• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wewenang Kepala Madrasah

Dalam dokumen An Nahdhah Vol 10 Edisi Januari Juni 2016 (Halaman 61-66)

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DALAM AL QUR’AN DAN HADITS

D. Wewenang Kepala Madrasah

Wewenang menurut para ahli seperti: George R. Terry, menjelaskan bahwa wewenang merupakan hak jabatan yang sah untuk memerintahkan orang lain bertindak dan untuk memaksa pelaksanaannya, dengan wewenang seseorang dapat mempengaruhi aktifitas atau tingkah laku perorangan dan grup. Mac Iver R.M, menyebutkan wewenang merupakan suatu hak yang didasarkan pada suatu pengaturan sosial, yang berfungsi untuk menetapkan kebijakan, keputusan, dan permasalahan penting dalam masyarakat. Soerjono Soekanto mengatakan bila orang-orang membicarakan tentang wewenang, maka yang dimaksud adalah hak yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Max Weber menyebutkan bahwa wewenang adalah sebagai kekuasaan yang sah.20

19 Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership. (Yogyakarta: DIVA Press.

2008),hal. 249.

Bagir Manan menyebutkan istilah wewenang dengan kekuasaan itu berbeda. Kekuasaan menurutnya hanya digambarkan dalam bentuk hak untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Sedangkan wewenang memiliki pengertian yang lebih luas meliputi hak dan kewajiban. Secara teoritik pendapat H.D. Stout: wewenang adalah merupakan pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang. Wewenang adalah hak dan kekuasaan untuk bertindak, kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.21

Wewenang adalah kekuasaan resmi yang dimiliki seseorang untuk bertindak dan memerintah orang lain. Tanpa ada wewenang terhadap suatu pekerjaan janganlah mengerjakan pekerjaan tersebut, karena tidak mempunyai dasar hukum untuk melakukannya. Wewenang terbagi dua yaitu pertama sentralisasi wewenang yaitu bila sebahagian besar kekuasaan masih tetap dipegang oleh pimpinan. Sertralisasi wewenang mengakibatkan pimpinan sibuk bekerja, sedangkan bawahan bekerja santai saja. Kedua yaitu disentralisasi wewenang adalah apabila sebahagian kecil kekuasaan dipegang pimpinan, sedangkan sebahagian besar kekuasaannya didelegasikan kepada bawahan. Dengan desentralisasi wewenang, pimpinan mempunyai banyak waktu untuk merencanakan, mengarahkan dan mengawasi bawahannya.22

Umar bin Khatab dalam hal wewenang, sangat tegas, hal ini seperti cerita pertemuan umar dengan utusan dari Azerbaijan datang ke kota Madinah. Seusai shalat fajar, Umar RA mengajak tamunya singgah di rumahnya. Ia berkata kepada istrinya, ”Wahai Ummu Kultsum,

sugguhkan makanan yang ada. Kita kedatangan tamu jauh dari

Azerbaijan.” ”Kita tidak mempunyai makanan, kecuali roti dan

garam.” jawab istri Umar.”Tidak mengapa,” kata Umar. Akhirnya

mereka berdua makan roti dengan garam. Walikota Azerbaijan

21Ibid.

22 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

menyuruhku menyampaikan hadiah ini untuk Amirul Mukminin,”kata utusan Azerbaijan seusai makan, sembari menunjukan sebuah bungkusan. Bukalah bungkusan ini dan lihat apa isinya!”perintah Umar RA setelah dibuka, ternyata berisi gula-gula. ”ini adalah gula-

gula khusus buatan Azerbaijan,” utusan itu menjelaskan. ”Apakah

semua kaum muslimin mendapatkan kiriman gula-gula ini?”tanya Umar. Utusan itu tertegun atas pertanyaan Umar, kemudian menjawab, ”Oh tidak, Baginda, gula-gula ini khusus untuk Amirul

Mukminin.”Mendengar jawaban itu, Umar tampak amat marah. Segera

ia memerintahkan kepada utusan Azerbaijan untuk membawa gula-gula tersebut ke masjid dan membagi-bagikannya kepada fakir miskin. Barang ini haram masuk kedalam perutku, kecuali jika kaum muslimin memakannya juga,”kata Umar dengan nada agak marah. ”Dan

engkau cepatlah kembali ke Azerbaijan, beritahukan kepada yang mengutusmu, bahwa jika ia mengulangi ini kembali, aku akan memecat dari jabatannya.

Kisah diatas menggambarkan betapa kesederhanaan dan kehatia- hatian Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA tatkala menjadi khalifah. Ia amat takut kepada Allah, sehingga matanya tidak bisa terpejam sepanjang malam, khawatir tidak mendapatkan ampunan Allah. Di keheningan malam saat rakyatnya tidur nyenyak, ia bangun dan mendekatkan diri di masjid. Tidak ada pengawal yang menyertainya. Di rumah, tak ada makanan istimewa layaknya para penguasa dan pejabat sekarang. Istri Umar hanya memiliki roti dan garam, makanan sehari- hari rakyat biasa. Sebagai Khalifah dan pemimpin negara, ia tidak malu menyuguhkan makanan roti gandum kepada tamunya, sebab itulah makanan kesehariannya.Tatkala mendapatkan hadiah khusus dari utusan Azerbaijan, ia pun mempertanyakan, ”Apakah semua kaum muslimin

mendapatkan kiriman gula-gula ini?” Ini pertanyaan penting bagi Amirul Mukminin. Jika ternyata seluruh kaum muslimin menerima hadiah tersebut maka wajar jika ia menerima. Akan tetapi jika tidak, maka tidak layak bagi dirinya menerima hadiah secara sendirian. Ternyata memang

tidak. Itu adalah hadiah yang khusus diberikan kepada Amirul Mukminin, maka ia pun menolaknya.

Sepantasnya seorang kepala madrasah ketika diberikan hadiah oleh siapa saja memiliki tanggung jawab untuk melihat bagaimana keadaan personel sekolah lainnya. Jika ada personel yang tidak mendapatkan, maka kepala madrasah memiliki wewenang membuat keputusan untuk tidak mengambilnya.

Namun pun demikian, tipe-tipe kepemimpinan itu bermacam- macam dalam menjalankan wewenang, adapun bentuk-bentuk wewenang seperti dibawah ini:23

a. Wewenang kharismatis, tradisional, dan rasional (legal)

Wewenang karismatik merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma, yaitu suatu kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang. Dasar wewenang kharismatis bukanlah terletak pada suatu peraturan (hukum), akan tetapi bersumber pada diri pribadi individu bersangkutan. Wewenang kharismatis tidak diatur oleh kaidah-kaidah, baik yang rasional maupun tradisional. Sifatnya cendrung irasional, adakalanya kharisma dapat hilang, karena masyarakat sendiri yang berubah dan mempunyai paham yang berbeda.

Berdasarkan konsep Max Weber mengenai wewenang karismatik, bahwa peletakan kesetian pada hal-hal yang suci, kepahlawanan atau sifat-sifat ndividu yang patut dicontoh memiliki sifat jujur cerdas dan sifat-sifat terpuji lainnya dan pola-pola normatif yang diperlukan.24

Wewenang tradisional dapat dimiliki oleh seseorang maupun sekelompok orang. Wewenang ini dimiliki oleh orang-orang yang menjadi anggota kelompok. Ciri-ciri utama wewenang tradisional yaitu

Pertama, Adanya ketentuan-ketentuan tradisional yang mengikat penguasa yang mempunyai wewenang, serta orang lain yang ada dalam masyarakat. Kedua, Adanya wewenang yang lebih tinggi ketimbang

23 Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pres, 1990), hal. 281-285 24 Roderik Martin, Sosiologi Kekuasaan, ter. Herjoediono, (Jakarta: Rajawali Press, 1990),

kedudukan seseorang yang hadir secara pribadi. Ketiga, dapat bertindak secara bebas selama tidak ada pertentangan dengan ketentuan tradisional.

Wewenang rasional atau legal adalah wewenang yang disandarkan pada sistem hukum yang berlaku dalam masyarakat. Sistem hukum ini dipahamkan sebagai kaidah yang telah diakui, ditaati masyarakat, dan telah diperkuat oleh negara yang berbentuk di dalam lembaran- lembaran.

b. Wewenang resmi dan tidak resmi

Wewenang yang berlaku dalam kelompok-kelompok kecil disebut wewenang tidak resmi karena bersifat spontan, situasional, dan faktor saling kenal. Contohnya pada ciri seorang ayah dalam fungsinya sebagai kepala rumah tangga. Wewenang resmi sifatnya sistematis, diperhitungkan dan rasional. Biasanya wewenang ini dapat dijumpai pada kelompok-kelompok besar yang memerlukan aturan-aturan tata tertib yang tegas dan bersifat tetap.

c. Wewenang pribadi dan teritorial

Wewenang pribadi sangat tergantung pada solidaritas antara anggota-anggota kelompok, dan unsur kebersamaannya sangat berperan penting. Para individu dianggap lebih banyak memiliki kewajiban ketimbang hak. Struktur wewenang bersifat konsentris, yaitu dari satu titik pusat lalu meluas melalui lingkaran-lingkaran wewenang. Wewenang teritorial, yang berperan penting yaitu tempat tinggal. Pada kelompok teritorial unsur kebersamaan cenderung berkurang, karena desakan faktor-faktor individualisme. Wewenang pribadi dan teritorial sangat berbeda namun dalam kenyataan keduanya berdampingan.

d. Wewenang terbatas dan menyeluruh

Wewenang terbatas merupakan wewenang yang tidak mencangkup semua sektor dalam bidang kehidupan, namun terbatas pada salah satu sektor bidang. Contohnya, seorang menteri dalam negeri tidak

mempunyai wewenang untuk mencampuri urusan yang yang menjadi urusan wewenang mentri luar negeri.

Wewenang menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak dibatasi oleh bidang-bidang kehidupan tertentu. Contohnya, bahwa setiap negara mempunyai wewenang yang menyeluruh atau mutlak untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Fungsi ganda dari wewenang adalah tanggung jawab yang menjadi kewajiban setiap individu untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan terbaik dari kemampuan yang dimilikinya. Setiap manajer harus memiliki keseimbangan antara tanggung jawab dan wewenang, wewenang tanpa tanggung jawab tidak layak untuk dijadikan pegangan, begitu pun tanggung jawab tanpa wewenang adalah omong kosong.25

Dalam dokumen An Nahdhah Vol 10 Edisi Januari Juni 2016 (Halaman 61-66)