pasca bencana/komflik, maritim/nelayan dan perbatasan negara yang dilengkapi PSU pendukung
unit 7.320 6.713 tidak tercapai 50.000 13,43
Fasilitasi bantuan stimulan pembangunan baru rumah swadaya unit 20.000 20.756 tercapai 250.000 8,30 Fasilitasi bantuan stimulan peningkatan kualitas rumah swadaya unit 50.000 61.489 tercapai 1.500.000 4,10
Target 2019
Capaian Terhadap Perencanan Jangka Menengah 2019 (%)
Kinerja 2015
Meningkatnya penyediaan dan pembiayaan perumahan
IV-55
Berdasarkan World Development Indicators yang diterbitkan oleh World Bank tahun 2015, kualitas infrastruktur di Indonesia memiliki nilai yang semakin meningkat yaitu dari nilai 2,54 pada tahun 2010 dan tahun 2012, kemudian meningkat menjadi 2,92 pada tahun 2014. Kualitas infrastruktur dinilai berdasarkan aspek transportasi (darat, laut, dan udara), air baku, air minum, telekomunikasi, dan energi listrik. Dalam hal ini, Kementerian PUPR memberikan dukungan terhadap pembangunan transportasi khususnya jalan dan jembatan, penyediaan air baku, serta penyediaan air minum.
Dukungan kinerja Kementerian PUPR dalam hal pembangunan infrastruktur khususnya sub bidang jalan salah satunya dapat dilihat dari semakin meningkatnya Logistic
Performance Index, yaitu peringkat
ke-75 dengan nilai 2,76 pada tahun 2010, peringkat ke-59 dengan nilai 2,94 pada tahun 2012, dan menjadi peringkat ke-53 dengan nilai 3,08 pada tahun 2014. Indeks tersebut diukur oleh World Bank setiap dua tahun sekali dengan melibatkan 160 negara sebagai objek survei. Indeks tersebut diukur menggunakan 6 (enam) indikator yaitu: 1) Efisiensi proses bea cukai; 2) Kualitas infrastruktur jalan; 3) Kemudahan bongkar muat; 4) Kualitas pelayanan logistik; 5) Kemampuan melacak dan mengetahui status pengiriman barang; dan 6) Ketepatan waktu pengiriman.
Selain itu, berdasarkan data Global Competitiveness Index, kualitas jalan di Indonesia memiliki tren yang positif yaitu meningkat menjadi 3,9 (sebelumnya 3,7) dengan rangking menjadi 72 (sebelumnya peringkat ke-78)
Dari hasil World Development Indicators, tahun 2013 penggunaan air baku per tahun untuk kebutuhan pertanian adalah sebesar 82%, untuk rumah tangga sebesar 12%, dan industri 7%. Tingginya penggunaan air baku tersebut menjadi tuntutan bagi Kementerian PUPR untuk semakin meningkatnya supply air baku, salah satunya melalui pembangunan 65 waduk selama kurun waktu 2015-2019.
Selain itu, cakupan pelayanan akses air minum berdasarkan World Development Indicators juga semakin meningkat, yaitu dari 77% pada tahun 2011 menjadi 80% di tahun 2015 untuk masyarakat perdesaan. Sementara untuk masyarakat perkotaan akses air minum sebesar 93% pada tahun 2011 menjadi 94% pada tahun 2015. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur sub bidang cipta karya (air minum) terus mengalami peningkatan dan ditargetkan pada tahun 2019 seluruh masyarakat mendapatkan akses air minum (100%).
2,6 2,7 2,8 2,9 3 3,1 Tahun 2010 Tahun 2012 Tahun 2014 LPI score 2,76 2,94 3,08 S co re
Gambar 4.3. Logistics Performance Index
IV-56 Sumber: World Bank, 2015
Gambar 4.4. Cakupan Pelayanan Akses Air Minum Tahun 2011-2015
Cakupan pelayanan akses sanitasi juga mengalami peningkatan yang cukup baik, yaitu secara keseluruhan meningkat dari 58% pada tahun 2011 menjadi 61% pada tahun 2015. Khusus untuk masyarakat perkotaan, akses sanitasi sudah cukup baik yaitu 71% pada tahun 2011 dan hanya sedikit meningkat menjadi 72% pada tahun 2015. Hal tersebut menunjukkan bahwa tugas Kementerian PUPR untuk mencapai target akses sanitasi 100% pada tahun 2019 masih membutuhkan upaya yang serius.
Capaian detail per subbidang sumber daya air, subbidang jalan dan jembatan, sub bidang cipta karya, serta subbidang perumahan adalah sebagai berikut.
4.3.1 Subbidang Sumber Daya Air
Pembangunan output-output utama yang mendukung capaian sasaran strategis tercapai seluruhnya dibandingkan target yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja ataupun target Renstra Kementerian PUPR tahun 2015-2019. Output-output utama tersebut meliputi pembangunan daerah irigasi, revitalisasi daerah irigasi, dan pembangunan bendungan. Berikut adalah rincian pembangunan output-output utama tersebut:
1) Revitalisasi Daerah Irigasi Sei Ular
Daerah Irigasi Sei Ular berlokasi di Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Begadai, Sumatera Utara dengan luas 18.500 Ha dan mempunyai 8 buah Free Intake. Pada awal pembangunannya seluruh
Free Intake dan jaringan irigasi telah berfungsi dengan baik, namun akibat penurunan dasar
sungai (degradasi) menyebabkan air tidak dapat masuk saluran secara optimal sehingga diperlukan revitalisasi.
Revitalisasi Daerah Irigasi Sei Ular bertujuan untuk menjamin ketersediaan air dan tata irigasi bagi lahan pertanian dengan cara mengembalikan fungsi jaringan irigasi secara optimal dengan membangun sebuah bendung permanen dan saluran-saluran penghubung untuk menggantikan fungsi dari delapan Free Intake tersebut.
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Perdesaan 77 77 78 79 80 Perkotaan 93 94 94 94 94 0 20 40 60 80 100 P e rs e n