• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISWA KELAS X SEMESTER II TAHUN AJARAN 2014/2015 Fitriasari

Pertemuan I I Jumlah Rata-rata Kriteria Pengamatan

SISWA KELAS X SEMESTER II TAHUN AJARAN 2014/2015 Fitriasari

Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; fitriasari93@gmail.com

Nengsih Juanengsih

Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; nengsih.juanengsih@uinjkt.ac.id

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa dengan metode pembelajaran STAD pada konsep daur biogeokimia. Subjek penelitian adalah siswa kelas X IIS 2 tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 38 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan instrument berupa tes yaitu pretest dan postest. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa pada konsep daur biogeokimia dengan penggunaan metode pembelajaran STAD adalah rata-rata pencapaian hasil belajar pada siklus I sebesar yaitu 77,97 dan pada siklus II sebesar 83,57. Rata-rata nilai N-Gain pada siklus I adalah 0,67 dan pada siklus II sebesar 0,80.

Kata kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Hasil belajar Biologi Siswa, Metode Pembelajaran STAD

Abstract

This research is the classroom action research. It was designed in two cycle. Each cycle consist of planning, action, observation, and reflection This research aims to improve learning outcomes biology students with learning method STAD on the concept of biogeochemical cycle. The subjects of this research are student of class X IIS 2 of academic year 2014/2015 with amount of students 38 peoples that consists of 18 means and 20 girls. This study uses instrument in the form of tests which pretest and posttest. The results showed that the improvement of student learning outcomes in the concept of biogeochemical cycle with the use of learning method STAD is the average achievement of learning outcomes in the first cycle of which 77.97 and the second cycle of 83.57. The average value of the N-Gain of each cycle is 0,67 in cycle I and 0,80 in cycle II.

Keywords: Action Research Class, Student Learning Result, and STAD Learning Methods

PENDAHULUAN

Belajar, perkembangan, dan pendidikan merupakan suatu peristiwa dan tindakan sehari-hari. Dari sisi siswa sebagai pelaku belajar dan dari sisi guru sebagai pembelajar. Hubungan siswa dan guru adalah hubungan fungsional, dalam arti pelaku pendidik dan pelaku terdidik. Dari segi tujuan yang akan dicapai guru dan siswa sama sama mempunyai tujuan tersendiri. Meskipun demikian, tujuan guru dan siswa tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan instruksional. Dari segi lama waktu tindakan, tindakan guru dan mengajar terbatas. Sebaliknya tindakan siswa belajar adalah sepanjang hayat atau sekurang-kurangnya ia terus belajar walaupun sudah lulus

sekolah. Dari segi proses, belajar dan perkembangan merupakan proses internal siswa. Pada belajar dan perkembangan siswa sendirilah yang mengalami, melakukan, dan menghayati.

Manusia harus melalui proses belajar untuk memperoleh pengetahuan. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga mampu bertahan hidup. Menurut Winkel dalam Yatim Riyanto, mendefiniskan belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat adanya interaksi antar individu dengan individu dengan lingkungan (Riyanto, 2009).

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi pada Konsep Daur Biogeokimia Melalui Pembelajaran Kooperatif....

|Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 176-181 Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1

Mata pelajaran Biologi di SMA merupakan bagian yang terdapat dalam program kelas pengajaran baik itu Matematika dan Ilmu Alam (MIA) maupun Ilmu-ilmu Sosial (IIS). Dikelas X program IIS mata pelajaran biologi merupakan mata pelajaran peminatan. Biologi merupakan ilmu yang membahas mengenai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang kehidupan makhuk hidup maupun proses yang terjadi dialam ini. Mata pelajaran Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang cukup sulit dikuasai dan dipahami oleh siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini dikarenakan materi Biologi cukup kompleks dan abstrak yang berisi fakta-fakta, konsep-konsep dan informasi-informasi beragam mengenai keseimbangan, kelestarian, dan interaksi yang terjadi dilingkungan. Melalui pembelajaran Biologi diharapkan siswa dapat memperoleh hasil belajar Biologi yang sesuai dangan batas minimal ketuntasan belajar. Namun kenyataan yang dijumpai di SMAN 6 Tangerang Selatan menunjukan 65% siswa yang hasil belajar biologinya masih rendah yaitu belum dapat memperoleh hasil belajar sesuai batas minimal ketuntasan belajar mata pelajaran biologi yaitu 75.

Dari hasil evaluasi inilah dapat diketahui berhasil atau tidaknya proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Demikian yang terjadi di SMAN 6 Tangerang Selatan nilai evaluasi ulangan harian yang rendah, kurang aktifnya siswa di dalam kelas, siswa menampakan sikap kurang bergairah, kelas kurang berpusat pada siswa, dan kadang-kadang ada yang bermain main sendiri dengan gadget. Kondisi yang seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatasi hal tersebut penulis mencoba melakukan terobosan untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap pokok bahasan ekologi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Divisions) guna meningkatkan hasil

belajar siswa kelas X di SMAN 6 Tangerang selatan khususnya dikelas IIS 2.

Penggunaan model pembelajaran ini dalam kegiatan proses belajar mengajar sebaiknya diarahkan untuk suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik sehingga akan membuat pelajaran lebih bermakna. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa belajar aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.

Disamping menggunakan model STAD juga dilakukan penerapan Lembar Kerja Siswa (LKS). Penggunaaan LKS dilakukan karena LKS yang

umumnya ditemukan dalam buku paket atau buku pendukung biologi lainnya, sering kali hanya merupakan rangkaian pertanyaan dan tanpa dilengkapi dengan gambar proses. LKS ini dirancang sebagai panduan untuk memvisualkan konsep, memandu siswa mengidentifikasi permasalahan, menguji konsep, dan penuntun belajar. LKS ini berisikan tentang gambar dan uraian permasalahan yang harus ditemukan pemecahannya yang terkait dengan kejadian nyata di masyarakat. Dengan LKS ini diharapkan dapat memotivasi siswa belajar, mengatasi kesulitan-kesulitan belajar, memberikan latihan yang cukup, dan mendekatkan ilmu Biologi dengan lingkungan sehingga dapat mengubah paradigma siswa dari ilmu Biologi yang abstrak menjadi konkrit, ilmu Biologi yang teoritis menjadi aplikatif, dan ilmu Biologi yang sulit menjadi mudah, serta ilmu Biologi yang lepas relevansinya dengan dunia nyata menjadi ilmu Biologi yang kontekstual.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantu LKS, memiliki potensi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Biologi. Melalui penerapan model pembelajaran ini, aktivitas dalam pembelajaran lebih didominasi oleh kegiatan siswa (student center).

Sedangkan guru berperan sebagai fasilitator, mediator, motivator, konsultan, dan pendengar yang empati. Dalam hal ini, siswa belajar mulai dari mencari pengetahuan yang relevan, menelaah pustaka, merancang penyelidikan atau percobaan, mengamati, mengumpulkan dan menganalisis data hasil penelitian, memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang diperolehnya. Akibatnya, aktivitas belajar siswa, dan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran Biologi dapat ditingkatkan.

Berdasarkan hal tersebut, untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X di SMAN 6 Tangerang Selatan diperlukan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Diharapkan siswa dapat meningkatkan keberanian mengungkapkan ide dan pendapat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar dan bagi guru dapat dijadikan alternatif model pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini

lebih menekankan pada action atau proses tindakan

penelitian oleh sebab itu berhasil atau tidaknya sesuatu penelitian dapat dilihat dari proses

Fitriasari, Nengsih J.

|Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 177-181 Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1

tindakannya. Siklus akan terhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai (Arikunto, 2006). Penelitian tindakan kelas ini menggunakan siklus yang meliputi tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus akan berhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IIS 2 SMAN 6 Kota Tangerang Selatan, dengan jumlah 38 siswa pada Tahun Pelajaran 2014/2015. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tes dan nontes. Instumen tes berupa soal yang diberikan sebelum perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan

(posttes) berupa soal pilihan ganda (PG). Intrumen

nontes berupa lembar observasi untuk menilai tingkah laku siswa atau proses terjadinya suatu kegiatan belajar mengajar.

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan adalah pencapaian 75% siswa dengan nilai KKM ≥ 75 pada konsep Daur biogeokimia. Selain itu, dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan metode pembelajaran STAD diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Biologi siswa pada kelas X IIS 2 SMAN 6 Kota Tangerang Selatan.

Untuk melihat peningkatan pretest ke posttest maka dilakukan uji N-Gain (normalized gain). Nilai

N-Gain ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hake, 1999).

Tabel 1. Kategori Nilai N-Gain

Nilai N-Gain Kategori g > 0.7 Tinggi 0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah

Analisis tes hasil belajar dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu membandingkan hasil belajar siswa dengan kriteria pencapaian ketuntasan belajar yang telah diterapkan sebelumnya, yaitu siswa dinyatakan tuntas jika tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai dibawah 75. Untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Ketuntasan belajar =

X 100%

Data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil belajar, observasi pembelajaran, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian dianalisis dengan cara dideskripsikan sebagai berikut: (1) Analisis hasil pengolahan data observasi, (2) Analisis proses tindakan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, mengamati, dan merefleksi, (3) Analisis hasil belajar tiap siklus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran pada siklus I dilakukan satu kali pertemuan, yang berlangsung selama 2 x 40 menit. Indikator pembelajaran pada siklus I ini yaitu: mendeskripsikan mekanisme aliran energi pada ekosistem, menjelaskan peran mikroorganisme dalam daur karbon dan nitrogen, membuat charta daur karbon dan nitrogen

Berdasarkan hasil tes belajar yang dilaksanakan setelah tindakan pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada siklus I diperoleh informasi sebagai mana tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Hasil Pretest dan Postest Siklus I

Keterangan Pretest Postest Rata- rata 31,02 77,97 Nilai Tertinggi 53 100 Nilai terendah 7 67 Siswa yang skornya ≥

75

0 % 65,78%

Bedasarkan data dari tabel diatas didapatkan persentase siswa yang mencapai nilai KKM hanya 65,78 % yaitu sebanyak 25 siswa yang mencapai nilai 75 sedangkan 13 siswa belum tuntas pada materi daur karbon dan nitrogen.

Hasil refleksi dari tindakan siklus I diantaranya adalah:

1. Terdapat beberapa siswa yang terlihat tidak memahami materi pembelajaran yang diberikan. 2. Siswa masih enggan menanyakan materi yang belum

dipahami kepada gurunya.

3. Masih terdapat siswa yang berisik saat melakukan diskusi kelompok.

Adapun perbaikan-perbaikan pada siklus II yang dianggap perlu oleh peneliti antara lain:

1. Memperbaiki rancangan pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keaktifan siswa seperti membuat nomor kelompok yang digunakan siswa saat berebut dalam memprsentasikan hasil diskusi kelompok.

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi pada Konsep Daur Biogeokimia Melalui Pembelajaran Kooperatif....

|Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 178-181 Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1

2. Pembelajaran tetap memperlihatkan kondisi yang menyenangkan bagi siswa dengan mengamati secara teliti materi pembelajaran yang ditampilkan.

3. Guru harus lebih berinteraksi dengan siswa dan dapat membimbing diskusi secara optimal. Selain itu guru harus mampu mengatur waktu yang tersedia sehingga penggunaan waktu lebih efektif selama proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil tes belajar yang dilaksanakan setelah tindakan pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada siklus II diperoleh informasi sebagai mana tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Hasil Pretest dan Postest Siklus II

Keterangan Pretest Postest Rata- rata 14,86 83,57

Nilai Tertinggi 53 100 Nilai terendah 7 67 Siswa yang skornya

≥ 75

0 % 89,47%

Berdasarkan data pada tabel 3 tersebut dapat diinformasikan bahwa persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II adalah 89.47% siswa mencapai KKM (75). Nilai hasil belajar rata-rata kelas pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 14,86 menjadi 83,57. Dari data tersebut, maka terjadi peningkatan ketuntasan belajar yang mencapai nilai 75 dari 25 orang (65,78%) yang sudah mencapai ketuntasan belajar mengalami kenaikan menjadi 34 orang (89.47%). Hal ini menunjukkan bahwa telah mencapai peningkatan hasil belajar siklus I ke hasil belajar siklus II dan indikator keberhasilan telah tercapai, maka tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Tabel 4. Rekapitulasi Rata-rata N-Gain pada Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II N-Gain 0.67 (Sedang) 0.80 (Tinggi)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan, bahwa kegiatan belajar siswa akibat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan berbantu lembar kerja siswa pada siklus I belum berlangsung dengan baik, sehingga masih perlu ditingkatkan. Pada siklus I, siswa yang bertanya maupun yang menjawab pertanyaan masih sedikit dan didominasi oleh siswa yang pintar saja. Berdasarkan hasil observasi, juga ditemukan bahwa baru sekitar 60% dari jumlah siswa yang melakukan tanya jawab antar siswa dalam kelompok. Beberapa umpan balik guru untuk memotivasi siswa bertanya atau menjawab pertanyaan

belum mendapatkan tanggapan yang memuaskan. Siswa belum mampu memanfaatkan peran guru sebagai fasilitator dan nara sumber secara maksimal. Akibatnya, banyak permasalahan yang belum dimengerti dengan baik, terpaksa harus dijawab, sehingga hasilnya kurang memuaskan dan siswa tidak dapat memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien. Terdapat kecendrungan, beberapa tim mengumpulkan laporan hasil diskusi atau pengamatannya dengan tergesa-gesa. Dengan demikian kualitas Pembelajaran Biologi pada siklus I (pertama) perlu ditingkatkan.

Kegiatan belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Interaksi belajar siswa sangat dinamis, dimana siswa bekerja dan kerjasama sangat baik dalam kelompok maupun antarkelompok. Jumlah siswa yang berani bertanya meningkat serta mulai ada siswa yang menanggapi pertanyaan dari siswa atau guru. Bahkan ada kecendrungan pertanyaan yang diajukan mengarah kepada kehidupan nyata sehari-hari. Pemanfaatan waktu belajar, terlihat lebih efektif, yang dapat dilihat dari dapat dituntaskannya tugas-tugas, baik berupa pengamatan data, analisis data, maupun diskusi hasil pengamatan dengan baik dan sempurna. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Warpala (2006), yang menemukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki efektivitas yang relative sama dengan tipe GI dalam meningkatkan pemahaman siswa. Ini berarti, bahwa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka pemahaman siswa terhadap materi Biologi meningkat, sehingga berpengaruh langsung terhadap sikap, minat, dan motivasi untuk mempelajari Biologi.

Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran berjalan sangat kondusif dan keterlibatan siswa sangat tinggi. Interaksi siswa dalam KBM, keberanian siswa bertanya atau berargumentasi, partisipasi siswa dalam mengerjakan tugas, motivasi, ketekunan, dan antusiasme siswa dalam KBM, kehadiran siswa, keakraban antarsiswa, dan hubungan siswa dengan guru relative baik dan ada peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan KBM pada siklus I (pertama). Hal ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu 1) siswa telah mempunyai pengalaman mengikuti pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I sehingga siswa sudah mampu beradaptasi dengan suasana pembelajaran, 2) adanya informasi mengenai penjelasan teknis serta kelemahan-kelemahan siswa dalam mengikuti pembelajaran oleh guru, menyebabkan siswa menerapkan strategi tertentu sebagai bentuk antisipasi, 3) penyampaian hasil belajar siswa baik secara individual maupun

Fitriasari, Nengsih J.

|Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 179-181 Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1

kelompok, menimbulkan rasa jengah, untuk berkompetisi dalam memperoleh hasil belajar yang lebih baik, dan 4) pengalaman siswa untuk mengamati gejala Biologi di sekitar sekolah, meningkatkan minat, motivasi, keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, sehingga pembelajaran Biologi menjadi tanpa beban dan menyenangkan.

Berdasarkan data hasil tes awal dapat diinterpretasikan bahwa siswa belum memiliki pengetahuan awal yang baik tentang daur karbon dan daur nitrogen. Hal ini terlihat dari rerata skor hasil tes awal yang sangat rendah, yaitu sebesar 31,57. Walaupun mata pelajaran Biologi sudah dikenal sejak SMP, namun karena penerapan strategi pembelajaran yang lebih banyak hafalan mengakibatkan siswa cepat melupakan materi tersebut. Di samping itu, fakta ini juga dapat dijadikan indikator bahwa sebelum pembelajaran di kelas, siswa kurang mempersiapkan diri di rumah dengan membaca terlebih dahulu materi pokok yang akan dibahas di sekolah. Ketidaksiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat besar pengaruhnya terhadap minat, motivasi, dan suasana kelas secara keseluruhan. Kondisi ini menunjukkan bahwa siswa hanya mempelajari materi pokok (bahan kajian), jika sudah pernah dibahas dalam pembelajaran di kelas.

Pengetahuan awal siswa yang rendah merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil belajar siswa. Dengan demikian pengetahuan awal merupakan informasi sebagai bahan refleksi bagi guru untuk merencanakan strategi pembelajaran. Hal ini karena salah satu indikator kualitas proses pembelajaran adalah mengaitkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan bahan kajian yang akan dibahas (Depdiknas, 2002). Dengan demikian, hasil tes awal sesungguhnya merupakan salah satu pertimbangan untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran.

Oleh karena pengetahuan awal siswa masih rendah maka perlu direncanakan pembelajaran yang mampu memvisualisasi sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan langsung, seperti proses proses yang terjadi pada berbagai daur biogeokimia. Salah satu diantaranya adalah dengan merencanakan dan merancang lembar kerja siswa. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Edgar Dale bahwa pengalaman belajar yang paling tinggi tingkatannya adalah pengalaman belajar konkret. Sedangkan yang paling rendah adalah pengalaman belajar abstrak (Ali, 2000: 89). Dengan penerapan lembar kerja siswa, maka pembelajaran menjadi lebih konkrit, aplikatif, dan kontekstual.

Hasil belajar siswa pada siklus I belum memuaskan serta belum mencapai batas ketuntasan yang telah ditetapkan. Rerata skor hasil belajar siswa pada siklus I (skor posttest) sebesar 77,97. Data ini secara klasikal, tergolong sudah mencapai ketuntasan. Sedangkan jumlah siswa dengan perolehan skor ≥ 75 sebanyak 65,78 %. Artinya dari 38 siswa hanya 25 siswa yang mencapai KKM.

Kelemahan tersebut dijadikan bahan refleksi baik oleh guru maupun siswa dalam melaksanakan KBM pada siklus II. Hasil belajar pada siklus II menunjukkan bahwa rerata skor posttest mencapai 83,57. Sedangkan jumlah siswa dengan skor ≥ 75 sebanyak 89,47%. Secara umum, kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, telah tercapai dengan baik. Kondisi ini terjadi karena siswa sudah menyadari dan mampu beradaptasi dengan penerapan model pembelajaran STAD yang dikembangkan. Jika dilihat peningkatan perolehan skor dari tes awal, tes akhir pembelajaran siklus I, dan siklus II, terjadi peningkatan yang signifikan. Peningkatan skor hasil belajar ini didukung dengan penerapan strategi pembelajaran, yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan LKS

Siswa cukup tertarik dengan strategi baru yang digunakan dalam pembelajaran yang terlihat dari kesungguhan siswa mengikut pembelajaran. Belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, kesungguhan, dan motivasi. Kesungguhan ini terlihat dari kehadiran siswa mengikuti pembelajaran dan tepat waktu berada di dalam kelas. Motivasi siswa dalam pembelajaran tidak terlepas dari penerapan model pembelajaran yang dikembangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Jordan E Ayan (2002) yang menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran, cara dan gaya baru yang disajikan kepada siswa, pada umumnya menimbulkan rasa ingin tahu siswa. Rasa ingin tahu mendorong seseorang untuk menyelidiki bidang baru atau mencari cara mengerjakan sesuatu dengan lebih baik. Rasa ingin tahu dan kreativitas siswa dapat dilihat dari indikasi bahwa hampir seluruh siswa ikut bekerja dan bekerjasama, mengamati gejala-gejala alam, serta menghubungkan gejala itu dengan kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa disadari, siswa telah melakukan proses saintifik. Secara keseluruhan kegiatan tersebut merupakan kreativitas yang dibangun oleh siswa sendiri dalam rangka memperoleh pengetahuan baru dalam pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat mengoptimalkan pengalaman belajar, seperti pengalaman mengamati, mencatat

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi pada Konsep Daur Biogeokimia Melalui Pembelajaran Kooperatif....

|Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 180-181 Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1

data, dan melakukan penelitian. Keadaan ini mendorong aksi dan refleksi pada siswa, untuk segera tanggap dengan situasi pembelajaran yang baru. Pembelajaran yang melibatkan seluruh indera akan lebih bermakna dibandingkan dengan satu indera saja (Dryden dan Jeannette V., 2002). Pada pembelajaran tanpa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, kegiatan seperti itu tidak dapat ditemukan, sehingga pengalaman belajar siswa kurang mendukung terhadap kualitas proses dan hasil belajar siswa. Kualitas proses belajar dapat dilihat dari aktivitas siswa mengikuti pembelajaran.

Dari konteks hasil belajar, ternyata penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan pemahaman konsep Biologi siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pemahaman konsep siswa dari siklus I ke siklus II.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Daur Biogeokimia.

Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa di kelas setelah menggunakan model STAD meningkat dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan data yang diperoleh, siswa yang mencapai nilai KKM pada siklus I sebanyak 25 siswa dari 38 siswa dengan persentase 65,78% dan mengalami kenaikan menjadi 89,47% dengan jumlah kelulusan 34 siswa dari 38 siswa pada siklus II. Berdasarkan analisis nilai N-gain mengalami

Garis besar

Dokumen terkait