• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Perkembangan Proses Antar Pribadi (Interpersonal) Sejarah perkembangan Proses interpersonal , dalam catatan

Dalam dokumen An Nahdhah Vol 10 Edisi Januari Juni 2016 (Halaman 189-198)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM PROSES KONSELING

C. Proses Antar Pribadi (Interpersonal)

1. Sejarah Perkembangan Proses Antar Pribadi (Interpersonal) Sejarah perkembangan Proses interpersonal , dalam catatan

sejarah yang jauh lebih luas mengenai Proses para ilmuan telah menempatkan studi mengenai Proses interpersonal dan sebagai fokus studi ke dalam speech communications. Studi Proses antar pribadi mulai berkembang secara besar-besaran di Amerika Serikat sejak tahun 1960-an.

Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui banyaknya karya yang telah dirintis di bidang Proses interpersonal sebelum priode tersebut yaitu, di awal tahun 1900-an Georg Simmel telah melakukan observasi secara cermat mengenai Proses interpersonal. Tahun 1920-an dan 1930-an banyak bibit intelektual bagi studi Proses antar pribadi telah disemai. Selama tahun 1920-an dan 1930-an Elton Mayo dan para koleganya di Harvard Buseness School menemukan kekuatan potensial mengenai interaksi sosial dan hubungan- hubungan sosial di tempat kerja.Perkembangan dibidang Proses

interpersonal berkembang pesat sampai sekarang.4

Setelah memahami sejarah Proses interpersonal, lebih lanjut membahas pengertian dari Proses interpersonal atau Proses antar pribadi. Proses interpersonal adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia.

Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem menjelaskan tentang teori Proses antar pribadi (interpersonal) yaitu perbedaan antara Proses antar pribadi dan non antar pribadi yaitu pada tingkat non antar pribadi cultural dan sosiologis prediksi mengenai hasil- hasil Proses dapat disamakan dengan generalisasi rangsangan. Individu yang melakukan prediksi mencari persamaan di antara para komunikator lainnya. Sedangkan pada tingkat antar pribadi prediksi dengan dasar psikologis tentang hasil Proses dapat disamakan dengan perbedaan rangsangan atau stimulus discrimination.5

Proses interpersonal yang dimaksud di sini adalah proses Proses yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. R. Wayne Pace6 menyatakan bahwa: Interpersonal communication involving two or morepeople in a face setting

4 Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Proses Antar Pribadi (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 21-27.

5Op. Cit. Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, hlm. 6.

6 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Proses (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada 2004), hlm

(Proses interpersonal adalah Proses yang menyertakan dua orang atau lebih dalam tatanan Proses secara tatap muka). Proses

interpersonal sebenarnya mempengaruhi Proses dan hubungan dengan orang lain. Wenburg dan Wilmat menyatakan bahwa persepsi individu tidak dapat dicek oleh orang lain tetapi semua arti atribut pesan ditentukan oleh masing-masing individu.7

Onong Uchjana Effendy8 mengemukakan bahwa hakikat Proses

interpersonal adalah Proses antara seoarang komunikator dengan seorang komunikan dan ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap dan prilaku, serta pendapat. Kemudian dibandingkan dengan bentuk-bentuk Proses lainnya, Proses

interpersonal dinilai paling efektif.9 Dalam Joseph A. Devito menjelaskan para ahli teori Proses mendefinisikan Proses antar pribadi (interpersonal) secara berbeda-beda, di dasarkan pada 3 hal yaitu:10

1. Definisi Berdasarkan Komponen

Definisi berdasarkan komponen menjelaskan Proses antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

2. Definisi Berdasarkan Hubungan Diadik

Dalam definisi berdasarkan hubungan, Proses antar pribadi didefinisikan sebagai Proses yang berlangsung diantar dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas, misalnya

7 Arni Muhammad, Proses Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm.

159.

8 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Proses (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 2007), hlm. 59-61.

9Ibid. Onong Uchjana Effendy: Penjelasan Proses interpersonal adalah proses pertukaran

informasi diantara seorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya.

188 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 Proses antar pribadi meliputi Proses yang terjadi antara konselor dan konseli, pramuniaga dengan pelanggan, anak dengan ayah, dua orang dalam suatu wawancara, dan sebagainya. Definisi ini hampir tidak mungkin ada Proses

diadik (dua orang) yang bukan Proses antar pribadi. Adakalanya definisi ini diperluas sehingga mencakup juga sekelompok kecil orang, seperti anggota-anggota kelompok yang terdiri tas tiga atau empat orang.

3. Definisi Berdasarkan Pengembangan

Dalam ancangan pengembangan, Proses antar pribadi dilihat sebagai akhir dari perkembangan Proses yang bersifat tak- pribadi (impersonal).

Lebih lanjut perlu dipahami dalam model Schramm bahwa proses Proses sangat ditentukan oleh bidang pengalaman. Bidang pengalaman akan menentukan apakah pesan yang dikirimkan diterima oleh sipenerima sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Schramm mengatakan jika tidak ada kesamaan dalam bidang pengalaman, bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan yang sama, maka sedikit kemungkinan pesan yang diterima diinterpretasikan dengan benar.11 Hal tersebut terlihat dalam kehidupan, apabila berProses disesuaikan dengan kondisi pengalaman agar apa yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Proses antar pribadi merupakan proses penyampaian pesan antara pengirim dan penerima pesan. Konteks bimbingan dan konseling yaitu penyampaian pesan baik verbal maupun nonverbal dari konselor kepada konseli dalam hal untuk merubah pola pikir dan pola tindakan konseli menuju tujuan yang diharapkan yaitu pencapaian solusi atas masalah yang dihadapi.

11Op. Cit., Arni Muhammad, hlm. 10.

Pribadi I (Konselor) Pribadi II (Konseli)

Hambatan Hambatan

189 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016

Model proses Proses konseling yaitu antar dua pribadi dalam hal ini konselor dan konseli, dengan proses Proses konseling, hal ini dapat diketahui bagaimana konselor dalam menyampaikan pesan kepada konseli. Pesan yang disampaikan konselor merupakan analisis dari pikiran dan perasaan atas masalah yang dihadapi oleh konseli serta berupa konfirmasi dan tanggapan, sehingga konseli merasa lebih nyaman dan lebih diperhatikan. Gambar menunjukkan proses Proses konseling antara konselor dan konseli, yaitu:

8

Pribadi I (Konselor) Pribadi II (Konseli)

Peran Pengirim: a. Kodifikasi; mengubah

gagasan, perasaan, maksud ke dalam bentuk pesan yang dapat dikirim: b. Pengiriman pesan Peran Penerima: a. Dekodifikasi; menangkap rangsangan dan mengartikannya: b. Tanggapan batin

terhadap pesan yang ditangkap Hambatan Hambatan Saluran: I II Saluran: I II Peran penerima: a. Dekodifikasi; menangkap rangsangan dan mengartikannya b. Tanggapan batin

terhadap pesan yang ditangkap

Peran pengirim:

a. Kodifikasi; mengubah gagasan, perasaan, maksud ke dalam bentuk pesan yang dapat dikirimkan b. Pengirim pesan

Hambatan

a)* b)*

Gambar 1

Model Proses konseling antar pribadi konselor dan konseli

Pribadi I (Konselor) Pribadi II (Konseli)

Hambatan Hambatan

Keterangan a)* dan b)*:

Pembentukan gagasan, perasaan dan maksud serta pemilihan tingkah laku.

Dalam gambar atau bagan tersebut tampak, bahwa Proses konseling yaitu antara dua pribadi, konselor dan konseli memiliki tujuh unsur:

a. Segala maksud, gagasan, pikiran dan perasaan spesifik yang terdapat dalam batin pengirim serta bentuk tingkah laku yang dipilih (verbal atau nonverbal) merupakan langkah awal bagi pengirim suatu pesan yang bermakna.

b. Kodifikasi oleh pengirim yaitu maksud, gagasan, serta perasaan di ubah ke dalam bentuk pesan atau berita yang dapat dikirimkan melalui lambang verbal atau nonverbal.

c. Pesan dikirim melalui saluran yang dianggap sesuai yaitu saluran verbal bila digunakan kata-kata dan saluran nonverbal bila digunakan isyarat.

d. Dekodifikasi oleh penerima yaitu rangsangan yang diterima melalui kata-kata yang di dengar atau aneka isyarat yang ditangkap, diartikan untuk mengambil makna pesan yang telah dikirimkan.

e. Tanggapan batin oleh penerima yaitu ditujukan terhadap makna pesan yang diterima diberi suatu reaksi batin yang menghasilkan gagasan, perasaan dan maksud tertentu.

f. Segala maksud, gagasan, pikiran dan perasaan spesifik yang terdapat dalam batin penerima serta bentuk tingkah laku yang dipilih (verbal atau nonverbal) merupakan tanggapan untuk dikirimkan sebagai pesan yang bermakna dan sekaligus menjadi langkah awal penerimaan pesan tersebut.

g. Hambatan (noice) dalam ke-enam unsur di atas, yaitu hal-hal yang menggangu interaksi dan mempersulit Proses konseling yaitu antar pribadi baik konselor maupun konseli. Hambatan

12

dalam saluran adalah, misalnya; kegaduhan di dalam atau di luar ruangan pertemuan dan cara bicara yang gagap. Hambatan di pihak pengirim pesan adalah misalnya; berbicara tanpa menyusun pikiran terlebih dahulu, menjejalkan terlalu banyak gagasan dan perasaan dalam sekali bicara dan merumuskan pengalaman dengan cara yang kurang memadai. Hambatan di pihak penerima pesan adalah, misalnya; prasangka, kecenderungan untuk lekas mengadili orang lain, kesulitan untuk memandang pesan yang disampaikan dari sudut pandangan pengirim pesan dan kekurangan dalam mendengarkan keseluruhan pesan yang disampaikan.12

Dari gambar atau bagan di atas bisa diperhatikan proses Proses konseling antara konselor dan konseli yang bertujuan untuk mencapai solusi dari masalah yang dihadapi. Tetapi perlu disadari dalam proses Proses konseling ketika konselor hendak mengajak konseli untuk berbicara tentang masalahnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan karena tidak semua konseli ingin menyampaikan masalah yang dihadapinya, sehingga perlu adanya teknik yang harus dilakukan oleh konselor dalam mengajak konseli untuk menyampaikan masalah yang dihadapinya.

Kathryn Geldard dan David Geldard menyampaikan dalam tulisannya ada 3 hal yang harus diperhatikan ketika mengajak konseli berbicara tentang masalahnya yaitu; apakah situasinya tepat?, apakah waktunya tepat?, dan apakah saya adalah orang yang tepat untuk membantunya?. Ketika konselor mengajak konseli untuk berbicara perlu adanya sikap ekstra hati-hati, karena jika ada orang lain mendengarkan pembicaraan konselor dan konseli tentu konseli akan merasa malu untuk mengungkapkan masalah pribadinya.

Terutama bila masalah yang dihapinya sangat menyakitkan, konseli akan mearasa sangat tertekan dan bahkan bisa menangis

ketika memulai pembicaraan, sehingga harus diperhatikan situasi dan waktu yang sesuai, begitu juga dengan kesesuaian diri dan kemampuan yang dimiliki, apakah sesuai atau orang yang tepat untuk membantunya. Dari gambar atau bagan dibawah ini, bisa diperhatikan proses Proses konslineg ketika konselor hendak mengajak konseli berbicara tentang masalah yang dihadapinya:13

13 Kathryn Geldrad & David Geldard, Counselling Skills in Evryday Life, Palgrafe McMilan, terj. Agung Prihantoro (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 78-85.

13

13

Gambar 2

Proses Proses konseling ketika konselor hendak mengajak konseli berbicara tentang masalah yang dihadapinya

Tindakan Konseli Tindakan Konselor

atau

rsebu

nsel

k

iri:

Tindakan Konseli Tindakan Konselor

Menunjukkan isyarat verbal atau

non verbal bahwa ada masalah Menangkap isyarat tersebut

dan mempertimbangkan untuk mengajaknya berbicara atau tidak

Jika keputusan “ya” konselor memberikan ajakan awal

Menolak, tidak ada masalah Responnya: Membuka informasi pribadi Pembicaraan berakhir

Bertanya kepada diri sendiri: Apakah situasinya tepat? Apakah waktunya tepat? Apakah saya adalah orang yang tepat untuk membantunya?

Ya Tidak Menindaklanjuti Menjauh Menolak ajakan Responnya? Melanjutkan pembicaraan tentang masalahnya

Gambar di atas menunjukkan proses Proses konseling ketika konselor hendak mengajak konseli untuk menyampaikan masalah yang dihadapi konseli, adakalanya konseli menolak ajakan dari konselor tetapi adakalanya konseli menerima ajakan konselor runtuk membicarakan masalah dan mencari jalan solusinya.

Proses membantu konseli yaitu ketika konseli sedang memiliki masalah kemudian menerima ajakan dari konselor, konselor harus melakukan validasi yaitu menunjukkan kepada konseli bahwa konselor telah mendengarkan dan memahami apa yang telah disampaikan konseli. Karena proses Proses konseling yang paling efektif adalah bukan langsung menasehati konseli tetapi mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan oleh konseli mengenai masalah yang menghadapinya.

Pentingnya validasi ini membut konselor harus berperan aktif mendengarkan konseli dan bersikap empati terhadap masalah yang konseli hadapi. Tidak cukup hanya mendengarkan tetapi konselor juga harus berperan aktif dalam mengamati setiap apa yang disampaikan konseli baik secara verbal maupun nonverbal serta mampu membawa masalah yang dihadapi konseli kedalam pikiran dan perasaan konselor. Gambar di bawah ini merupakan proses Proses konseling dalam bervalidasi yang merupakan lanjutan gambar di atas yaitu:14

Dalam dokumen An Nahdhah Vol 10 Edisi Januari Juni 2016 (Halaman 189-198)