• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI YANG DIGUNAKAN DALAM

Dalam dokumen MODEL PERKULIAHAN INOVATIF UNTUK CALON G (Halaman 117-120)

Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan

STRATEGI YANG DIGUNAKAN DALAM

PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI

INDONESIA

Strategi yang digunakan dalam pembangunan pendidikan di indonesia diantaranya pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, relevansi pendidikan, efisiensi pendidikan, dan peningkatan kualitas pendidikan. Untuk menjamin kesempatan memperoleh pendidikan yang merata di semua kelompok strata dan wilayah tanah air sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya perlu strategi dan kebijakan pendidikan yaitu:

1. Menyelenggarakan pendidikan yang relevan dan bermutu sesuai dengan kebutuhan masyarakat indonesia dalam menghadapi tantangan global 2. Menyelenggarakan pendidikan yang dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai sumber daya dan dana serta pengguna hasil pendidikan

3. Menyelenggarakan proses pendidikan yang demokratis secara profesional sehingga tidak mengorbankan pendidikan

4. Memberi peluang yang luas dan meningkatkan kemampuan masyarakat, sehingga terjadi diverifikasi program pendidikan sesuai dengan sifat multikultural bangsa indonesia

Pemerintah melalui Undang-Undang

tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003) dan

Undang-Undang tentang Guru dan Dosen (2005) tentu sudah menetapkan apa yang akan dikembangkan melalui model yang seharusnnya digunakan. Hal ini tidak terlepas dari orientasi kurikulum sebagai upaya untuk mengembangkan diri para peserta didik, pengembangan disiplin ilmu. (Hasan, 2004: 4).

Dalam hal ini sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak hanya dituntut untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi harus mampu menghasilkan peserta didik yang menjadi pelaku perubahan yang mandiri. Oleh sebab itu, sekolah ditantang untuk semakin handal dalam memberikan perannya sebagai upaya mempersiapkan siswa mengantisipasi tuntutan global (Widayati, 2002: vi-vii). Mengenai tata nilai yang menjadi acuan adalah:

1. Nilai-nilai masukan (input values), dalam rangka mencapai keunggulan yang Amanah (Trustworthiness), Profesional dan Percaya Diri, Antusias dan Bermotivasi Tinggi, Bertanggung Jawab, Kreatif, Disiplin, dan Peduli.

2. Nilai-nilai proses (process values), dalam rangka mencapai dan mempertahankan kondisi yang diinginkan, yaitu Visioner dan Berwawasan, Menjadi Teladan, Memotivasi

(Motivating), Menghilhami (Inspiring),

Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016

82 Membudayakan (Culture-forming) Taat

azas, Koordinatif dan Bersinergi dalam Kerangka Kerja Tim, dan Akuntabel. 3. Nilai-nilai keluaran (output values), yakni

nilai-nilai yang diperhatikan oleh para stakeholders yaitu Produktif, Mutu Tinggi/Sevice Execellence, Dapat Dipercaya (Andal), Responsif dan Aspiratif, Antisipatif dan Inovatif, Demokratis, berkeadilan, Insklusif, dan Pembelajaran Sepanjang Hayat. (Depdiknas, 2008: 3).

Dalam rangka memenuhi tuntutan tersebut, setiap lembaga pendidikan memerlukan guru yang memiliki kemampuan yang memadai untuk dapat mencapai target yang telah digariskan, yang terdiri atas kompetensi akademik dan kompetensi profesional. Kompetensi akademik merupakan landasan saintifik dari penyelenggaraan layanan keguruan, yang terdiri atas: a) kemampuan mengenal peserta didik secara mendalam, b) kemampuan menguasai bidang studi, c) kemampuan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, dan d) kemampuan mengembangkan profesi secara berkelanjutan. Kemudian, kompetensi profesional dapat dibentuk melalui penerapan kompetensi akademik di sekolah. Oleh sebab itu, dalam kenyataannya kompetensi akademik dan kompetensi profesional merupakan kemampuan yang terintegrasi dan tidak dapat dipisahkan (Depdiknas, 2006: 4-5).

PENINGKATAN PERAN GURU DALAM

PEMBELAJARAN

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan pembelajaran bersama siswa. Beberapa fungsi guru sehubungan dengan tugasnya selaku pengajar adalah guru sebagai informator, organisator, motivator, pengarah, inisiator, fasilitator dan mediator. Komponen-komponen peningkatan mutu yang ikut andil dalam pelaksanannya adalah penampilan guru, penguasaan materi/kurikulum, penggunaan metode mengajar, pendayagunaan alat/fasilitas pendidikan, penyelengaraan pembelajaran dan evaluasi dan pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstra-kurikuler. Khusus untuk guru yang secara internal terlibat langsung dalam pembelajaran di sekolah harus berusaha mencari terobosan-terobosan baru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajarannya yang bercirikan sebagaimana dikemukakan Toro (Irianto, 2009:40- 41), yaitu sebagai berikut.

1. Peserta didik memiliki tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas belajar sesuai dengan tujuan dan sasaran pendidikan,

sehingga memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan (kompetensi); 2. Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan

lingkungan khususnya dunia kerja (relevansi);

3. Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sehingga dapat melakukan sesuatu untuk keperluan hidupnya dalam rangka penyesuaian diri dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat (fleksibilitas);

4. Hasil pendidikan tidak mengakibatkan adanya pemborosan ekonomi maupun pemborosan sosial (efisiensi), dapat menghasilkan sesuatu yang produktif (berdaya hasil), memberikan kepastian/jaminan mutu, dapat dipertanggungjawabkan, bernilai tinggi, dapat merespon kebutuhan masyarakat, dapat dimanfaatkan dalam waktu relatif lama serta berseni.

Peranan guru tersebut akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa, sesama guru maupun dengan staf sekolah atau bahkan dengan kepala sekolah. Beberapa fungsi guru menurut Zen (2010:69-70) sehubungan dengan tugasnya selaku pengajar dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Sebagai Informator. Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum, dalam pada itu berlaku teori komunikasi: teori stimulus–respon, teori dissonance– reduction dan teori–pendekatan fungsional.

2. Sebagai Organisator. Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, work shop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen- komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.

3. Sebagai Motivator. Peranan guru sebagai motivator, Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcemen untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya, sehingga akan terjadi dinamika di dalam pembelajaran.

4. Sebagai Pengarah/Direktor. Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

5. Sebagai Inisiator. Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam belajar. Sudah barang

Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016

83 tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang

dapat dicontoh oleh anak didiknya.

6. Sebagai Transmiter. Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan. 7. Sebagai Fasilitator. Berperan sebagai fasilitator,

guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam pembelajaran, misalnya saja dengan menciptakan suasan kegiatan yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif.

8. Sebagai Mediator. Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa, misalnya menengahi atau memberikan jalan ke luar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa.

9. Sebagai Evaluator. Ada kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. Dalam hal ini tidak cukup hanya dilihat bisa atau tidaknya mengerjakan mata pelajaran yang diujikan, tetapi masih perlu ada pertimbangan-pertimbangan yang sangat kompleks, terutama menyangkut perilaku dan values yang ada pada masing-masing mata pelajaran.

PENUTUP

Pada dasarnya pendidikan adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan diri seseorang, ada tiga aspek dalam kehidupannya yang perlu dikembangkan, yakni, pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup. Upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut bisa dilaksanakan di sekolah, luar sekolah dan keluarga. Kegiatan di sekolah direncanakan dan dilaksanakan secara ketat dengan prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan di luar sekolah, meski memiliki rencana dan program yang jelas tetapi pelaksanaannya relatif longgar dengan berbagai pedoman yang relatif fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Pelaksanaan pendidikan dalam keluarga dilaksanakan secara informal tanpa tujuan yang dirumuskan secara baku dan tertulis. Keberhasilan kegiatan pendidikan tersebut tidak terlepas peningkatan peran guru sebagai pelaku pembelajaran. Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peran lembaga pendidikan adalah dengan menyelenggarakan pendidikan yang relevan, demokratis sesuai dengan sifat multikultural dan peningkatan kualitas manajemen pendidikan. Sedangkan strategi yang digunakan untuk meningkatkan peran guru adalah dengan

mengidentifikasi dan menerapkan peran guru yaitu: sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharuan, (inovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansivator, evaluator, pengawet dan sebagai kulminator (mengarahkan belajar).

DAFTAR PUSTAKA

Dediknas, 2003, Undang-Undang R I Nomor 20

Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Bandung, Citra Umbara.

Depdiknas, 2004, Pola Pembinaan Sistem

Pendidikan Tenaga Kependidikan PGSD,

Jakarta, Depdiknas.

Depdiknas, 2005, Undang-Undang RI Nomor 14

Tentang Guru Dan Dosen, Jakarta,

Depdiknas.

Hamid Darmadi, 2009 Pendidikan Multi Budaya. Makalah Seminar Multi Budaya Bagi Guru- Guru Sekabupaten Sintang.

Hamid Darmadi. 2011 Pendidikan Karakter Sebagai

Pondasi untuk Membentuk Peradaban

Bangsa yang Bermartabat.Jurnal Pendidikan

STKIP-PGRI Pontianak

Koesoema, Dani (2007) : Pendidikan Karakter :

Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.

Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Koesoema, Dani (2009) : Pendidik Karakter di

Zaman Keblinger. Gramedia Widiasarana

Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016

84

KONTRIBUSI LPTK UNTUK PENINGKATAN PROFESIONALISME

Dalam dokumen MODEL PERKULIAHAN INOVATIF UNTUK CALON G (Halaman 117-120)