DAFTAR LAMPIRAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2 Sektor Basis Wilayah
Dalam studi ini penentuan sektor basis dan non basis dilakukan terhadap sejumlah aspek yang dijadikan sebagai indikator perkembangan wilayah. Analisis LQ untuk mengetahui sektor basis ekonomi wilayah menggunakan data produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan selama 10 tahun (2001–
2010). Untuk mengetahui sektor basis komoditi yang diusahakan masyarakat di Kabupaten Mamuju Utara digunakan data produksi, tenaga kerja, dan luas tanam. Hasil analisis LQ pada aspek komoditi yang diusahakan masyarakat dijadikan sebagai dasar dalam penentuan komoditi basis wilayah dan menjadi dasar dalam melakukan analisis selanjutnya.
Tabel 19 Analisis Location Quotient produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan Kabupaten Mamuju Utara tahun 2001–2010 Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Pertanian 1.01 0.98 0.98 0.98 0.96 0.93 0.93 0.92 0.90 0.85 a. Bahan Makanan 0.32 0.32 0.34 0.30 0.30 0.31 0.30 0.30 0.32 0.31 b. Perkebunan 1.82 1.76 1.66 1.75 1.72 1.62 1.66 1.82 1.72 1.62 c. Peternakan 0.22 0.23 0.22 0.21 0.20 0.20 0.19 0.22 0.22 0.18 d. Kehutanan 1.20 1.19 1.19 1.20 1.13 1.16 1.18 1.16 1.21 1.00 e. Perikanan 0.09 0.09 0.09 0.09 0.10 0.10 0.10 0.08 0.08 0.08
2 Pertambangan dan Penggalian 0.68 0.65 0.65 0.66 0.68 1.08 0.99 1.00 0.94 0.69 3 Industri Pengolahan 4.54 4.69 4.50 4.52 4.59 4.52 4.51 4.59 4.46 4.05
a. Industri Migas - - - - - - - - - -
b. Industri Non Migas 4.54 4.69 4.50 4.52 4.59 4.52 4.51 4.59 4.46 4.05 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.08 0.10 0.11 0.12 0.13 0.15 0.19 0.21 0.22 0.23 5 Bangunan/Konstruksi 0.39 0.39 0.39 0.40 0.37 0.77 0.78 0.75 0.96 0.75 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.14 0.14 0.14 0.15 0.14 0.16 0.16 0.16 0.16 0.13 7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.18 0.18 0.18 0.18 0.18 0.20 0.19 0.21 0.21 0.96 a. Pengangkutan 0.19 0.20 0.19 0.19 0.20 0.22 0.22 0.24 0.25 1.10
b. Komunikasi 0.04 0.04 0.04 0.03 0.03 0.04 0.03 0.03 0.04 0.42
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.48 0.46 0.44 0.42 0.59 0.62 0.59 0.62 0.68 0.67
9 Jasa-jasa 0.48 0.47 0.45 0.44 0.44 0.52 0.53 0.60 0.63 0.71
a. Pemerintahan Umum 0.49 0.48 0.46 0.45 0.45 0.53 0.54 0.62 0.65 0.73
b. Swasta 0.12 0.12 0.12 0.12 0.11 0.10 0.09 0.09 0.09 0.23
Perkembangan sektor basis di Kabupaten Mamuju Utara menunjukkan fluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi tersebut terlihat pada kontribusi sektor pertanian yang secara agregat wilayah tidak lagi menjadi sektor basis ekonomi di Kabupaten Mamuju Utara sejak tahun 2002, meskipun sebagian besar masyarakat masih bekerja di sektor ini. Namun demikian, analisis LQ menggunakan nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000-2010 memperlihatkan bahwa sub sektor perkebunan dan sub sektor kehutanan masih merupakan sektor basis perekonomian di Kabupaten Mamuju Utara. Meskipun sub sektor perkebunan dan sub sektor kehutanan masih merupakan sektor basis perekonomian masyarakat, namun nilai LQ kedua sub sektor tersebut mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu (Tabel 19).
Sektor industri pengolahan (sub sektor industri non migas) juga merupakan sektor basis perekonomian wilayah di Kabupaten Mamuju Utara. Namun kontribusi sektor industri pengolahan hanya berasal dari sub sektor industri pengolahan non migas, sedangkan industri pengolahan migas belum memberikan kontribusi terhadap basis perekonomian wilayah. Hal tersebut mengindasikan bahwa proses pengolahan barang/industri non migas memegang peranan yang strategis dalam pola perekonomian masyarakat di wilayah ini. Besarnya akumulasi/pemusatan aktifitas ekonomi pada sub sektor industri pengolahan non migas menunjukkan bahwa perputaran roda perekonomian wilayah sangat ditunjang oleh aktifitas ekonomi masyarakat yang dilakukan secara lokal.
Hasil analisis basis ekonomi wilayah menurut pendekatan sektor di bidang pertanian menjadi pertimbangan untuk mengetahui jenis komoditi basis pada sub sektor basis ekonomi masyarakat. Tabel 20 menunjukkan hasil analisis LQ pada jumlah produksi beberapa komoditi perkebunan di Kabupaten Mamuju Utara. Produksi komoditi perkebunan yang memiliki nilai LQ > 1 adalah komoditi kelapa dalam dan kelapa sawit, sehingga kedua komoditi tersebut merupakan sektor basis perekonomian masyarakat. Analisis LQ pada aspek luas panen komoditi perkebunan memperlihatkan bahwa komoditi kelapa sawit masih merupakan sektor basis perekonomian masyarakat, adapun kelapa dalam memiliki nilai LQ < 1 (Tabel 21). Berdasarkan analisis LQ disimpulkan bahwa komoditi kelapa sawit dan kelapa merupakan komoditi basis di Kabupaten Mamuju Utara
sebab memiliki nilai LQ > 1 pada salah satu aspek baik dari jumlah produksi maupun luas panen.
Tabel 20 Analisis LQ jumlah produksi beberapa komoditi perkebunan di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011
No Jenis Komoditi Nilai LQ
1 Kelapa Dalam 1.07 2 Kelapa Hibrida 0.02 3 Kelapa Sawit 1.06 4 Kakao 0.79 5 Cengkeh 0.69 6 Sagu 0.00 7 Enau 0.07 8 Kemiri 0.00 9 Kopi Robusta 0.00 10 Kopi Arabika 0.00
Sumber: BPS Kab. Mamuju Utara (2012), diolah.
Tabel 21 Analisis LQ luas panen beberapa komoditi perkebunan di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011
No Komoditi Nilai LQ 1 Kelapa Dalam 0.70 2 Kelapa Hibrida 0.00 3 Kelapa Sawit 2.71 4 Kakao 0.45 5 Cengkeh 0.75 6 Sagu 0.36 7 Enau 0.16 8 Kemiri 0.01 9 Kopi Robusta 0.00 10 Kopi Arabika 0.04
Sumber: BPS Kab. Mamuju Utara (2012), diolah.
Analisis LQ untuk komoditi kelapa dalam (Tabel 22) menunjukkan bahwa pada aspek luas tanam dan jumlah produksi Kecamatan Pedongga, Bambalamotu, Bambaira, dan Sarjo merupakan basis ekonomi wilayah komoditi kelapa dalam. Sektor basis pada aspek tenaga kerja terletak di Kecamatan Pedongga, Bambalamotu, Bambaira, Sarjo, dan Tikke Raya. Meskipun bukan sektor basis dari aspek jumlah produksi dan luas tanam, Kecamatan Tikke Raya menjadi basis
ekonomi wilayah dari sisi tenaga kerja. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah tenaga kerja yang mengusahakan komoditi kelapa dalam di Kecamatan Pedongga banyak yang berdomisili di Kecamatan Tikke Raya.
Tabel 22 Analisis LQ komoditi kelapa dalam menurut kecamatan di Kabupaten Mamuju Utara
No Kecamatan Luas Tanam Produksi Tenaga Kerja
1 Sarudu 0.19 0.10 0.47 2 Dapurang 0.03 0.03 0.05 3 Duripoko 0.02 0.02 0.03 4 Baras 0.56 0.56 0.15 5 Bulu Taba 0.09 0.05 0.15 6 Lariang 0.49 0.37 0.83 7 Pasangkayu 0.91 0.97 0.95 8 Tikke Raya 0.66 0.51 1.13 9 Pedongga 1.46 1.41 2.06 10 Bambalamotu 3.41 11.50 4.27 11 Bambaira 2.93 9.50 3.45 12 Sarjo 2.33 6.50 3.06
Sumber: BPS Kab. Mamuju Utara (2012), diolah.
Fenomena jumlah tenaga kerja di Kecamatan Tikke Raya memperlihatkan bahwa aliran tenaga kerja yang mengusahakan komoditi kelapa dalam pada aspek
on-farm dan off-farm mendorong terjadinya aliran manusia dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Pengusahaan komoditi kelapa dalam saat ini dilakukan untuk memproduksi kopra dan sebagian kecil untuk menghasilkan minyak goreng untuk kebutuhan konsumsi lokal. Namun produk turunan (derivative) kelapa dalam, misalnya; arang tempurung, sabut, keranjang, dan berbagai produk kerajinan lain belum diusahakan secara optimal oleh masyarakat.
Secara spasial sektor basis komoditi kelapa dalam menunjukkan pola penyebaran yang mengelompok (kompak) pada wilayah Kecamatan Bambalamotu, Bambaira, dan Sarjo pada aspek luas tanam dan jumlah produksi. Hanya Kecamatan Pedongga yang secara spasial menjadi wilayah yang berdiri sendiri dan tidak mengelompok dengan kecamatan lain akibat dipisahkan oleh satu wilayah administrasi kecamatan. Perbedaan pola sebaran sektor basis yang sedikit berbeda pada aspek tenaga kerja, menyebabkan terjadinya dua klaster wilayah yaitu klaster Kecamatan Pedongga dan Tikke Raya di bagian tengah dan klaster Kecamatan Bambalamotu, Bambaira, dan Sarjo di bagian utara (Gambar 15).
a. LQ luas tanam b. LQ jumlah produksi c. LQ tenaga kerja
Gambar 15 Distribusi spasial sektor basis dan non basis komoditi kelapa dalam menurut kecamatan di Kabupaten Mamuju Utara.
Sebaran spasial sektor basis dan non basis komoditi kelapa sawit memiliki pola berbeda dengan komoditi kelapa dalam. Wilayah yang menjadi basis ekonomi menurut aspek luas tanam dan jumlah produksi kelapa sawit adalah Kecamatan Sarudu, Baras, Bulu Taba, Lariang, Pasangkayu, Tikke Raya dan Pedongga. Basis ekonomi wilayah menurut aspek tenaga kerja komoditi kelapa sawit terdapat di Kecamatan Sarudu, Baras, Bulu Taba, dan Tikke Raya (Tabel 23).
Tabel 23 Analisis LQ komoditi sawit dalam menurut kecamatan di Kabupaten Mamuju Utara
No Kecamatan Luas Tanam Produksi Tenaga Kerja
1 Sarudu 1.70 1.17 1.39 2 Dapurang 0.48 0.74 0.36 3 Duripoko 0.43 0.71 0.25 4 Baras 1.29 1.05 1.71 5 Bulu Taba 1.74 1.16 1.26 6 Lariang 1.17 1.06 0.98 7 Pasangkayu 1.13 1.01 0.76 8 Tikke Raya 1.77 1.17 1.31 9 Pedongga 1.38 1.13 0.99 10 Bambalamotu 0.11 0.17 0.07 11 Bambaira 0.10 0.15 0.06 12 Sarjo 0.09 0.22 0.05
Sumber: BPS Kab. Mamuju Utara (2012), diolah.
Secara spasial sebaran sektor basis komoditi kelapa sawit mengelompok di bagian tengah Kabupaten Mamuju Utara. Hal ini berbeda dengan komoditi kelapa dalam yang mengelompok di bagian utara. Pengelompokan wilayah basis komoditi kelapa sawit terlihat sangat kompak dan memiliki pola yang sama pada aspek luas tanam dan jumlah produksi. Aspek tenaga kerja meskipun hanya
terdapat pada empat wilayah kecamatan juga memperlihatkan pola yang kompak di bagian tengah Kabupaten Mamuju Utara (Gambar 16).
a. LQ luas tanam b. LQ jumlah produksi c. LQ tenaga kerja
Gambar 16 Distribusi spasial sektor basis dan non basis komoditi kelapa sawit menurut kecamatan di Kabupaten Mamuju Utara.