• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tangung Jawab Kepala Madrasah

Dalam dokumen An Nahdhah Vol 10 Edisi Januari Juni 2016 (Halaman 66-72)

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DALAM AL QUR’AN DAN HADITS

E. Tangung Jawab Kepala Madrasah

Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya, sehingga bertanggung jawab, berkewajiban menanggung segala sesuatu, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.26

Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk

25 George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 100 26 http://kbbi.web.id/tanggung+jawab

perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Allah SWT.

Tanggung jawab merupakan syarat utama dalam kepemimpinan seperti kepala madrasah. Tanpa memiliki rasa tanggung jawab, maka kepala madrasah tidak dapat menjadi pemimpin. Dalam memaknai tanggung jawab maka berisi di dalamnya keberanian mengambil resiko terhadap tantangan, hambatan atau rintangan yang akan menghalang tercapainya pekerjaan-pekerjaan yang dipikul dengan sebaik-baiknya. Kepala madrasah harus mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kepemimpinannya.27

Tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu: Pertama tanggung jawab terhadap Allah SWT.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap perintah Allah SWT. Sehingga tindakan atau perbuatan manusia tidak bisa lepas dari pengawasan Allah SWT yang dituangkan dalam kitab suci Al-Qur'an. Kedua, tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi untuk bisa memecahkan masalah-masalah kemanusian mengenai dirinya sendiri.

Ketiga, keluarga merupakan masyarakat kecil, keluarga terdiri dari suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.

27 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Keempat tanggung jawab terhadap masyarakat, pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Kelima, tanggung jawab terhadap bangsa dan negara. Suatu kenyataan lagi, bahwa setiap manusia, tiap individu adalah warga negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertinggah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara.

Dalam diri manusia melekat tiga peran pokok yang harus dimainkan dalam kehidupannya yaitu peran manusia sebagai hamba Allah SWT, peran manusia sebagai makhluk sosial dan peran manusia sebagai

khalifah fil ardl. Peran pertama merupakan landasan utama dalam menjalankan peran yang kedua dan ketiga. Membincangkan masalah tanggung jawab manusia, erat hubungannya dengan istilah khalifah seperti disebutkan dibeberapa ayat Al-Qur’an.

Menurut Dawam Raharjo dalam bukunya Ensiklopedi Al-Qur’an,

kata khalifah yang cukup dikenal di Indonesia mengandung makna ganda. Di satu pihak, khalifah dimengerti sebagai kepala negara dalam pemerintahan seperti kerajaan Islam di masa lalu, dan di lain pihak pula pengertian khalifahsebagai ‘wakil tuhan” di muka bumi28. Yang

dimaksud dengan “wakil tuhan” menurut M. Dawam Raharjo bisa

mempunyai dua pengertian; Pertama yang diwujudkan dalam jabatan pemerintahan seperti kepala negara, kedua, dalam pengertian fungsi manusia itu sendiri di muka bumi.29

28 M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Islam, Tafsir Sosial berdasarkan Konsep-konsep Kunci, (Jakarta: Paramadina, 2002), cet. II, hal. 346.

29 M. Quraish Shihab, Tafsir Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta:

Menurut Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar mengutip pendapat al- Qurtubi, amanat yang ditugaskan Allah kepada manusia sungguh berat, hal ini terbukti pada penolakan langit dan bumi serta gunung-gunung ketika ditawarkan untuk memikulnya dan mengemban amanat tersebut.30 Penawaran dan penolakan amanat tersebut dipahami oleh banyak ulama dalam arti kiasan atau majaz. Namun ada juga yang memahami dalam arti yang sesungguhnya. Quraish Shihab menyimpulkan pendapat pertamalah yang lebih kuat.31

Dasar yang dipakai manusia ketika bersedia menerima wewenang (amanat) adalah karena ia diberi kemampuan atau potensi oleh Allah yang memungkinkan mampu mengemban wewenang (amanat) itu. Potensi yang dimaksud bukan saja potensi untuk dapat menunaikan wewenang tersebut, tetapi potensi yang dapat menunaikan wewenang dengan baik dan bertanggung jawab.32

Wewenang dari pimpinan (kepala madrasah) merupakan bagian terpenting dari organisasi lembaga pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada kenyataannya ketika seorang kepala madrasah telah menjalankan tugasnya memanej madrasah dengan baik maka organisasi tersebut akan menjadi baik pula. Kepala madrasah merupakan faktor penggerak, penentu arah kebijakan madrasah yang akan menentukan bagaimana tujuan madrasah dan pendidikan pada umumnya yang direalisasikan. Kepala madrasah dituntut senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja.

Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan kepala madrasah. Karena dia sebagai pemimpin dilembaganya, maka dia harus mampu membawa lembaganya kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, dia harus mampu melihat adanya berubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan globalisasi yang lebih baik. Kepala madrasah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan dan

30 Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988), cet. I, juz XXII, hal. 112. 31Ibid, hal. 346

pengelolaan madrasah secara formal kepada atasannya atau secara informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya.

Kepala madrasah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu madrasah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.33

Wewenang dan fungsi tanggung jawab kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan adalah:

1. Perencanaan madrasah dalam arti menetapkan arah madrasah sebagai lembaga pendidikan dengan cara merumuskan visi, misi, tujuan, dan strategi pencapaian.

2. Mengorganisasikan madrasah dalam arti mebuat membuat struktur organiasasi (stucturing), menetapkan staff (staffing) dan menetapkan tugas dan fungsi masing-masing staff (functionalizing)

3. Mengawasi dalam arti melakukan supervisi, mengendalikan, dan membimbing semua staf dan warga madrasah.

4. Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar peningkatan dan pertumbuhan kualitas, serta melakukan problem solving baik secara analitis sistematis maupun pemecahan masalah secara kreatif, dan menghindarkan serta menanggulangi konflik34. Sebagai admisnistrator mengandung makna bahwa sebagai kepala madrasah dengan tugas pokok dan fungsi di bidang administrasi, pimpinan madrasah yang menjalankan tugas pokok dan fungsi menggerakkan dan mempengaruhi guru-guru dan staf madrasah untuk bekerja. Manajer madrasah mengandung makna sebagai kepala madrasah dengan tugas pokok dan fungsi proses dan operatif dari

33 Wohjosumidjo, Kepimpinan Kepala Madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada),

cetakan ke3, hal. 83.

34 Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah, (Bandung: Cipta

keseluruhan aktivitas instituisinya, sedangkan school principal

bermakna menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai principalship.35 Pada dasarnya tugas kepala madrasah itu sangat luas dan kompleks. Rutinitas kepala madrasah menyangkut serangkaian pertemuan

interpersonal secara berkelanjutan dengan murid, guru dan orang tua, atasan dan pihak-pihak terkait lainnya.

Tugas kepala sekolah (madrasah) sebagai berikut: (1) Menjaga agar segala program madrasah berjalan sedamai mungkin (as peaceful as possible); (2) Menangani konflik atau menghindarinya; (3) Memulihkan kerjasama; (4) Membina para staf dan murid; (5) Mengembangkan organisasi; (6) Mengimplementasi ide-ide pendidikan. Untuk memenuhi tugas-tugas di atas, dalam segala hal hendaknya kepala madrasah berpegangan kepada teori sebagai pembimbing tindakannya. Teori ini didasarkan pada pengalamannya, karakteristik normatif masyarakat dan madrasah, serta iklim instruksional dan organisasi madrasah.

Seorang kepala madrasah harus memiliki kualitas dan kompetensi. Secara umum kepala madrasah setidaknya mengacu kepada empat hal pokok yang dimiliki, yaitu; (a) sifat dan keterampilan kepemimpinan, (b) kemampuan pemecahan masalah, (c) keterampilan sosial, dan (d) pengetahuan dan kompetensi profesional.

Kepala madrasah merupakan faktor penggerak, penentu arah kebijakan madrasah yang akan menentukan bagaimana tujuan madrasah dan pendidikan pada umumnya. Kepala madrasah dituntut senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Melihat penting dan strategisnya posisi kepala madrasah dalam mewujudkan tujuan madrasah, maka seharusnya kepala madrasah harus mempunyai nilai kemampuan relasi yang baik dengan segenap warga di madrasah, sehingga tujuan madrasah dan tujuan pendidikan berhasil dengan optimal. Ibarat nahkoda yang menjalankan sebuah kapal mengarungi samudra, kepala madrasah mengatur segala sesuatu yang ada di madrasah.

Pada awal khalifah di dalam Islam, tanggung jawab kepemimpinan ditunjukan kepada Umar bin Khatab setelah Abu Bakar. Banyak hal mengenai tanggung jawab kepemimpinan yang sudah dicontohkan oleh beliau. Pernah Umar memakai baju bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, ”Umar

bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian

sungai Eufrat, maka Umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”

Umar dalam tanggung jawab sebagai khalifah pemimpin umat beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya. Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara.

Kepala madrasah seyogyanya mencontoh bagaimana tanggung jawab kepemimpinan Umar, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dalam menjalankan aktifitas hubungan sebagai kepala madrasah dengan guru, siswa dan elemen yang mendukung madrasah.

Dalam dokumen An Nahdhah Vol 10 Edisi Januari Juni 2016 (Halaman 66-72)